Home Ekbiz Corporate TAMBANG EMAS POBOYA, Bom Waktu di Palu (Bagian III)

TAMBANG EMAS POBOYA, Bom Waktu di Palu (Bagian III)

2559
0

ENERGYWORLD – Ribuan masyarakat dari luar Poboya berbondong-bondong datang mengadu nasib sebagai penambang datang ke lokasi pertambangan tersebut untuk mencari rezeki dengan berbagai keahlian yang dimilikinya.

Penambang yang ada yang menjadi penambang  di dominasi oleh masyarakat penambang dari kota Manado  dan Gorontalo. Mulai dari kijang (sebutan bagi penjual jasa tenaga pemikul barang),supir mobil hingga masyarakat sekitar yang ikut membuka warung dan juga sebagai pencari lahan tambang yang akan di ekspolarasi.

“Biasanya masyarakat penambang ilegal yang datang ke Poboya adalah mereka yang dulunya penambang yang terusir didaerahnya karena pekerjaan tambang  ilegal dan ditutupnya tambang-tambang didaerah asalnya akibat masalah-masalah yang ditimbulkan didaerahnya.” ungkap Sandi Suwardi menjelaskan kepada Energyworld saat berkunjung ke Poboya Palu (5/6/2017).

Tak jarang masyarakat Poboya mencari lahan tambang dengan menggali gorong-gorong dengan peralatan sederhana dengan resiko yang sangat besar tanpa alat keselamatan memadai demi cukong- cukong tambang dari luar Poboya.

Biasanya bila masyarakat menemukan lahan tambang dari gorong-gorong baru yang dibuatnya dan dianggap potensial, maka cukong tersebut membiayai seluruh keperluan tambang dimana hasil tambang tersebut langsung menjadi bagian dari sang cukong tersebut dan dibeli dari penambang ilegal dengan perjanjian khusus tentunya. “Disinilah problem dan masalah yang sulit di pecahkan oleh pemerintah daerah dan aparat untuk menghentikan mqsyarakat Poboya dan pendatang menghentikan kegiatan tersebut.” Ujar Sandi Muwardi yang mengaku keluarganya pun memiliki lahan Tambang didaerah Poboya sejak beberapa tahun silam.

Air yang menjadi kebutuhan masyarakat Palu saat ini, Walhi kota Palu  belum melihat  adanya penurunan. Menurut Walhi pihaknya mengaku belum melihat adanya perubahan debit air. Karena, belum melakukan pengukuran sebelum dan sesudah masuknya tambang rakyat di wilayah tersebut.

Dari pengakuan sejumlah masyarakat yang tinggal di kawasan Tahura Poboya Paneki, mereka sudah sulit untuk mendapatkan air bersih jika kemarau. Menurut  Sandi, biasanya warga sekitar berebut air dengan menutup pipa-pipa air bersih untuk dialirkan ke wilayahnya masing-masing.

Hal itu terjadi akibat rusaknya vegetasi hutan Lindung yang sudah tampak gundul akibat banyaknya ekspolarasi penambangan di Poboya. Berbagai cara sudah dilakukan pihak UPTD Tahura agar kawasan tersebut tidak dimasuki.

Seperti memberikan himbauan, hingga melaporkannya kepada Walikota Palu dan Gubernur Sulawesi Tengah. Tetapi, penambang emas tetap melakukan aktivitasnya. (BERSAMBUNG)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.