ENERGYWORLD.CO.ID – Anggota Komisi V II DPR Kurtubi dan Presiden FSPPB Noviandri secara tegas mendukung aksi korporasi Pertamina mengakuisisi M&P.
Kurtubi mengatakan kondisi M&P baik karena onshore dan masa lisensi masih lama, memiliki portofolio menarik, cashflow positif, dan punya upside dari blok eksplorasi di Kanada, Kolombia, Namimbia dan Myanmar.
Sementara Noviardi bilang prospek M&P luar biasa, langkah Pertamina tepat dan akan dapat manfaat besar, maka tak tepat upaya Pertamina dianggap akan merugi. Apalagi saat ini M&P tak masalah dengan kondisi keuangannya.
Ditepi lain Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) menilai aneh dan heran atas sikap mereka itu , silahkan dukung mendukung. Yang eSPeKaPe inginkan, mohon Direksi Pertamina harus jelaskan terhadap gagalnya akuisisi di BWQ 2 Irak yang sama-sama onshore dan lebih prospektif karena produksinya 14 kali lipat. Hal ini akan eSPeKaPe didiskusikan jelang HUT Ke-59 Pertamina, kata Pendiri eSPeKaPe Teddy Syamsuri.
Masih kata Teddy Syamsuri , telah mengetahui bahwa “Laporan keuangan M&P yang pernah disuspend di Bursa Euronext Paris juga sudah didapatnya , mungkin karena Kurtubi dan Noviandri enggak utuh mendapati data M&P, sehingga mereka mendukung akuisisinya. Bahkan Noviardi nampak salahkan pihak yang persoalan keuangan M&P yang dibilang tidak ada masalah , mungkin mereka lanalisa itu data tahun lalu. Artinya, ini contoh soal interity yang sempit,” jelas Teddy Syamsuri
Teddy Syamsuri juga mempertanyakan kepada Kurtubi dan Noviardi bahwa saat boss M&P, Jean-Francois Henin jual saham ke Pertamina dengan harga di level 4,2 Euro plus 0,5 Euro (potensial) perlembar. Pada 5 Agustus 2016 ternyata disaat penutupan perdagangan, faktanya harga saham M&P ditutup di level 3,94 Euro.
“Apa hal ini bukan suatu petunjuk tanyanya heran , padahal Pertamina belum dapat bagian (lifting) migas dari M&P saja, harga sahamnya M&P sudah merosot 0,26 Euro perlembar. Inilah yang seharusnya mohon dengan sangat mengahrapkan Bung Kurtubi yang mantan karyawan Pertamina dan Bung Noviardi sebagai Presiden FSPPB untuk peduli mengkritisinya,” tanya Teddy.
Dikatakan Teddy mengharapkan mohon klarifikasi kenapa akuisisi di Blok West Qurno 2 di Irak, Pertamina mundur. “eSPeKaPe secara resmi akan minta klarifikasi dari Direksi Pertamina agar hal ini tidak jadi kegaduhan publik, yang bisa menimbulkan fitnah adanya kongkalikong ” terang Teddy Syamsuri.
Sementara itu Presiden FSPPB menjawab “Terima kasih Pak Teddy atas infonya. Menurut saya pembelian saham M&P masih harus banyak diskusinya, karena ini untuk future, memang saat ini semua saham perusahaan minyak dunia turun seiring dengan turunnya harga minyak dan saya kira ini normal saja. Tapi kalau Pak Teddy menemukan adanya permainan baiknya di ungkap saja.” jawab Noviandri kepada Teddy.
Teddy juga menyampakan, bahwa basisnya eSPeKaPe mayoritas karyawan laut. Maka jika lifting crude dari M&P di Gabon, Tanzania dan Nigeria yang letaknya di Afrika Barat, maka harus melewati Capetown. Jika gunakan kapal VLCC, lifting bagian Pertamina baru bisa terangkut dalam waktu lama, bisa jadi butuh setahun nunggu sampai muatan crudenya penuh.
“Dari asumsi ini, apa iya akan bisa future? Sementara West Qurno 2 yang sama-sama onshore, lebih dekat, produksinya 14 kali lipat dari M&P, dan bisa diolah di Kilang Shell Singapore seperti mengolah lifting dari West Qurno 1 (hasil akuisisi di era Karen) dan tak jadi soal meski sulfurnya tinggi,” tegas Teddy.
Masih kata Teddy inilah yang jadi concern kami. Ekspansi untuk kebutuhan dalam negeri agar tak tergantung impor, eloknya harus pruden agar dana dikeluarkan untuk PwCAI, “Tim Teknis Pertamina dan Institut di Irak karena gagal tak dibuang percuma. Kasihan sama pensiunan, uang Pertamina dihamburkan” ungkap Teddy Syamsuri.
Meski begitu Teddy yakin dan mengatakan . Kami juga ingin “test case ” sampai dimana mereka punya integrity demi bangsa dan negeri ini. “Bukan jadi corong mereka yang sejujurnya abai pada amanat konstitusi,” tutup Teddy. |ATA