ENERGYWORLDINDONESIA – Harga minyak dunia kembali terperosok setelah negara-negara produsen belum bersepakat mengenai pemangkasan produksi.
Dilansir dari CNBC, negara-negara kartel minyak OPEC dan non OPEC yang mengadakan pertemuan di Wina, Austria hanya menyepakati diadakannya pertemuan lanjutan pada November untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut.
Dalam pernyataan bersamanya, mereka mengklaim adanya ‘kemajuan positif’ menuju langkah pembatasan produksi pada November 30. Sedangkan sehari sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa proposal pemangkasan produksi yang diajukan oleh OPEC gagal setelah Iran menyatakan keberatan akan rencana ini.
Sebelumnya, negara anggota OPEC, Irak juga menolak mentah-mentah rencana ini karena tengah berfokus untuk menggenjot pendapatan untuk memerangi terorisme.
Ketidakpastian perundingan tersebut berujung pada turunnya komoditas ini dibawah level USD 50 per barel. Brent hari ini diperdagangkan di posisi USD 49,44 per barel turun 0,5 persen. Sementara itu West Texas Intermediate juga melorot 0,25 persen menjadi USD 48,59 per barel.
Negara-negara non-OPEC yang turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut antara lain Azerbaijan, Brasil, Kazakhstan, Meksiko, Oman dan Rusia.
Ditengah isu pemagkasan produksi, Pemerintah Rusia justru memproyeksikan kenaikkan level produksi sekitar 0,7 persen tahun depan dan 0,9 persen pada tahun 2018.
Selain harga komoditas, kesepakatan yang masih buntu ini juga mendorong saham-saham perusahaan energi melemah. Bloombergmelaporkan saham British Petroleum Plc dan Tullow Oil jatuh lebih dari 1 persen dan menyeret indeks Eropa Stoxx 600 turun 0,3 persen hari ini.
“Terlalu banyak pernyataan yang dikeluarkan dan tak ada yang bersepakat. Ini yang membawa dampak buruk pada pasar,” kata analis dari OANDA Brokerage di Singapura, Jeffrey Halley.
Rusia memperkirakan produksi crude diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun depan yakni 548 juta ton pada tahun 2017 dan 553 pada tahun 2018 atau 2019, meningkat dari posisi saat ini yakni 544 juta ton tahun ini. |RMN