ENERGYWORLD.co.id – Diketahui bahwa sejak 15 Januari 2016 lalu, EPF (Early Production Facility) dan EOE (Early Oil Expansion) di Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, telah ditutup oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Akibatnya, produksi yang dihasilkan oleh ExxonMobil Cepu Limited menurun dari 130.000 Bph menjadi 90.000 Bph.
Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Utama PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) Ganesha Askari, yang kami kutip dari laman www.infopublik.id. Dalam keterangannya Ganesha menyebutkan, dengan ditutupnya EPF dan EOE di Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, produksi yang dihasilkan oleh ExxonMobil Cepu Limited menurun dari 130.000 Bph menjadi 90.000 Bph.
“Ada penurunan 40.000 Bph karena penutupanm EPF dan EOE sejak 15 Januari lalu oleh SKK Migas,” kata Ganesha, Jum’at (22/1).
Dia menyampaikan, sebelumnya EPF yang menghasilkan 30.000 Bph dan EOE yang menghasilkan 10.000 Bph disalurkan ke PT Triwahana Universal (TWU) serta Pertamina-Mudi-Cintanatomas. “Yang dialirkan ke TWU sebesar 16.000 Bph, sementara Pertamina 24.000 Bph,” katanya.
Namun, pada 16 Januari produksi minyak hanya dihasilkan dari CPF (Central Processing facility) dari Train A sebesar 90.000 Bph. Sementara Train B masih dalam proses.
“Jika Train B mulai dioperasikan maka produksi Lapangan Banyuurip hanya mencapai puncaknya sebesar 165.000 Bph,” katanya.
Saat ini, legalitas penyaluran minyak mentah melalui titik serah CPF sedang dipersiapkan khususnya untuk TWU, sedangkan Pertamina akan dilakukan melalui titik serah FSO Gagak Rimang di lepas pantai Kabupaten Tuban.
Masa Kontrak
Terkait hal tersebut, sebenarnya fasilitas EPF dan EOE di Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, sudah habis masa kontraknya pada pertengahan Januari lalu. Untuk itu pemerintah berencana memperpanjang kontrak fasilitas produksi awal (early production facility/EPF) dan pengembangan awal (early oil expansion/EOE) yang bisa menambah produksi hingga 40.000 bph.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta SKK Migas untuk kembali memperpanjang kontraknya hingga akhir tahun ini. Permintaan ini tertuang dalam surat Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Nomor 19/13/DME/2016 yang ditujukan kepada Wakil Kepala SKK Migas tertanggal 5 Januari 2016. Surat ini terkait optimalisasi produksi lapangan banyu urip di Blok Cepu.
Dalam surat tersebut menjelaskan permintaan perpanjangan EPF dan EOE merujuk pada arahan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat berkunjung ke Lapangan Banyu Urip pada 26 Desember tahun lalu. JK ingin masa operasi EPF dan EOE diperpanjang, untuk mengurangi impor minyak mentah dan menghemat devisa.
Selain itu, dalam catatan rapat optimalisasi produksi Lapangan Banyu Urip pada 11 Desember 2015 juga menyatakan untuk tahun ini dapat mencapai rata-rata produksi 207.000 atau 205.000 bph. Syaratnya dengan memperpanjang EPF dan EOE hingga akhir tahun ini. Hasil rapat ini juga menyatakan untuk dilakukan perpanjangan kontrak jual beli minyak mentah dari Banyu Urip dengan PT Tri Wahana Universal (TWU) hingga akhir tahun 2016.
TWU merupakan anak perusahaan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk., yang dimiliki Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya. Sebelum CPF beroperasi akhir tahun lalu, produksi Blok Cepu hanya mengandalkan fasilitas EPF dan EOE dengan kapasitas 40.000 bph. Dari hasil produksi tersebut, TWU mendapat jatah 16.000 bph hingga kontraknya habis akhir tahun lalu.
“Bersama ini kami meminta saudara untuk dapat menindaklanjuti arahan bapak wakil presiden serta catatan rapat tersebut,” seperti dikutip dalam surat yang ditandatangani Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Djoko Siswanto tersebut.
Peningkatan produksi Blok Cepu cukup penting bagi pencapaian target lifting minyak tahun ini. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, lifting minyak ditargetkan 830.000 bph. Padahal dalam rencana kerja dan anggaran (WP&B), kontraktor hanya mampu memproduksi minyak sebesar 827.000 per barel.
Artinya kemungkinan besar target lifting tahun ini tidak akan tercapai. Namun, masih ada harapan mengejar target tersebut jika puncak produksi Blok Cepu ditingkatkan hingga 205.000 bph. Dengan demikian, ada kemungkinan lifting tahun ini bisa melebihi target yakni mencapai 867.000 bph.(AY/RN)