Home BUMN Benarkah Dwi Sucipto Terancam Dilengserkan Pasca Perubahan Struktur di Pertamina?

Benarkah Dwi Sucipto Terancam Dilengserkan Pasca Perubahan Struktur di Pertamina?

1633
0
Dwi Soetjipto, kepala SKK Migas/ist

ENERGYWORLD.CO.ID- Benarkah Dwi Sucipto Terancam Dilengserkan Pasca Perubahan Struktur di Pertamina?  Beredarnya dokumen usulan perubahan struktur organisasi Pertamina tanggal 8 Agustus 2016, telah memancing komentar Direktur Eksekutif Ceri Yusri Usman.

Adapun hal yang mengandung keanehan dan pertanyaan publik apakah konsep perubahan struktur organisasi Pertamina tersebut merupakan hasil pembahasan antara dewan komisaris dengan Direksi Pertamina, atau ini hanya inisiatif Dewan Komisaris saja.

Dan yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah kapan Widyawan Prawira menandatangani surat usulan Dewan komisaris Pertamina kepada Menteri BUMN tersebut, mengingat yang bersangkutan sebelum tanggal 8 Agustus ikut bersama rombongan Dirut Pertamina ke Iran untuk merintis usaha mendapatkan wilayah kerja ekplorasi yang mempunyai cadangan 5 miliar barrel.

IMG-20160809-WA018IMG-20160809-WA017Publik kemudian bertanya-tanya ada gerangan pergesakan apa di manajemen Pertamina saat ini? Jangan-jangan ini buah hasil pergesekan antara Dwi Sucipto dengan Bu Rini sebelum Resuffle kabinet 27 Juli 2016 yang mencuat bahwa Dwi Sucipto akan menduduki posisi Meneg BUMN untuk menggeser kursi Rini Soemarno, sehingga bisa jadi perubahan struktur Pertamina ini diduga hanya sebagai jalan untuk mengeser Dwi Sucipto atau setidaknya menjepit posisinya dengan rencana mengangkat Ahmad Bambang sebagai Wakil Dirut, setelah disetujuinya struktur organisasi baru oleh Meneg BUMN.

Dugaan itu semakin nyata takkala surat usulan perubahan struktur organisasi dilakukan disaat Dirut Pertamina berada diluar negeri, apalagi wacana menggati posisi Dwi Sucipto sudah beredar luas menjelang resuflle kabinet, adapun nama yang beredar kuat saat itu adalah Ahmad Bambang dengan Sofyan Basyir yang akan menempati pos baru tersebut.

Padahal di dalam era glolabliasi perdagangan dan harga minyak mentah yang rata-rata di bawah USD 45 perbarrel sepanjang hampir 2 tahun ini, bisa dikatakan semua perusahaan minyak dunia mengurangi karyawan dan merampingkan organisasinya, akan tetapi berbeda kenyataan dengan proses transformasi bisnis yang dilakukan oleh Pertamina yg malah makin membuat organisasi semakin gemuk.

Tentu publik menunggu penjelasan secara terbuka dan menyeluruh dari Pertamina atas kebijakan ini, bisa jadi anomali yang dilakukan Pertamina ini merupakan teori baru manajemen krisis dalam mengefisiensikan perusahaan, tutup Yusri.

Jakarta 10 Agustus 2016
Jam 05.30