Direktur Utama PLN Sofyan Basir menerima penghargaan Government Contracting Agency(GCA)/Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama/PJPK) tahun 2016 dari Menteri Keuangan Sri Mulyani atas keberhasilan PLN dalam implementasi Kerja sama Pemerintah Swasta (KPS)/Private Project Partnertship (PPP) pembangunan mega proyek pembangkit listrik PLTU Batang 2 x 1.000 MW di Jawa Tengah.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah melalui Kementerian Keuangan harus memiliki sikap dan kemampuan berinovasi dalam bidang fiskal untuk mendukung PPP, sehingga dengan adanya kerja sama pemerintah dan swasta sudah seharusnya menghasilkan jasa publik yang lebih baik.
Proyek PLTU Batang yang merupakan salah satu PLTU terbesar di Asia Tenggara ini dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta atau Private Project Partnershipdengan PLN sebagai penanggung jawab kerja samanya.
“Keberhasilan proyek PLTU Batang tercapai tentunya merupakan kerja sama semua pihak baik pemerintah pusat, Pemda Jawa Tengah, juga dukungan dari Kementerian Keuangan serta PII (Penjaminan Infrastruktur Indonesia) yang memberikan dukungan penuh melalui jaminan pemerintah sehingga proyek ini dapat terealisasi dan sudah memasuki masa konstruksi,” ungkap Sofyan Basir dalam keterangan tertulis kepada media, Kamis (24/11/2016).
Sofyan juga menyampaikan, keberhasilan tercapainyafinancial close pada tanggal 6 Juni 2016 lalu merupakan bukti komitmen pemerintah dan juga PLN dalam rangka menyukseskan pembangunan dan penyediaan kelistrikan. PPA (Power Purchase Agrement) PLTU Batang sendiri ditandatangani pada Oktober 2011 .
Proyek PLTU Batang merupakan proyek pertama dari skema KPS berdasarkan peraturan yang diterbitkan pemerintah terkait PPP/KPS Tahun 2005 lalu.
Proyek ini juga merupakan proyek infrastruktur strategis nasional sejak tahun 2006 dan merupakan proyek pertama kali dan terbesar yang menggunakan UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan di mana pembebasan lahan merupakan tanggung jawab pemerintah.
PLN secara aktif terlibat dari berbagai lini untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar, pemilik lahan dan para stakeholder terkait bahkan Direksi PLN saat itu all out dalam mempercepat terlaksananya pembebasan lahan.
“Bahkan saya sendiri ikut terlibat, turun ke masyarakat sekitar untuk meyakinkan masyarakat dan para pemilik lahan bahwa proyek ini memberikan manfaat bukan hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi bangsa dan negara,” tandas Sofyan.
PLTU ini menggunakan teknologi ramah lingkungan yaitu ultra super critical boiler. PLTU Batang dibangun oleh pihak swasta yaitu Bhimasena Power Indonesia di mana investornya merupakan konsorsium J-Power, Itochu dan Adaro dengan dukungan pendanaan dari JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dan konsorsium perbankan internasional. Total biaya pembangunan proyek ini sendiri diperkirakan mencapai US$ 4 miliar.
Konstruksi pembangunan PLTU ini sendiri diperkirakan selesai dalam kuruhn waktu 54 bulan dan diperkirakan akan COD pada tahun 2019/2020. PLTU Batang merupakan pembangkit swasta dengan skema BOT (Build Own Transfer) dengan masa perjanjian selama 25 tahun yang akan diserahkan ke PLN. |EW/D