ENERGYWORLD – Organisasi pengekspor minyak di dunia, OPEC sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barrel per hari. Dampaknya, terjadi lonjakan harga minyak dunia dan beberapa saham energi.
Harga minyak mentah di pasar dunia mulai diperdagangkan dengan kenaikan mencapai 9 persen. Harga minya dijual USD 50.00 per barrel untuk pertamakalinya sejak Oktober silam. Sedangkan harga minyak Brent juga mengalami kenaikan USD 4 dan menyentuh angka USD 52,35 per barel.
Lonjakan harga minyak itu juga ditambah dengan ekspetasi inflasi AS yang tinggi pascaterpilihnya Presiden Donald Trump.
“Kali ini Trump telah mengambil sikap pasif karena OPEC dan Rusia telah mengambil inisiatif memperbaiki harga minyak,” ujar Kepala Strategi Pasar, Christ Weston, seperti dikutip Reuters, Kamis (1/12/2016).
Kenaikan harga minyak ini diharapkan bisa memberikan implikasi yang luas terhadap ekonomi global.
Seperti diketahui OPEC menyepakati untuk memotong produksi minyak mentah di luar kondensat sebesar 1,2 juta barel per hari. Atas kebijakan tersebut, Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengambil langkah agar Indonesia keluar dari OPEC.
Menurut Jonan, Sidang OPEC juga meminta Indonesia untuk memotong sekitar 5 persen dari produksinya, atau sekitar 37 ribu barel per hari.
Padahal, lanjut Menteri ESDM, kebutuhan penerimaan negara masih besar. Ia menyebutkan, pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2017 disepakati produksi minyak di 2017 turun sebesar 5 ribu barel dibandingkan 2016.
Dengan demikian, pemotongan produksi minyak yang bisa diterima Indonesa adalah sebesar lima ribu barel per hari. |Reuters/RDT