ENERGYWORLD – Berita soal wartawan EnergyWorld Indonesia yang ditolak liputan oleh Staff Humas Pertamina pada acara buka puasa di Pullman Hotel Rabu 27/6/2016 berbuntut panjang.
Silakan baca: http://energyworld.co.id/2016/07/02/hai-pertamina-kenapa-jurnalis-kami-anda-tolak-meliput/.
Anehnya saat Tim kami menanyakan langsung ke VP Communication PERTAMINA Wianda Puponegoro dia hanya menjawab nyinyir lewat WA dan tidak menanggapi tulisan kenapa menolak liputan. Kenyinyiran itu sebenarnya isinya sangat tidak pantas. Bukan hanya bagi kami di EnergyWorld namun bagi insan media nampaknya akan pernyataan itu menyakitkan.
Dia jawab begini dalam WA-nya “ Semua wartawan ok ok saja liput namun sayang banyak juga yg hanya makan malam tanpa wwcr kemudian lgs pulang,” tulis Wianda kepada Tim EnergyWorld. Dia juga mengatakan dalam WA nya “Jika msh ada yg mau ditanyakan silahkan saja kontak saya,” tulisnya lagi.
Pernyataan Wianda ini aneh, harusnya jangan bilang habis makan malam pulang. Mungkin saja mereka buka puasa lalu sholat dulu. Dan kami melihat bukan itu subtansi bagi media Energy World bertanya, Kami tanya kenapa dihalau tidak boleh masuk ke acara tersebut. ”Janganlah anggap kita mau cari makan gratis ya….” ujar jurnalis EnergyWorld yang telah ditolak masuk, padahal sudah confirm dan di oke-kan oleh Konsultan media Pertamina Sdri. Abigail dari PT Royston Advisory Indonesia
Meski sudah Konfirmasi sesuai undangan harus menjelaskan dengan confirmasi ke Sdri. Abigail nomor 081932344647, yang menjadi pertanyaan kami mengapa Humas Pertamina yang bertubuh gemuk berjilbab begitu sombong dan arogan melarang jurnalis ENERGYWORLD meliput, Ini aneh dan ada apa?
Saat kami himpun komentar kasus penolakan jurnalis kami, ada sejumlah komentar yang masuk dari berbagai pihak, antara lain:
Jadi jika jurnalis ditolak Humas internal, maka patut dipertanyakan konsultan medianya atau bagaimana proses penunjukan konsultan medianya dan harus diusut prosesnya, apakah sudah melalui proses yang benar soal standard profesional dan juga kualitas dan track record-nya. BPK harus mengauditnya, karena seperti diketahui, bisa jadi konsultan media selalu dipakai sebagai pintu pengeluaran uang yang tidak wajar , atas dugaan ini saya sangat prihatin, ujar sumber kami .
“Pendapat saya bahwa sikap staff humas Pertamina tersebut tegas telah melanggar prinsip GCG dan telah melakukan diskriminasi dalam memberikan informasi ke publik. Mereka lupa bahwa Pertamina itu BUMN yang melayani kepentingan rakyat, bukan perusahaan swasta milik pribadi mereka, Sehingga klaim sebagai perusahaan berkelas dunia adalah omong kosong,” begitu pendapat lainya dari sumber tadi.
Masih kata sumber tadi, apalagi dikelola oleh manusia yang bermental kerdil , sehingga mereka tidak bisa memisahkan mana kepentingan pribadi atau publik.
“Disamping itu penunjukan konsultan pelaksana kegiatan tersebut juga diragukan rekam jejaknya dan kredibilitasnya. Bisa jadi dugaan penunjukkan konsultan ini bisa beraroma KKN. Sehingga wajar profesionalitas sangat diragukan, dan tak salah memancing dugaan publik adanya korupsi dari setiap kegiatan bisa jadi perlu ditelusuri,” jelas sumber itu.
Mungkin saja dalam proposal kegiatan dicantumkan untuk 100 peserta, tetapi pesertanya dibatasi hanya 75 orang. Supaya ada kelebihan yang bisa dinikmati. Itu adalah modus yangg sering dilakukan oleh konsultan EO (Event Organizer) disetiap kegiatan. Sehingga BPK dan BPKP juga harus memeriksa proses penunjukan rekanan konsultan di Humas Pertamina.
Kami juga menulusri PT Royston Advisory Indonesia dimana dia adalah Konsultan Media Relations PT Pertamina (Persero), di dalamnya banyak tokoh penting seperti Edward Depari dan kantor mereka ada dua satu di UOB Building Sudirman dan The Manhattan TB Simatupang.
Menurut sumber kami seorang pengamat komunikasi dari Pusat Kajian Komunikasi Indonesia (PKKI) Nasrullah yang juga satu dosen di Universitas Swasta di Jakarta menilai Prinsip kerja kehumasan juga terikat dengan kode etik dan tidak ada dalam tugasnya melakukan tindakan diskriminasi dan untuk melakukan kebohongan publik. “Itu contoh kecil kebobrokan pelayanan publik oleh Pertamina. Mereka harus sadar bahwa itu bukan perusahaan nenek moyangnya. Itu perusahaan yang modalnya dari keuangan negara yang dipisahkan, suruh mereka memahami apa isi UU BUMN,” jelasnya.
Sumber kami lainnya menyebutkan berdasarkan temuan fakta ada diskriminasi dalam acara pers realese oleh direksi Pertamina pada hari rabu tersebut bisa dianggap oleh publik keterangan yang diberikan Direksi banyak menyesatkan alias ada yang disembunyikan, jadi bagian pencitraan pribadi dia saja.
Sumber lain dari sebuah media berkomentar mengatakan bahwa sempet menyampaikan protes ke Wianda, katanya, acara itu malah 75 persen. “Wartawan yang gak jelas masuk duluan, wartawan yg bidang energi datang telat, malah ga bisa masuk,” jelasnya.
Ada juga sumber Info masuk ke redaksi dari lingkaran orang dalam di Pertamina, bahwa tidak semua direksi tau acara tersebut. “Bisa jadi acara itu dirancang sebagai pencitraan figur Dwi Sucipto di promosikan sebagai calon Menteri BUMN,” katanya.
Harusnya yang melakukan jumpa pers itu Direktur Pemasaran dan Niaga untuk dapat menjelaskan kesiapan Pertamina dalam melancarkan arus mudik dan acara lebaran diseluruh pelosok tanah air dan antisipasi terhadap adanya bencana alam yang diluar perhitungan manusia, seperti banjir dan tanah longsor diberbagai daerah, akan tetapi pada hari tersebut Ahmad Bambang lagi mengadakan inspeksi ke depo BBM Ujung Berung Bandung, nah mungkin momen inilah yang digunakan Wianda sebagai media pencitraan person, bukan untuk kepentingan korporasi.
Kenapa Menteri BUMN?
Sumber kami juga menyebut katanya diduga Wianda bekerja rangkap sebagai Humas bantuin untuk Meneg BUMN. “Bu Wianda kan separo waktunya di Pertamina dan separonya lagi di Kementrian BUMN untuk membantu pencitraan Bu Rinso,” katanya.
Siapa Rinso? Ia adalah Rini Soemarno. Kata sumbar itu diduga bahwa Wianda sudah satu tahun ini membantu/mengelola Public Relation Rinso. Jadi acara itu disiapin sebagai pencitraan figur Dwi Sucipto dipromosikan sebagai calon Menteri BUMN kiranya agak nyambung.
Dan memang telah beredar kabar bahwa akan ada Reshuffle kabinet jika jadi sekitar tanggal 14 Juli setelah lebaran, maka katanya Rinso akan digantikan dan dia masuk kandang mengantikan Teten Masduki, cuma memang yang beredar meneg BUMN digadangkan adalah Komut PT Telkom Hendri Saparini yang juga alumni UGM satu kampus dengan Presiden Joko. Kembali ke Wianda, jika bu Rinso tetap sebagai Meneg BUMN atau Dwi Sucipto yang jadi, maka nanti Wianda akan dipromosikan jadi Direktur Umum Pertamina menggantikan Dwi Daryoto, karena Wianda sudah banyak berjasa menjaga pencitraan Bu Rinso di media, begitulah ceritanya yang kami dapat informasi dari sumber terpercaya.
Catat juga ya yang jelas kami dari EnergyWorld bukanlah media abal-abal seperti yang dituduhkan Humas Pertamina. Majalah Kami ada dan terbit tiap bulan dengan 18 media online. Dan kami bukan penganut media yang hanya mencari makan gratis dan yang suka amplop dari sumber berita, praduga ini jelas merupakan pelecehan terhadap tugas jurnalistik. -red/rnz