Home BUMN Batalkan Pemberian 39% Saham Blok Mahakam

Batalkan Pemberian 39% Saham Blok Mahakam

835
0
Dr. Fahmy Radhi /ist

ENERGYWORLD  – Pemerintah, melalui Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, menegaskan akan menerbitkan peraturan guna memenuhi tuntutan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, untuk memperbesar saham Blok Mahakam, dari 30% menjadi 39%. Awalnya, Menteri ESDM sebelumnya Sudirman Said akan menyerahkan sepenuhnya 100% saham kepada Pertamina, sekaligus sebagai operator tunggal Blok Mahakam. Namun, secara Business to Business (B2B) Pertamina memutuskan untuk melakukan partnership dengan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, yang menawarkan saham Blok Mahakam maksimal 30%. Berdasarkan kesepakatan B2B itu, Menteri ESDM Sudirman Said memutuskan untuk membatasi porsi kepemilikan saham kedua Kontraktor Asing tersebut maksimal 30 persen, pasca masa kontraknya berakhir pada akhir 2017.

Ironisnya, tidak hanya memperbesar kepemilikan saham saja hingga 39%, tetapi Menteri ESDM Ignasius Jonan juga menawarkan kepada Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation untuk tetap mengelola Blok Mahakam sebagai operator. Alasan yang dikemukakan oleh Jonan adalah untuk menjamin tidak terjadi penurunan volume produksi pada saat dikelola oleh Pertamina. Alasan itu secara tersirat menunjukkan bahwa Jonan masih meragukan kemampuan Pertamina untuk mempertahankan volume produksi dalam mengoperasikan Blok Mahakam.

Secara teknis dan teknologi, kemampuan Pertamina dalam mengelola lapangan Migas di lepas pantai sebenarnya sudah tidak diragukan lagi. Selama ini Pertamina telah berhasil meningkatkan produksi di lapangan Migas Offshore North West Java, yang tingkat kompleksitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan Blok Mahakam. Pertamina saat ini memiliki lebih dari 1.500 karyawan dengan pengalaman rata-rata 20 tahun di operasi Migas offshore. Selain itu, Pertamina masih dapat memperkerjakan mantan karyawan Total E&P Indonesie, yang 95% merupakan warga negara Indonesia. Hanya orang yang memiliki Inlader Mentality, yang beranggapan bahwa pihak asing (Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation) selalu superior ketimbang pribumi (Pertamina), yang masih meragukan kemampuan Pertamina.

Pertamina sebenarnya juga sudah mewaspadai potensi penurunan produksi Blok Mahakam selama masa transisi. Untuk menjaga produksi gas tetap di atas 1 miliar kaki kubik (bcf), Pertamina akan meningkatkan jumlah sumur pengeboran dari 6 hingga mencapai 19 sumur. Pertamina bahkan telah menyiapkan dana sebesar US$ 180 juta atau sekitar Rp 2,34 triliun untuk membiayai pengeboran 19 sumur itu. Memang di awal pengambilalihan oleh Pertamina, produksi berpotensi mengalami penurunan. Namun, dengan dioperasikan 19 sumur itu, produksi Gas akan kembali meningkat, yang diperkirakan bisa mencapai 1,6 bcf, pada tahun berikutnya.

Tidak ada alasan bagi Menteri ESDM Ignasus Jonan untuk meragukan kemampuan Pertamina dalam mempertahankan volume produksi, pasca pengambil-alihan Blok Mahakam. Oleh karena itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan harus membatalkan rencana pemberian 39% saham Blok Mahakam kepada Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, cukup 30% saja seperti yang sudah diputuskan oleh Menteri Sudirman Said. Pemaksaan pemberian saham 39% kepada total dikhawatirkan akan menjadi preseden yang mendorong Total E&P Indonesie dan Inpex Corporartion untuk melakukan berbagai maneuver hingga dapat menguasai mayoritas saham blok Mahakam, seperti pada kontrak sebelumnya.
Yogyakarta, 11 September 2017

Dr. Fahmy Radhi, MBA
Pengamat Ekonomi Energi UGM
Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.