MASA DEPAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIPERSIMPANGAN JALAN?
Oleh : Ferdinand Hutahaean
Die.Eksektif Energy Watch Indonesia
Mentri ESDM yang baru dilantik beberapa hari yang lalu yaitu Bpk Archandra Tahar kini menjadi kendali dan memegang kemudi arah kebijakan energi dan sumber daya mineral bangsa Indonesia kedepan. Meski memang terpilihnya pak Tahar sebagai Mentri ESDM masih menyisakan banyak pertanyaan, kini tidak perlu diperdebatkan. Saat ini pertanyaan pentingnya yang belum terjawab adalah terkait masa depan energi dan sumber daya mineral bangsa ini kedepan.
*Siapa Dr. Archandra Tahar?*
Sedikit informasi dan data tentang Mentri ESDM yang kita kumpulkan adalah Dr. Arcandra Tahar, M.Sc., Ph.D. lahir di Padang, 10 Oktober 1970 umur saat ini 45 tahun. Lulusan ITB, ahli di bidang konseptor kilang pengolahan offshore, aktif diperusahaan asing bernama Petronerr yang tidak tidak tergolong perusahaan besar dan satu lagi, beliau kesehariannya adalah guru ngaji nun jauh di Amerika sana. Sebuah negeri berpaham liberal yang saat ini mendominasi penguasaan sektor energi dan sumber daya mineral dinegara ini.
*Masalah sektor ESDM*
Sektor ESDM adalah sektor yang mengelola aset yang terkandung diperut bumi Indonesia maupun diatas permukaan tanah dengan nilai puluhan ribu trilliun. Andai bangsa ini berhasil mendata kekayaan ESDM nya dan disertifikatkan secara internasional, maka kita akan terhenyak dan kaget bahwa betapa kayanya Indonesia yang kini terlihat miskin dan hampir tenggelam ditimbun hutang yang besar.
Sektor ini juga menangani kebencanaan, geologi dan kegunung apian. Sebuah sektor yang sangat luas dan butuh managerial super agar bisa menata dan mengendalikan lembaga sebesar Kementrian ESDM.
Banyak masalah yang menerpa sektor ini dan sangat perlu penanganan segera. Dari catatan singkat kami, hal-hal yang menjadi masalah utama adalah : RUU MIGAS yang tak kunjung usai, Menurunnya angka lifting minyak, Tidak jelasnya penanganan blok gas seperti Masela, Natuna dll, Progres lambat listrik 35 GW, tumpang tindih aturan/ijin sektor tambang, menurunnya produktifitas tambang nasional, Pengembangan energi baru terbarukan, tidak bertumbuhnya data cadangan minyak dan gas, tata niaga minyak dan gas, penanganan kontrak karya migas yang akan berakhir, serta Kontrak Karya Freeport dan segudang masalah lainnya.
*Menteri ideal*
Kementrian ESDM dengan segudang masalahnya tentu membutuhkan sosok mentri dengan kemampuan managerial yang generalis. Tidak perlu seseorang yang ahli dibidang tertentu mengingat ESDM tidak hanya mengurusi satu sektor saja. Kementrian ESDM membutuhkan figur berani, tegas dan keras yang memiliki pengetahuan umum memadai tentang semua sektor ESDM, karena mentri tugasnya adalah manajerial dan kebijakan umum serta bukan eksekutor kebijakan karena kementrian adalah regulator.
*Masa depan Energi dan Sumber Daya Mineral*
Akankah masa depan ESDM ditangan Archandra Tahar akan lebih baik atau akan kembali kejaman kejayaan mafia migas era masa lalu yang sudah mulai dibersihkan oleh Sudirman Said pada masanya? Mampukah A Tahar membuktikan bahwa dirinya adalah pilihan tepat? Tidak ada yang tau pasti karena beliau baru bekerja dan mungkin sedang dalam tahap orientasi dan pengenalan medan kerja.
Dua sisi mata uang logam bedanya sangat tipis. Makin baik atau kembali kepada kerusakan sangat tipis jaraknya. *Mentri ESDM baru hanya akan bisa lebih baik jika tidak salah memilih teman dan tidak salah memilih tim kerja.* Munculnya sosok lama seperti Johannes Widjanarko yang kemudian kemungkinan akan diikuti mantan Dirjen Migas adalah kekeliruan dan akan menyesatkan Pak Tahar dijalan lurus. Mungkin Pak Tahar seperti memasuki belantara luas dengan jalan ditutupi semak belukar dan tanpa penunjuk jalan. Berbahaya sekali jika pak Tahar kemudian dituntun oleh orang orang yang bermasalah dan sudah diberhentikan oleh negara dalam rangka perang dengan mafia migas.
Kami pastikan ESDM kedepan akan terpuruk bila Pak Tahar salah pilih tim kerja. Membawa masa lalu yang gagal untuk memperbaiki masa depan adalah kesalahan dan hanya akan mengulang kegagalan. Masa lalu harus ditinggalkan demi masa depan bangsa.
Kemudian bahwa Pak Tahar yang ahli off shore tentu akan menghadapi kendala – kendala di Masela yang sudah diputuskan On shore oleh Presiden Jokowi. Permasalahan listrik 35 GW juga akan menjadi polemik tersendiri yang akan dihadapi oleh Pak Tahar. Pak Sofyan Baasir dirut PLN bukan orang sembarangan yang mudah diatur. Sofyan Baasir tentu punya majikan lain yang lebih berkuasa dikabinet, maka pak Tahar harus hati-hati bila tidak ingin jadi tukang stempel keinginan para mafia.
Semua sektor ESDM sangat penuh dengan trik dan intrik para mafia penghisap kekayaan bangsa. Pembangunan energi baru dan tumpang tindih ijin tambang yang semrawut jadi tantangan tersendiri yang akan dihadapi oleh Mentri ESDM yang baru. Belum lagi tekanan dari pihak asing, negara yang lama jadi tempat bermukim Pak Tahar yaitu Amerika terkait nasib Kontrak Karya Freeport.
Angka lifting yang tidak bertumbuh dan cadangan migas yang tidak bertambah jumlahnya juga akan menjadi beban berat pak Tahar mengingat *perusahan besar dunia sektor minyak sudah tidak lagi menempatkan Indonesia sebagai tujuan investasi* artinya sektor ini akan didominasi pemain menengah dan kecil. Dengan kendala ini, akankah lifting minyak bertambah? Akankah data cadangan akan bertambah? Tentu saja bisa jika dimulai dari penataan tata kelola migas kita. Menunjuk Pertamina menjadi holding dan satu-satunya badan usaha negara di sektor minyak dan gas adalah titik awal perbaikan tata kelola untuk meningkatkan sektor ini. Tanpa penataan yang baik, percuma kita bicara tentang peningkatan karena ego sektoral akan menghambat kemajuan.
*Pemberantasan mafia migas yang berkelanjutan*
Perang dengan mafia migas sudah dimulai dan menjadi prestasi tersendiri bagi Rejim Jokowi dan Mentri ESDM lama. Pembubaran Petral dan memperbaiki tata kelola dan pengadaan minyak melalui ISC Pertamina terbukti mampu membukukan penghematan yang cukup signifikan, ditambah lagi sektor pemasaran Pertamina yang terus berinovasi dan menggusur mafia mampu membukukan keuntungan signifikan ditengah badai harga minyak, hingga Pertamina mampu bertahan dari kepungan krisis. Prestasi ini tentu harus ditingkitkan minimal dipertahankan oleh Mentri ESDM baru, dan jangan sampai merusak dengan memasukkan orang-orang masa lalu yang terlibat permainan kemafiaan sektor migas kedalam sistem kementrian.
Penataan kinerja BUMN Energi lain seperti PGN dan PLN sangat mendesak mengingat kedua BUMN ini tidak terlihat progres kinerja membaik meski disuguhi data dan informasi dari perusahaan yang seolah-olah mereka berkinerja baik. padahal tidak.
Pemberantasan mafia migas jangan sampai berhenti ditangan Pak Tahar. Presiden Jokowi harus mencermati betul sektor ini mengingat indikasi kembalinya para pemain lama dan mafia sangat kasat mata. Jangan sampai prestasi baik dirusak dengan mengalahkan kepentingan nasional dan mengutamakan kepentingan kelompok tertentu.
*Saran kepada Mentri ESDM*
Pertarungan kepentingan disektor ESDM ini sangatlah besar. Pertarungan yang melibatkan para penghisap kekayaan negara dan para mafia tidak akan berhenti. Kami ingatkan *Mentri ESDM agar berhati hati memilih teman, berhati hati memilih tim kerja dan waspada dengan titipan kepentingan pihak lain.* Kenalilah lawan kenali kawan, teruskan perang dengan mafia, jangan sampai menyerahkan brankas berisi kekayaan negara kepada maling. Bertindaklah tegas dan keras serta tidak kompromi dengan para petualang disektor ESDM, karena ini menyangkut kemakmuran rakyat, kemakmuran negara. *Semoga para Direktur Jenderal di Kementrian ESDM mampu tetap bertahan dengan kinerja baiknya dan menjadi benteng kuat negara dari rongrongan para mafia*.
Jakarta, 06 Agustus 2016