ENERGYWORLD.co.id – Tahun 2016 merupakan tahun dimana Indonesia harus memanfaatkan semua potensi dan memacu realisasi rencana pembangunan pembangkit listrik 35 gigawatt (GW).
Realisasi rencana ini akan menciptakan masa depan yang lebih sejahtera. Realisasi ini juga penting bagi perekonomian saat ini karena kurangnya pasokan listrik dapat mengancam daya saing industri di Indonesia. Meskipun jarang terjadi di Jakarta, pemadaman listrik bergilir di kota-kota lain khususnya di luar pulau Jawa menjadi bagian hidup sehari-hari. Realisasi ini harus terjadi, dan dengan dukungan politis pemerintah saat ini, saya kira rencana ini dapat terealisasi.
Namun demikian, perjalanan (untuk mencapai rencana 35GW) tidak akan berlangsung mulus bagi semua developer dan proyek. Berdasarkan rangkuman kami, sejumlah tantangan dan halangan yang terjadi pada tahun 2015 akan tetap ada: akuisisi tanah, ketergantungan pada pembiayaan dari luar negeri, dan keandalan teknik dan konstruksi proyek-proyek ini.
Proyek-proyek utama yang telah direncanakan atau yang masih tertunda akan mendapatkan tekanan kuat untuk “segera dikerjakan”. Mayoritas pengembangan dialokasikan untuk dibangun melalui pembiayaan internasional oleh pengembang tenaga listrik swasta (IPP). Kondisi pasar global dan lokal membuat para investor berhati-hati dan waspada; hal ini terkait dengan para IPP yang masih akan menunggu dan mengamati bagaimana reformasi regulasi pemerintah terkait ketenagakerjaan, kebijakan fiskal dan pertanahan pada paruh pertama tahun depan sebelum melakukan komitmen finansial.
Besar kemungkinan hal ini akan menekan para pengembang dan pemerintah untuk terus maju dengan proyek-proyek pengganti. Kita mungkin akan melihat sejumlah proyek beresiko karena dipacu untuk mengisi kekosongan dan akhirnya bermasalah dalam kualitas pada saat proyek berlangsung. Program-program pengembangan kelistrikan ini perlu dikaji kembali sehingga menghasilkan solusi yang lebih baik. Kami sudah mengingatkan akan resiko proses pengadaan yang berbasis biaya termurah semata agar proyek dapat berlangsung. Alternatif berhemat yang lebih baik dapat berupa gabungan solusi global, regional dan lokal yang meski memakan waktu sedikit lebih lama untuk dilakukan namun akan memberikan hasil jangka panjang yang lebih baik.
Investasi untuk proyek-proyek yang tidak tereksekusi dengan baik akan mengakibatkan penurunan kinerja dan dapat meninggalkan masalah paska penyelesaian termasuk biaya operasional dan perawatan. Selain itu, perlu dipertimbangkan juga kepada siapa tenaga listrik ini akan ditujukan. Kinerja dan ketersediaan yang handal merupakan kunci bagi banyak pelanggan listrik skala besar di Indonesia. Pertambangan – yang merupakan pilar utama kegiatan ekonomi – dan manufaktur – yang menjadi prioritas bagi pertumbuhan pembangunan ekonomi – masih menjadi penggerak utama bagi kehidupan negeri ini. Para pengguna tenaga listrik di sektor-sektor seperti ini dapat berisiko kehilangan pendapatan besar hanya karena pemadaman listrik akibat pembangkit listrik yang tidak berfungsi dengan baik. Kapasitas dan keandalan harus tetap menjadi tujuan bagi pengembangan pembangkit listrik Indonesia saat ini untuk memenuhi kebutuhan sektor-sektor tersebut.
Indonesia bergantung pada investasi dan dukungan asing untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur. Hal ini bukan berarti mengorbankan kepentingan jangka panjang Indonesia. Tantangan yang besar ini perlu diatasi dengan kombinasi solusi domestik, regional dan global yang tepat terkait teknik, peralatan, konstruksi dan pembiayaan. Penting bagi Indonesia untuk tidak kehilangan momentum untuk mengembangkan dan melanjutkan industri teknik dan konstruksi ke tingkat yang lebih tinggi melalui proyek-proyek ini. Berbagi dan alih pengetahuan dari para ahli global harus menjadi bagian utama dari solusi proyek yang akan diterapkan. Indonesia tidak hanya membangun pembangkit listrik 35GW tetapi juga membangun potensi untuk menjadi lebih mandiri dalam pengembangan pembangkit listrik di masa depan.
Terakhir, terlepas dari tindak lanjut kesepakatan mengenai perubahan iklim di Paris, Indonesia harus mengimbangi rencana jangka pendek pemenuhan kebutuhan listrik dengan visi pengadaan listrik yang berkelanjutan di masa depan. Tahun-tahun mendatang merupakan momen penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang besar namun masih perlu dikembangkan seperti tenaga panas bumi, tenaga air dan surya.
*) Tulisan tentang pandangan Black & Veatch pada sektor Energi di Indonesia
tahun 2016 yang ditulis oleh Jim Schnieders selaku Country Manager Black &
Veatch Indonesia untuk ENERGYWORLD Indonesia. (WAW)