ENERGYWORLD – Hingga kini PT Pertamina Energy Trading Limited, atau yang dikenal dengan Petral, belum juga dibubarkan. PT Pertamina beralasan, Petral, melalui anak usahanya Pertamina Energy Service di Singapura, memiliki utang-piutang dengan beberapa perusahaan. Sehingga likuidasi molor dari tenggat awal yang dipasang perusahaan ialah pada April 2016.
“Kami mengupayakan prosesnya selesai tahun ini,” ujar Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman, yang dikutip Jumat (26/7/2016).
Menurutnya, Pertamina sudah menyelesaikan likuidasi Petral dan Zambesi Investment. Dan saat ini prosesnya masuk tahap formal.
Arief seorah tidak ingat persis berapa piutang yang tercatat dalam PES. Namun menurut dia jumlahnya terbilang kecil. Namun masuk aset perusahaan. Likuidasi juga terhambat karena ada piutang tercatat dalam daftar sengketa.
Untuk ketepatan proses, Pertamina meminta pendampingan dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Proses inilah yang harus dilakukan perlahan sehingga memakan waktu. Sedangkan pemeriksaan akuntansi PES dianggap mudah oleh Arief. “Kami tidak ingin dituduh macam-macam karena memang tidak ada apa-apanya,” ujar Arief.
Sementara Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Pertamina Dwi Wahyu Daryoto mengatakan, pembubaran Petral menghasilkan efisiensi di luar perkiraan perusahaan. Per Juni lalu, realisasi efisiensi pengadaan mencapai US$ 91 juta atau melampaui target perusahaan dalam periode sebanyak US$ 42 juta. “Realisasinya 218 persen dari target,” kata Dwi. RED/REREP