Oleh Yusri Usman*)
ENERGYWORLD – Bisa jadi bahwa kesan tiada hari tanpa kebohongan yang dilakukan ISC Pertamina dalam pelaksanaan tendernya ditahun 2016 bukanlah isapan jempol belaka, bisa jadi cerita penghematan yang katanya banyak dilakukan pada saat peralihan dari Petral Energy Services ltd ke Fungsi ISC sepanjang tahun 2015 adalah dibaca publik sebagai tahun promo dalam trik bisnis, atau seperti contoh di kampung saya biasanya setiap warung yang baru dibuka untuk menarik langganan atau mengecoh langganan biasanya semua harga dibuat murah, nah kalau langganannya sudah syoor dan tergantung terhadap barang di warung itu…..mulailah pemilik warung tersebut menaikan harga jenis makanan tertentu untuk menguras kantong para langganannya, sehingga bisa jadi kesan strategi bisnis trik licik ini yang diterapkan ISC pada tahun 2016, apalagi kalau mengacu apa yang sudah pernah diucapkannya Dirut Pertamina pada acara “Pertamina Energy Forum” tgl 24 November 2015 di Hotel Borobudur Jakarta, bahwa Pertamina akan lebih transparan dalam melaksanakan tendernya dan dengan sistem electronik dan harga pemenang setiap hasil tender minyak mentah dan BBM dapat diketahui oleh siapapun di website Pertamina.
Tetapi faktanya tidak sesuai apa telah dijanjikannya. Artinya dia telah melakukan kebohongan publik terkait tender minyak mentah dari Afrika Barat untuk kebutuhan semester 2 yang sudah dilaksanakan pada tgl 25 April 2016 setelah jam kantor / malam hari dan ditutup penawarannya tgl 27 April 2016 pukul 14.00 wib ( hanya tidak sampai 2 hari kerja, yang menurut pejabat Pertamina ini sih sama saja dengan proses penunjukan langsung ) dan dengan undangan peserta yang terbatas dari jumlah rekanan yang menurut ISC 133 perusahaan dan menurut Wianda 150 perusahaan inipun tidak jelas mana yang bisa dipercaya omongannya. Tentu semua proses ini mengundang tanda tanya besar di Publik.
Apalagi ditemukan fakta baru bahwa sudah lebih 6 bulan yang lalu ada sekitar 14 Perusahaan In House Trading dari beberapa NOC yang mempunyai sumber minyak mentah dan kondensat yang berkualitas lebih baik dan lebih murah dari harga yang selama ini dibeli oleh ISC sebagai bahan baku untuk 5 kilang Pertamina dan Kilang TPPI Tuban, contohnya seperti minyak mentah Afrika Barat , Djeno Light Crude dari Conggo dan Kondensat Melitah dari Libya dan lainnya, akibatnya adalah sudah hilang kesempatan pihak ISC Pertamina bisa membeli jauh murah dari yang sudah dilakukannya saat ini dan waktu lampau ini disebabkan bisa jadi karena tidak ditanda tangani sertipikat lulus prakualifikasi oleh Direktur Umum Pertamina terhadap 14 perusahan yang sudah lama lolos dalam verifikasi oleh petugas ISC Sukses Simanjuntak dkk, padahal proses registrasi sebagai rekanan terseleksi di ISC Pertamina sudah diproses sejak bulan September 2015 dan dalam prosesnya banyak saja tambahan data yang diminta oleh petugas ISC dgn terkesan mengada ngada , tetapi infonya semua data tambahan itu telah lama dilengkapi oleh perusahaan tersebut, akan tetapi anehnya sampai awal bulan Mei 2016 tetap saja tidak ada kepastiannya kapan hasil prakualifikasi terhadap 14 Perusahan trading ( Inhouse trading NOC ) tersebut akan ditanda tangani oleh Direksi Pertamina.
Sehingga proses persetujuan dari Direksi yang berhak memutuskannya diduga sengaja sangat diperlambat, karena 14 In House Trading dari NOC ini tidak dapat memberikan komisi ilegal, karena kalau terbukti melakukan hal ilegal, maka perusahan tersebut terancam ditutup oleh Negara asal NOC tersebut.
Sehingga dari fakta fakta tersebut diatas, sudah seharusnya unsur penegak hukum untuk segera melakukan proses penyidikan atas dugaan tersebut diatas dan BPK bisa melakukan audit forensik untuk melacak dugaan kongkalikong antara oknum ISC dengan operator tradernya, agar terhindar Pertamina membeli minyak kemahalan yang pada akhirnya masyarakat pengguna BBM yang ikut menanggung bebannya.
Adapun cerita penghematan proses pengadaan melalui ISC daripada dilakukan melalui Petral yang sering diucapkan Sudirman Said selaku Menteri ESDM maupun Dwi Sucipto selaku Dirut Pertamina diberbagai kesempatan didepan media, sudah tentu dapat dibaca oleh publik sebagai pencitraan dirinya saja sebagai bahan jualan untuk digadang gadang mimpi besarnya menjadi Menteri BUMN dengan telah mengorbankan prinsip GCG yang sudah menjadi komitmen bersama seluruh karyawan Pertamina sebagai budaya kerja dan kebanggaan dalam bekerja untuk menjadikan Pertamina sebuah perusahaan nasional berkelas dunia dan dapat memberikan sumbangsih dalam bentuk deviden yang besar bagi negara.
Jakarta 7 Mei 2016
*) Yusri Usman adalah, Direktur Eksekutif CERI