Home BUMN Proyek 35.000 Mega Watt Terhambat Karena PLN Akuisisi PGE?

Proyek 35.000 Mega Watt Terhambat Karena PLN Akuisisi PGE?

964
0
Fabby Tumiwa, Direktur-Eksekutif Institute for Essential Services Reform/ist

Rencana PT PLN (Persero) mengakuisisi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) bakal mengganggu program Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam membangun pembangkit listrik 35.000 Mega Watt (MW).

Pengamat energi dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, tidak ada keuntungan apapun yang diperoleh PLN dari akuisisi PGE, khususnya dari sisi biaya produksi listrik.

Menurut Fabby, sebelumnya PLN menyampaikan dengan akuisisi tersebut biaya produksi listrik akan menjadi lebih rendah. Namun, dengan kapasitas PGE yang sampai akhir tahun ini ditargetkan hanya mampu memasok geothermal untuk pembangkit 600 MW, jumlah itu dinilai masih jauh dari kebutuhan PLN.
Sehingga, kata dia, tidak mungkin itu bisa menekan biaya produksi listrik.

“Kalau menurunkan biaya panas bumi bagi PLN sih iya, tapi kalau menurunkan harga produksi itu sulit,” kata Fabby, di Jakarta, Senin (22/8/2016).

Menurut Fabby, akuisisi tersebut justru bisa mematikan PGE. Sebab, PLN akan kesulitan dalam memberikan permodalan agar PGE melakukan ekspansi dan mengembangkan bisnisnya.

“Kalau sekarang PGE di bawah Pertamina justru kelihatannya bisa lebih lincah,” ujarnya.

“Jadi, sejauh ini tidak ada dampak strategis dari akusisi tersebut. Paling dari akuisisi itu PLN jadi punya aset (anak usaha) saja, yakni PGE,” bebernya.

Untuk itu, PLN disarankan fokus pada pembangunan pembangkit listrik.

“Saat ini saja baru sekitar 13.000 MW pembangkit yang selesai proses tendernya, sedangkan yang lain masih jalan di tempat,” cetus Fabby.

Lebih jauh, Fabby menambahkan, dengan lambatnya proses tender dan berujung pada keterlambatan konstruksi tentu ujung-ujungnya bakal berdampak pada krisis listrik. Padahal, mestinya jika ditargetkan pada 2019 sudah harus ada tambahan pembangkit 19.000 MW, maka pembangunan pembangkit sudah harus dilakukan saat ini untuk memenuhi kebutuhan di tahun tersebut.

“Sayangnya, saat ini banyak tender pembangkit yang nasibnya justru tidak ada kejelasan. Bahkan beberapa tender batal dilaksanakan. Seperti PLTU Jawa 5, PLTU Sumsel 9, PLTU Sumsel 10, PLTMG Pontianak, dan PLTMG Scattered,” jelas Fabby. (ts/plt)