Home Ekbiz Waspada, Ketahanan Energi Nasional Terancam!

Waspada, Ketahanan Energi Nasional Terancam!

1121
0
ilustrasi

ENERGYWORLD – Pemerintah di harapkan lebih waspada terhadap dampak tersembunyi dari tmelemahnya harga minyak. Hal tersebut di utarakan oleh para pelaku industri minyak dan gas bumi, karena perekonomian Indonesia bisa terkena dampaknya.

Menurut Senior Research Manager-Southern and South-Eastern Asia, Upstream Oil and Gas, Wood Mackenzie Andrew Harwood, pengurangan belanja investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan migas dapat mengancam ketahanan energi nasional.

Dalam perhitungan perusahaan riset Wood Mackenzie, secara global industri migas telah mengurangi belanja investasi hingga USD400 miliar sejak kuartal IV-2014 hingga kuartal II-2016. Sedangkan pada tahun ini, investasi kegiatan eksplorasi diperkirakan turun sekitar USD40 miliar.

Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan migas utama di Indonesia telah menunda investasinya hingga USD7 miliar. Jika situasi ini berlanjut dan tidak ada perbaikan dari pemerintah, produksi migas Indonesia diperkirakan merosot hingga 40% pada 2025. Ini disebabkan penundaan sejumlah proyek migas besar seperti Masela, Tangguh, dan Indonesian Deepwater Development (IDD).

“Harga minyak yang rendah akan memperburuk produksi dan prospek eksplorasi di Indonesia yang akan mengancam cadangan migas. Terutama ketika harga minyak naik seiring defisit pasokan minyak hingga 20 juta barel per hari pada 2025,” kata Harwood, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (11/5/2016).

Harwood menjelaskan, bagi pemerintah berkurangnya produksi akan berimplikasi terhadap penerimaan negara. Alhasil, situasi saat ini seharusnya dapat menjadi pertimbangan pemerintah untuk melakukan reformasi kebijakan dan fiskal untuk memperbaiki iklim investasi di sektor migas.

“Terutama tingkat bagi hasil produksi migas Indonesia mencapai sekitar 80 persen, menjadikannya termasuk yang tertinggi jika dibandingkan rata-rata global sebesar 62 persen dan Asia Pasifik sebesar 70 persen,” tandasnya.

Untuk menyikapi hal tersebut, pemerintah mengaku tengah menyiapkan setidaknya empat skema insentif untuk industri hulu minyak dan gas bumi agar sektor tersebut kembali bergairah di tengah tekanan rendahnya harga minyak mentah di pasar global.

Hal tersebut sebagaimana di utarakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, yang mengatakan bahwa pihaknya memang telah menyiapkan sejumlah skema insentif bagi pelaku industri di sektor hulu minyak dan gas bumi yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi.

“Salah satunya adalah pada waktu mengitung bagi hasil akan ada dynamic split, dimana sistem bagi hasil dinamis, bisa diubah tergantung dengan perubahan harga minyak” katanya di Kompleks Istana Negara, Rabu (11/5/2016). (Didis)