“Kunjungan saya ke Mozambik, selain sebagai utusan khusus Presiden RI untuk menyerahkan undangan KTT IORA, juga untuk merevitalisasi kerja sama ekonomi kedua negara,” kata Retno, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 8 Februari 2017.
Kunjungan ini memiliki makna karena kunjungan terakhir Menlu RI ke Mozambik dilakukan pada 2004. Dalam kesempatan kali ini, Retno membawa sejumlah pengusaha di bidang industri strategis dan perbankan, termasuk perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Kehadiran sektor perbankan ini diharapkan dapat memberi solusi konkret terhadap salah satu kendala utama hubungan ekonomi Indonesia dan negara-negara Afrika, yaitu pendanaan.
“Kerja sama ekonomi Indonesia dan Mozambik belum menunjukan potensi yang dimiliki oleh kedua negara,” terangnya.
Pembahasan difokuskan pada tujuh area prioritas kerja sama ekonomi. Pertama, kerja sama di sektor energi, yang dimaksudkan agar Mozambik dapat memberikan akses lebih besar kepada Indonesia.
“Saat ini, terdapat dua perusahaan Indonesia yang sudah berinvestasi di sektor energi di Mozambik. Kami ingin ini secepatnya diperluas,” tuturnya.
Kedua, ia menyoroti pentingnya peningkatan kerja sama di sektor perdagangan bilateral yang cenderung menurun tiga tahun terakhir. “Kita harus ambil langkah sungguh-sungguh untuk mengurangi berbagai hambatan dalam perdagangan kedua negara ini, termasuk masalah dana,” ungkap dia.
Ketiga, mantan Duta Besar RI untuk Belanda ini terus mendorong upaya perluasan pasar produk-produk Indonesia di Mozambik. Khusus sektor industri strategis, Mozambik berminat untuk membeli sejumlah kendaraan lapis baja seperti Anoa dan kapal Fast Attack Missiles.
Terakhir, Retno juga menawarkan produk gerbong kereta api Indonesia yang telah menembus pasar Bangladesh. “Kualitas gerbong kereta api Indonesia sangat baik, dan ini mendukung program pembangunan sistem transportasi kereta api Mozambik,” paparnya. |EWIND0/RED/VN