ENERGYWORLD.co.id – Divestasi saham Freeport Indonesia sebesar 10,46% yang akhirnya sesuai tenggat batas akhir, kemarin telah disampaikan juga oleh Freeport Indonesia kepada pemerintah melalui kementrian ESDM c.q Dirjen Minerba. Divestasi saham yang ditawarkan senilai USD 1,7 M mengacu pada perkiraan harga saham Freeport patut diapresiasi.
Menanggapi tawaran tersebut, Energy Watch Indonesia (EWI) menyarankan agar sebelum menjawab secara secara resmi kepada Freeport, pemerintah diharapkan melakukan evaluasi secara menyeluruh atas penawaran tersebut. Pemerintah seharusnya mengaudit sisa cadangan yang saat ini masih dimiliki tambang yang dikuasai Freeport supaya ada penilaian yang objektif dan jernih terhadap nilai divestasi yang ditawarkan.
“Karena menurut kami di tengah menurunnya harga komoditi dan anjloknya harga saham Freeport, nilai USD 1,7 M itu kemahalan,” begitu dikatakan Direktur Eksekutif EWI kepada ENERGYWOLD Indonesia (15/1).
Sikap pemerintah yang saat ini masih juga belum jelas apakah mampu membeli divestasi saham Freeport tersebut dinilai EWI memunculkan pertanyaan yang sangat besar, “Mengapa pemerintah terkesan mendeklarasikan diri ke publik tidak punya uang untuk beli divestasi saham tersebut?”
“Adakah ini akal akalan agar divestasi tersebut jatuh ke tangan keserakahan? Sepertinya pemerintah sedang membuat sebuah skenario yang mengesankan pemerintah tidak punya uang maka divestasi tersebut harus dijual lewat IPO dan akhirnya jatuh ke tangan keserakahan yang selama ini berburu rente di kontrak karya Freeport,” tutur Ferdinand bertanya.
Bahkan secara tegas EWI menantang, “Jika memang pemerintah tidak punya uang, Energy Watch Indonesia akan menginisiasi pengumpulan dana publik untuk membeli divestasi tersebut, atau pemerintah bisa gunakan dana lembaga-lembaga lain untuk investasi di sini seperti dana Haji atau Askes yang nilainya lebih dari cukup untuk membeli divestasi tersebut.”
“Pemerintah jangan menunjukkan pura-pura tidak mampu demi memuluskan satu rencana yang tidak baik. Ini saatnya kita tunjukkan bangsa ini bukan bangsa yang lemah,” pungkas Ferdinand tegas. (WAW)