ENERGYWORLD – Kepala Satuan Kerja khusus Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi, mengakui jika pengurangan kegiatan pengeboran sumur dan workover karena harga minyak dunia yang belum stabil, yakni di bawah US$50 per barel.
“Belum bisa kembali normal seperti dua tahun lalu. Namun, rendahnya harga minyak bisa meningkatkan kegiatan wellservice. Dimana Wellservice bisa naik karena biayanya murah kan,” kata Amin yang ditulis Senin (13/6/2016).
Sehingga, lanjut dia, dapat dipastikan akan berdampak serius pada produksi migas siap jual atau lifting. ”Makanya, pemerintah juga mengajukan penurunan target lifting dalam perubahan anggaran tahun ini,” terangnya.
Seperti diketahui, pemerintah mengajukan penurunan target lifting minyak sebesar 20 ribu barel per hari (bph), dari sebelumnya 830 ribu bph menjadi 810 bph. Selain itu pengaruh menurunnya lifting juga disebabkan lima kontraktor yang menurunkan target liftingnya. Yakni PT Pertamina EP, PT PHE ONWJ Ltd, PT PHE WMO, Petronas Carigali Ketapang II Ltd, dan Chevron Indonesia Company.
Sementara untuk lifting gas juga diusulkan turun targetnya dari 6.470 juta kaki kubik per hari (mmscfd) menjadi 6.244 mmscfd. Karena enam kontraktor menurunkan targetnya tahun iini. Seperti Pertamina EP di wilayah kerja seluruh Indonesia dan Conocophillips Indonesia Inc Ltd. Kemudian VICO Indonesia di Blok Sanga Sanga, Petronas Carigali Muriah Ltd di Blok Muriah, Talisman Jambi Merang-JOB di Blok Jambi Merang, dan Energy Equity Epic (Sengkang) Ptydi Blok Sengkang. -RZ/DSA