ENERGYWORLD – Lathan dan Watkins melalui Badan pengawas hulu minyak dan gas, Satuan Kerja KHUSUS Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS), memberkan saran kepada pemerintah pada pembiayaan perluasan (proyek”) Train 3 dari proyek LNG Tangguh.
Pembangunan kilang LNG Tangguh yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat ini merupakan perluasan pabrik LNG Tangguh. Penandatanganan Landmark di Indonesia dengan melihat pembiayaan domestik pada awal dan pembiayaan secara mayoritas pertama offtake pari proyek LNG Hulu yang pertama kalinya di Indonesia sejak tahun 2007. Ini adalah satu-satunya proyek yang mencapai Putusan final Investasi (“FID”) dalam enam bulan terakhir ini.
Dalam rilisnya yang diterima ENERGYWORLD INDONESIA Proyek ini meliputi pembangunan LNG dengan train darat yang berkapasitas 3,8 juta ton per tahun, dengan dua platform lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga LNG baru dan infrastruktur pendukung, yang akan membawa kilang LNG Tangguh ke total kapasitas 11,4 juta ton per tahun (mtpa). Proyek ini juga dioperasikan oleh BP Berau Ltd atas nama mitra kontrak dengan bagi hasil lainnya. BP Berau Ltd dan afiliasinya di Indonesia memiliki saham 37,16 persen di proyek, yang diikuti oleh MI Berau BV (16,30 persen), CNOOC Muturi Ltd (13,90 persen), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd (12,23 persen), KG Berau Petroleum Ltd dan KG Wiriagar Petroleum Ltd (10,00 persen), Indonesia Alam Gas Resources Muturi Inc (7,35 persen), dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd (3,06 persen).
Proyek senilai lebih dari $ 8 miliar ini, merupakan yang pertama kalinya di Indonesia dan akan dibiayai oleh bank internasional dan domestik. Jumlah utang total senilai US $ 3.750.000.000, meliputi antara lain; JBIC pinjaman langsung (US $ 1,2 miliar), pinjaman ADB (US $ 400 juta) [1], internasional tranche bank umum (US $ 2045000000) dan tranche Bank Indonesia (US $ 100 juta) serta bank-bank internasional termasuk empat bank Jepang (BTMU, Mizuho Bank, SMBC, Shinsei Bank); tiga bank Singapura (DBS, OCBC, UOB); dua bank Cina (Bank of China, China Construction Bank); dua bank Perancis (BNP Paribas, Credit Agricole), dan KDB dan KfW. Sedangkan Bank-bank domestik meliputi empat bank Indonesia milik negara (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri).
Perkembangan train 3 dari proyek perluasan Tangguh ini sangat penting untuk pertumbuhan dan kebutuhan energi di Indonesia, dengan 75% dari produksi LNG tahunan, dimana Train 3ini dijual ke PT PLN (Persero), perusahaan listrik milik negara Indonesia. LNG yang tersisa dikontrak untuk Kansai Electric Power Company, Jepang. Tim Latham yang dipimpin oleh mitra Clarinda Tjia-Dharmadi di Singapura, dan didukung oleh rekan Tim Fourteau, Brett Lovellette dan Andrew Mamo.
Clarinda Tjia-Dharmadi, global Co-chair Power Group, mengatakan sekali lagi Latham mendapat kehormatan untuk mewakili Republik Indonesia pada pengembangan minyak landmark dan gas lain. “Proyek ini memberikan dorongan untuk membangun pertumbuhan ekonomi yang luar biasa ke Provinsi Barat Papua dan Indonesia, dan memperkuat komitmen pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pasokan energi negara dan dukungan dari pertumbuhan ekonomi di sektor LNG,” ujar Clarinda Tjia-Dharmadi
Sedangkan fasilitas LNG Tangguh di Teluk Bintuni (Papua Barat)lamjut Clarinda Tjia-Dharmadi saat ini terdiri dari fasilitas produksi gas lepas pantai yang menyediakan dua train 3,8 mtpa pencairan. “Train 3 ini diharapkan mulai beroperasi pada Juli 2020, dengan penandatanganan kontrak antara JBIC dan tranches ADB akan ditandatangani sebelum akhir 2016 ini. -SUN/Rhenoz Dharma