Oleh Aendra Medita Kartadipura | CEO/GROUP EDITOR IN CHIEF Majalah ENERGYWORLD Indonesia
Salam pak Jonan mungkin Anda masih ingat saat saya bertemu Anda di Dharmawangsa Hotel Jakarta, malam 25 Oktober 2014. Anda saat itu sebagai Direktur PT Kereta Api Indonesia (KAI), saya mewawancarai Anda bersama jurnalis saya dan fotografer. Saya saat itu Pemimpin Redaksi Majalah GEOENERGI, kini saya CEO/GROUP EDITOR IN CHIEF MEPRINDO MEDIA GROUP (MMG) yang menerbitkan Majalah ENERGYWORLD Indonesia dan sejumlah media.
Pertemuan saya dengan pak Jonan memang terencana. Nara hubung kami adalah Humas KAI yang sudah siapkan jadwal bahwa sang Dirut KAI siap diwawancarai malam itu di Jakarta. Awalnya kami akan meluncur ke Bandung dimana Kantor Pusat PT KAI ada Bandung, setelah jadwal lama menunggu akhirnya kami diterima di Jakarta.
Saat itu nama Jonan memang sedang moncer, dan digadang-gadang bakal menyandang jabatan baru, dia yang sedang menjabat Dirut KAI itu disebut tak kepalang akan menjadi Menteri BUMN, Menteri Perhubungan, bahkan menteri ESDM. Selain disebut bukan menjadi menteri dia juga akan digeser ke posisi BUMN lain yang sama-sama plat merah, seperti Pertamina, ANTAM dan TELKOM. Penyebutan mana Jonan saat itu bukan tanpa alasan, karena ada kisah sukses dan terobosan Jonan.
Sebut saja revolusi di KAI yang dilakukan Jonan membuat setiap stasiun kereta berubah yang dulu kumuh kini bersih seputar rel disapu bersih sama Jonan wajah KAI zaman baheula tidak ada lagi. Saat itu Jonan jadi leader di BUMN dan hampir bersaing gayanya dengan MenBUMN Dahlan yang suka dengan gebrakan.
Kiprah Jonan dan tim membuahkan hasil dan mereka di dapuk sejumlah Penghargaan untuk PT KAI sejak Tahun 2013 (Data PT KAI, diolah) menyebut E-Ticketing dan Online Ticketing Commuter Electronic Ticketing mampu membalikan kerugian menjadi keuntungan adalah pretasi Jonan. Jonan juga sukses membalikkan kerugian Rp 83,5 miliar pada 2008 menjadi keuntungan Rp 154,8 miliar pada 2009. Pada 2013, bahkan telah mencatatkan laba sebesar Rp 560,4 miliar. Jonan juga melipatgandakan aset KAI dari Rp 5,7 triliun pada 2008, menjadi Rp 15,2 triliun pada 2013, atau terjadi peningkatan mendekati tiga kali lipat. Dibalik kesuksesannya Jonan juga mampu meningkatkan kesejahteraan karyawan PT KAI Dalam 5 tahun terakhir, take home pay sejumlah pegawai ada yang naik hingga 300%. Jumlah pegawai KAI juga naik sekitar 10%, dari kisaran 25.5 ribu orang menjadi sekitar 26.9 ribu orang. Kinerja Positif Keuangan PT KAI dan terobosan menjual tiket secara online, transfer via ATM. Perjalanan kereta Commuter Line dengan kartu Commet (Commuter Electronic Ticketing) dan bisa diisi ulang membuat sarana nyaman berkereta.
Bisa jadi Jonan belajar banyak dari Japan Railway Company (JR Central) untuk KAI ini dimana Operasi Pendapatan JR luar biasa ¥ 1,306.6 miliar. Saya pernah berkesempatan dapat lawatan ke Tokyo Jepang dari JICE Februari 2016 lalu dan dijelaskan bahwa JR adalah perusahaan bagus dan Tim Indonesia pernah berkunjung kesini dan studi. “Bisa jadi inilah perusahaan Jepang yang kini sedang kuat dan banyak anak muda bercita-cita kelak bekerja di JR karena jaminannya luar biasa, JR juga Perusahaan hebat juga sehat,”kata narasumber saya di JICE.
Baik kembali ke Jonan dan pertemuan dengan saya. Sudah dua tahun yang lalu kita bertemu pak Jonan. Saya tentu tak kenal baik, meski foto saya dan Anda kelihatan akrab. Lihat saja adegannya bagai salam komando tapi itu hanya sekadar foto hasil jepretan fotgrafer media saya Risman. Foto itu berjuta makna, bahkan ada kawan yang “rada kecewa” karena saya berfoto dengan Pak Janan saat saya unduh di Facebook saya.
Saat bertemu Jonan dimalam itu sejumlah karyawan KAI hadir rupanya tugas kantor belum usai. Dan sejumlah tugas perlu tanda tangan Jonan. Saya melihat Jonan gesit dan siap siaga dirinya. Lalu ia membaca sejumlah surat yang perlu ditanda tangan.
Ada dua yang harus dibubuhi materai, namun rupanya materai kurang. Saat itu sudah malam tentunya tak mudah cari materai seharga 600 itu. Saya adalah yang selalu iseng menyimpan materai di dompet dan saya cek dompet. Alhamdulillah saya kebetulan menyimannya. Lalu saya sampaikan ini saya punya Materai 6000. Dan akhirnya materai itu diapakainya. Acara tanda tangan pun lancar. Dan pak Jonan berkata nanti ganti ya ke staffnya itu. Nanun sampai kini pun tak pernah ada kabar dan saya tak berharap. Bagi saya inilah kesan yang kuat dengan Jonan delam pertemuan malam itu. Materai 6000 dan membuka wawancara panjang saya dan Mr Jonan saat itu.
Ini kira-kira dialog saya dan jawaban Jonan saat itu ketika saya tanya bagaimana kalau Anda digeser jadi Dirut Pertamnina, Anda siap? Saya tidak akan jawab karena Anda bukan Menteri BUMN. Pak Dahlan saja tidak tanya. Biar saja kalangan yang berpendapat. Saya hanya menjawab orang yang memutuskan penugasan saya atau orang yang bakal memutuskan penugasan saya. Jika diminta untuk jadi dirut (Pertamina) saya akan jawab belum tentu. Belum tentu mampu atau belum tentu saya ditugaskan. Apa pun pertanyaannya jawaban saya itu.
Lalu saya pun menanyakan seputar wilayah energi khususnya batubara yang dalam hal ini KAI sangat besar kntribusinya dalam angkutan Batubara di Sumbagsel, di Jawa juga ada tapi tidak besar? Ia jawab Target kami PT KAI sampai tahun 2020 kira-kira kalau Sumbagsel bisa 30 juta ton setahun, sekarang jika di total, bukan hanya PT BA saja, tapi juga swasta sekarang ini kira-kira mungkin 18 juta ton di tahun ini. Tidak harus PT BA saja, ini target KAI untuk mengangkut angkutan barang tambang di Sumbagsel (Sumatera Selatan dan Lampung). Kalau secara keseluruhan KAI punya target tahun 2020 angkutan barangnya 60 juta ton per tahun, angkutan penumpangnya 600 juta per tahun. Tahun ini total kira-kira 270 juta penumpang, angkutan barangnya estimasinya kira-kira 30-32 juta per tahun. Kapasitas ini akan di genjot dua kalipat dalam waktu 6 tahun dari 2015-2020. Kalau ditransportasi masal ini signifikan. Kapasitas naik dua kalipat dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, itu tidak banyak negara di dunia yang mampu. Faktor Indonesia sebagai negara berkembang, infrastruktur terus
mengikuti.
Jonan juga melihat bahwa lebih suka 5 pulau di Indonesia ada jaringan kereta api, di bikin sederhana ajah seperti yang di Jawa, masing-masing 3000 km, jadi sumatera, kalimantan sulawesi dan papua. 3000 ajah, 3000×4=12000, taruh lah 10000 km sebagai awal ini oke sekali. Ini anggaran negara yah, bukan swasta, dari pada kita bikin kereta cepat jkarta-bandung yang katanya 50 T, karena pemerataannya kurang. Apalgi jika harga karcisnya misalnya 500 ribu, sy kira yang bisa naik adalah kalangan tertentu. Kalau 50 T misalnya di bangun double track dari Banda Aceh sampai Bakauhuni yang kira-kira 2000 km, kali dua jadi 4000 km, 50 T pasti cukup kalau yang bangun KAI. Kalau yang bangun selain KAI saya tidak tahu cukup apa tidak, kan tergantung cara dagang. Makanya kemarin pernah ada yang bicara di tv yang mengatakan bahwa jakarta-surabaya kalau double track habisnya 50 T itu, saya kira orang itu tidak ngerti kereta api. KAI sanggup, tapi gak pernah dikasihkan ke KAI. Tak mungkin bisa bekerja dengan swasta karena ini lintas umum, bukan lintas khusus karena uangnya gak akan kembali, tidak ada swasta yang mau. Misalnya saja Bukit Asam yang mau buat trans pacific kereta angkutan batubara dengan Rajawali grup, tidak akan Rajawali mau jika tidak dapat konsesi batubaranya tidak mau dia bikin.
Masih kata Jonan kalau misalnya 10000 km, double track itu 20000 km, 20 ribu itu kira-kira 200 T, 20 miliar us dolar kira-kira kalau kita pakai kurs sekarang, 20 miliar US kan, sama dengan subsisdi bbm setahun kan? Kenapa negara gak bisa bangun itu, dikurangin ajah subsidinya bikin program 5 tahun, selesai. Kan, kalau 5 tahun kan cuma 4 miliar dolar per tahun, 40 T, selesai. Kalau subsidi dikurangin, harga eceran premium dan solar mendekati harga pasar. Kalau sekarang subsidi gak dikurangin apa harga barang gak naik? Karena kurs rupiah kita terhadap dolar melemah. Kurs kita melemah 20% dalam setahun ni. Bayangkan dalam 18 bulan melemah 20% itu adalah persoalan serius, wong komponen impor kita juga tinggi, kadang beras dan kedelai juga impor. Dampaknya sudah langsung artinya daya beli dan kebutuhan tidak seimbang. Kalau misalnya subsidi dikurangi, harganya mendekati harga normal, secara naluri konsumen akan mengurangi kebutuhan bbm yang tidak perlu dan subsidinya tidak
besar sehingga neraca pembayaran pemerintah, negara akan membaik. Harapannya, dalam waktu segera cadangan devisanya akan membaik, neraca pembayaran membaik, kalau itu membaik mudah-mudahan kurs rupiah kembali menguat, misalnya di 10 ribu. Ini kan satu bola tergantung mencetnya dimana. Cuma memang menurut saya pribadi ini di bawa kepada….kalau kurs tidak bisa nyalahin pemerintah, lah wong ini nyalahin juga. Yah kalau kurs jangan tanya pemerintah mau tanya siapa, tanya Tuhan.
Memang pemerintah tidak bisa mempengaruhi kurs, tapi kebijakan itu pasti memepengaruhi kurs, terutama yang besar-besar. Baik itu kebijakan fiskal, kebijakan moneter. Lumayan kan tukang kereta bisa ngomong gini, kata Jonan.
Pertanyaan saya saat itu juga sampaikan bahwa nama pak Jonan masuk daftar calon menteri lantas pak Jonan mau apa? Nanti seandainya saya dipanggil oleh presiden terpilih, selesai saya kasih tahu, tadi ngomongnya arahnya begitu. Yang penting orang itu manfaatnya untuk orang lain itu ada, gak peduli pekerjaannya apa. Yang penting manfaatnya untuk orang lain. Yang kita punya itu tidak lebih penting dari apa yang bisa kita kontribusikan untuk orang lain. Saya kira bukan soalnya keberanian, itu tentang pemahaman tentang esensi hidup ajah menurut saya. Kemanfaatan untuk orang lain harus lebih banyak daripada diri sendiri.
Dan Presiden Joko Widodo pun akhirnya mengangkatnya sebagai Menteri Perhubungan di awal masa pemerintahan. Namun pada Ignasius Jonan juga dicopot dari jabatan Menteri Perhubungan paska lebaran. Pencopotan itu diduga karena Jonan gagal menyelenggarakan angkutan mudik Lebaran 2016 sehingga terjadi gerbang tol Brebes, Jawa Tengah atau yang dikenal tragedi Brexit. Jonan diganti oleh Budi Karya Sumadi mantan anak buahnya yang Dirut PT Angkasa Pura II. Sejumlah kalangan, terutama anggota DPR saat itu mendesak agar Presiden mencopot Jonan karena dinilai gagal menyelenggarakan angkutan mudik 2016.
Maka waktu Jumat 14 Oktober 2016 itu, sepak terjang Jonan di KAI diingatkan kembali karena ada Blk Masela yang besar dan perlu ada rel kereta di onshore sana. Kata sumber politik energi di lingkaran sana bahwa Jonan diperlukan lagi. Dan akhirnya Jonan menjadi Menteri ESDM mengelola sektor energi Indonesia.
Karena hak Presiden atas menteri ini Jonan memimpin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, alasan khusus mengapa keduanya kembali masuk ke jajaran Kabinet Kerja. “Saya yakin keduanya adalah figur profesional yang tepat, berani, dan punya kompetensi untuk melakukan reformasi besar-besaran di ESDM. Ini isu manajemen, jangan ditarik ke personal dan politik,” ujar Presiden dalam Pelantikan Jonan digelar pada Jumat, 14 Oktober 2016, di Istana Negara, Jakarta dilansir laman presidenri.go.id.
Presiden memandang Jonan memiliki kemampuan dan kemajuan untuk terjun ke lapangan sehingga Revitalisasi Sektor Energi akan terwujud. Jonan kini kembali menjadi menteri dan saat ini di kursi ESDM yang kelola ribuan trilyun asset. Nah..kini mampuhkan Jonan bikin gebrakan? Kita tunggu! | data tambahan dariberbagaisumber