ENERGYWORLD – Dalam sambutannya Indonesia’s Oil and Gas Partnership Program 2016 Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja di Jakarta, Senin (19/9). mengatakan, pada saat ini Indonesia tidak hanya sebagai produsen migas, melainkan kombinasi produsen dan konsumen. Namun Produksi minyak yang terus menurun, menyebabkan Indonesia harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, lanjut dia, Pemerintah meningkatkan eksplorasi migas, membangun infrastruktur, mengembangkan migas non konvensional, mengurangi subsidi BBM dan melakukan program diversifikasi energi,” ujar IGN Wiratmaja Puja di Jakarta, Senin (19/9) dilansir dari migas.esdm.go.id
Wirat menambahkan meski potensi energi Indonesia sangat beragam, namun ketergantungan pada energi fosil sangat tinggi. “Indonesia telah berpengalaman lebih dari 100 tahun dalam mengelola migas. Dari 314 WK yang aktif, 234 diantaranya dalam tahap eksplorasi dan 80 WK tahap produksi,” tambahnya.
Pada saat ini, produksi minyak Indonesia mencapai 830.000 barel per hari dan 8.111 MMSCFD untuk gas bumi. Total cadangan minyak Indonesia sekitar 7,3 MMSTB dan gas bumi 151,33 TSCF. Untuk menarik investor di hulu migas, Pemerintah memberikan insentif fiskal serta memberlakukan kontrak jenis baru yang dapat dipilih oleh investor.
Di sisi hilir, kebutuhan bahan bakar meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Untuk memenuhinya, Indonesia harus melakukan impor.
Indonesia juga mengembangkan infrastruktur seperti kilang minyak, tangki penyimpanan dan sarana transportasi di berbagai daerah di Indonesia. Kapasitas kilang minyak di Indonesia saat ini 1.157 MBCD dan tangki penyimpanan sebesar 7.561.207 KL. “Indonesia berencana untuk mengembangkan lebih banyak infrastruktur BBM dalam sepuluh tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ungkap Wirat.
Dalam 10 tahun terakhir, lanjut Wirat, kebutuhan gas meningkat dua kali lipat. Untuk memenuhi kebutuhan itu, akan dibangun berbagai infrastruktur seperti regasifikasi. Pembangunan ini terutama dilakukan di Indonesia bagian Timur. “Infrastruktur yang ada masih kurang untuk mendukung pemenuhan kebutuhan. Oleh karena itu, Pemerintah berencana untuk mengembangkan lebih banyak infrastruktur sampai tahun 2030,” kata Wirat.
Wirat juga mengharapkan agar acara memperkenalkan industri migas di Indonesia serta memperkuat kerja sama dengan negara-negara tetangga untuk mengembangkan migas dan investasi di dalam negeri, Kementerian ESDM Ditjen Migas Kementerian ESDM Indonesia’s Oil and Gas Partnership Program 2016 yan berlangsung 19-30 September 2016 ini dihadiri 15 peserta dari 13 negara seperti Jordania, Myanmar dan Venezuela. Delegasi akan mengunjungi beberapa instansi terkait seperti SKK Migas, PT Pertamina, Medco, Kilang Cirebon, PT PAL Surabaya serta PT Citra Tubindo di Batam. | ATA