ENERGYWORD – Penggabungan (holding) BUMN dibidang energi antara Pertamina dengan PGN diyakini sebagai strategi untuk mewujudkan kemandirian energi nasional Indonesia. Ini namaknya hanay mimi Dwi Soetjipto, karena hal ini dianggap mempunyai resiko yang tinggi oleh sebagian orang. Salah sedikit saja, hal ini akan sangat membahayakan masyarakat Indonesia, mengingat migas adalah kebutuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Sebagai informasi, BUMN berencana untuk melakukan holding atau penggabungan perusahaan, dan salah satu yang akan terealisasi adalah holding BUMN energi. Rencananya, PT Pertamina (Persero) akan diproyeksikan untuk menjadi induk dalam holding BUMN energi dengan PT PGN (Persero) berada di bawahnya sebagai anak usaha Pertamina. Namun, pembentukan holding BUMN energi ini hanya akan tewujud jika payung hukum melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) telah rampung.
Pada seminar Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) di kantor pusat Pertamina Selasa (31/5), Direktur Utama Pertamina mengatakan bahwa dirinya yakin dengan adanya holding energi, added value akan tercapai dan akan memunculkan total aset yang besar untuk Pertamina. Selain itu, beliau juga berharap holding ini dapat meningkatkan kemampuan berinvestasi hingga 2 sampai 3 kali lipat nantinya.
“Holding dilakukan untuk mencapai added value, yaitu total aset besar. Kemampuan berinvestasi juga dapat meningkat 2 sampai 3 kali lipat sehingga menghasilkan gain, yaitu pertumbuhan ekonomi,” ungkanya Dwi Soetjipto. Semoga saja ini bukan mimpi dia. (edo/magang ewindo)