Home Biogas RNI, Pertamina, Toyota Kembangkan Bahan Baku Biofuel

RNI, Pertamina, Toyota Kembangkan Bahan Baku Biofuel

888
0

ENERGYWORLD.CO.ID – Dalam rangka pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi terbarukan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) bersama PT Pertamina (Persero) dan Toyota Motor Corporation melakukan pengembangan biomassa napier grass atau biasa disebut rumput gajah sebagai bahan baku biofuel.

Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo, mengatakan, di tengah semakin menipisnya cadangan energi fosil dunia maka ketergantungan terhadap bahan bakar fosil harus mulai dikurangi sedikit demi sedikit, oleh karena itu, pengembangan energi terbarukan sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda.

“Sebagai BUMN dengan bisnis inti agro industri, PT RNI berupaya berperan aktif dalam pengembangan energi terbarukan yang berbasis perkebunan, salah satunya melalui pemanfaatan biomassa yang dihasilkan dari rumput gajah menjadi biofuel,” tutur Didik dalam keterangan tertulisnya, Jumat 8 Oktober 2016.

Menurut dia, sebagai langkah awal, sejak 2015 Pusat Penelitian Agro milik PT PG Rajawali II Cirebon telah menyiapkan lahan seluas tujuh hektare (ha) di HGU PG Jatitujuh, Majalengka, untuk keperluan riset pengembangan tanaman yang berpotensi sebagai sumber energi.

Pemanfaatan rumput gajah itu tidak terlepas dari kandungan biomassa yang tinggi sehingga cocok digunakan sebagai salah satu bahan pembuat biofuel.

“Iklim di Indonesia sangat mendukung pengembangan rumput gajah. Selama ini rumput gajah belum banyak dimanfaatkan selain sebagai makanan ternak, bahkan terkadang dibiarkan tumbuh secara liar, padahal kandungan biomassanya cukup baik untuk dijadikan sumber energi terbarukan,” katanya.

Didik menambahkan, agar pengembangan biofuel ini berkelanjutan, baik dari sisi pasokan bahan baku, riset, pengembangan, dan kebermanfaatan digagas kerja sama kemitraan strategis antara PT RNI, PT Pertamina dan Toyota Motor Corporation.

Pemerintah sendiri terus menggenjot kebijakan peningkatan subtitusi biofuel ke dalam BBM untuk menekan tingginya angka impor BBM yang pada tahun 2016 mencapai delapan juta barel per bulan. Dengan subtitusi penggunaan bahan bakar terbarukan diharapkan terjadi penghematan devisa serta mendukung clean energy.

Sebelumnya, anak perusahaan RNI yang lain PT Mitra Kerinci sudah lebih dulu mengembangkan energi terbarukan melalui pembuatan PLTMH di Liki, Solok Selatan, Sumatera Barat. | VN/RED