ENERGYWORLD.CO.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa total penerimaan negara telah mencapai 46,1 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2016 atau Rp 840,2 triliun. Namun, penerimaan negara dari tahun anggaran ini diperkirakan meleset Rp 219 triliun dari target.
“Ini masih sama, kami tidak memperkirakan perubahan dari rencana realisasi akhir tahun ini. Tentu kita akan melihat terus perkembangan yang terjadi di seluruh Kanwil Perpajakan di dalam mencapai target penerimaan, baik yang berasal dari look in maupun yang berasal dari tax amnesty dan upaya-upaya perpajakan lainnya termasuk dari Bea Cukai dan Penerimaan Negara Bukan Pajak,” kata Sri, hari Jumat (16/09/2016).
Menurut Sri perkembangan penerimaan pada tiga bulan ke depan amat penting karena akan menentukan kemampuan pemerintah untuk membelanjai seluruh pengeluaran yang telah menjadi komitmen.
Namun dia mengemukakan, ada satu risiko membengkaknya cost recovery penerimaan sumber daya migas yang pada bulan Juli lalu realisasinya telah mencapai 6,5 miliar dolar AS, sementara di APBN-Perubahan dianggarkan sebesar 8 miliar dolar AS.Jadi, ia memperkirakan bahwa cost recovery akan melebihi yang ada di dalam APBN-P sebesar 8 miliar dollar AS, akan memberikan tambahan pengeluaran yang kemudian akan mengurangi penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari sumber daya alam.
“Ini yang mungkin perlu untuk kita tambahkan dari sisi kemungkinan risiko dari sisi APBN tahun 2016,” jelas Sri Mulyani.
Di sisi lain, dia mengatakan dengan sebagai konsekuensi adanya peningkatan pengeluaran, belanja pemerintah telah mengalami percepatan.
“Jadi banyak kementerian dan lembaga yang nampaknya cukup cepat melakukan penyerapan anggaran pada awal tahun karena perencanaannya makin baik,” katanya. |RMN