ENERGYWORLD – Penelitian global baru menunjukkan bahwa kita belum cukup serius memperhatikan mata kita dan hal ini terjadi justru di saat mata kita semakin terbebani. Mengelola berat badan, tingkat stres dan kebugaran lebih diprioritaskan daripada kesehatan mata. Dua pertiga dari responden yang disurvei (66%) tidak memeriksakan mata secara berkala. Hal ini terjadi meskipun faktanya, orang dewasa masa kini menghabiskan waktu rata-rata lebih dari enam jam di depan layar, dan lebih dari setengahnya (56%) mengalami efek samping seperti ketegangan mata. Saat ini, hanya dua dari lima orang (42%) yang memilih pencahayaan yang lebih bersahabat bagi mata
Philips Lighting (Euronext: LIGHT), pemimpin dunia dalam pencahayaan, hari ini mengumumkan temuan yang menunjukkan bahwa orang dewasa di seluruh dunia kurang memperhatikan mata mereka. Temuan ini dikemukakan saat dunia sekarang ini sedang dihadapkan pada tingginya penderita miopia (rabun jauh), seiring dengan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa satu dari dua orang akan menderita rabun jauh pada tahun 2050[1], dan beban mata semakin meningkat karena kita menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan sambil melihat layar komputer dan gawai lainnya. Saat ini, kita lebih mementingkan kebugaran fisik dan penurunan berat badan dibandingkan kesehatan mata, padahal kita sangat bergantung kepada mata dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 8.000 orang dewasa di sebelas negara: Tiongkok, Republik Ceko, Perancis, Jerman, Indonesia, Polandia, Spanyol, Swedia, Thailand, Turki dan Amerika Serikat – untuk mengetahui bagaimana pencahayaan LED berkualitas dapat membantu mata menjadi lebih nyaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun rata-rata orang menghabiskan waktu lebih dari enam jam sehari di depan layar, hanya 42% dari mereka menggunakan pencahayaan, yang lebih lembut bagi mata. Hasil penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa dalam membeli lampu, hanya sepertiga dari responden (32%) yang menyatakan mereka mempertimbangkan dampak kenyamanan bagi penglihatan.
Penelitian juga menemukan bahwa saat ini, lebih dari dari dua pertiga responden (68%) menganggap berat badan dan tingkat kebugaran (57%) sebagai indikator kesehatan dan kesejahteraan secara umum, dan hanya sepertiga (34%) dari responden yang menganggap penglihatan sebagai penanda kesehatan secara menyeluruh. Separuh dari para responden menyatakan, merawat penglihatan mereka merupakan satu dari tiga prioritas kesejahteraan diri dan 43% responden melakukan kunjungan rutin ke dokter mata.
Ketika menyangkut pencahayaan dan kenyamanan mata, orang juga tidak bertindak berdasarkan keyakinan mereka. Meskipun 74% dari responden yang disurvei setuju bahwa kualitas pencahayaan berdampak pada penglihatan, hanya 28% yang akan memilih bohlam yang lebih nyaman bagi mata mereka terlepas dari faktor harga. Selain itu, sementara 66% orang mengatakan bahwa mereka secara hipotetis mengeluarkan uang lebih banyak untuk bohlam jika terbukti bagus untuk penglihatan mereka, hanya 42% yang secara aktif memilih pencahayaan yang lebih lembut di mata.
Hasil Survei Indonesia
Hasil riset global juga tercermin pada hasil survei di Indonesia. Masyarakat Indonesia menilai bahwa kesejahteraan diri itu penting, namun berdasarkan penelitian, hanya 46% responden yang memprioritaskan perawatan untuk penglihatan mereka sebagai bagian dari kesejahteraan diri, dengan tiga prioritas utama berfokus pada: tingkat kebugaran (80%), stres (77%) dan berat badan (66%).
Lebih lanjut, saat ditanya mengenai perawatan mata, masyarakat Indonesia termasuk paling jarang melakukan kunjungan rutin ke dokter mata (hanya 19% dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 43%), walaupun mereka memiliki kecenderungan untuk menghabiskan 7,25 jam di depan layar (satu jam lebih lama dari hasil rata-rata global).
Mayoritas responden juga menyatakan bahwa mereka mengalami mata lelah (89%), selain pandangan kabur (34%) dan sulit melihat obyek dalam jarak tertentu (32%) setelah menghabiskan waktu di depan layar.
Namun, ketika ditanya mengenai prioritas mereka dalam memilih bohlam, 75% menyebutkankan hemat energi, jauh lebih tinggi dari soal harga (47%) dan kualitas pencahayaan (41%). Walaupun lebih dari tiga perempat (81%) responden setuju bahwa kualitas pencahayaan mempengaruhi penglihatan mereka, hanya 23% – atau satu dari lima orang – yang akan membeli bohlam yang lebih nyaman untuk mata tanpa melihat harga.
“Kita perlu terus meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia akan pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara berkala untuk mencegah gangguan mata. Pemeriksaan mata bahkan menjadi semakin penting bila kita memiliki faktor risiko usia, diabetes, dan riwayat penyakit mata dalam keluarga contohnya glaukoma. Pencahayaan yang berkualitas sangat vital bagi anak-anak saat mereka membaca dan belajar, juga bagi orang dewasa dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan yang baik,” ujar dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K) yang mewakili Persatuan Dokter Mata Indonesia. “Anak-anak harus meluangkan waktu untuk beraktivitas di luar rumah (outdoor) setiap harinya agar terhindar dari miopia atau rabun jauh. Kita harus melindungi mata dengan melakukan kegiatan di bawah pencahayaan yang baik, menghindari paparan sinar UV-B, tidak merokok, serta menggunakan pelindung mata saat bekerja, untuk menghindari cedera.”
“Kualitas pencahayaan tidak hanya terkait dengan masa pakai yang lama, tapi juga sangat penting untuk memastikan mata kita tidak lelah dan terasa nyaman,” jelas Rowena Lee, Senior Vice President, Business Group LED di Philips Lighting. “Sangat penting untuk memilih LED berkualitas tinggi yang tidak berkedip. Ini merupakan hal mendasar bagi tim ilmuwan kami yang bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk mengembangkan LED berkualitas dan unggulan yang disukai konsumen karena lebih nyaman bagi mata.”
Philips Lighting telah mengembangkan kondisi pengujian yang mendetil untuk mengevaluasi kedipan cahaya yang merupakan kriteria nyaman. Dalam kriteria ini, Philips LED diperiksa untuk memastikan produk memenuhi standar tinggi yang ditetapkan sekaligus hemat energi dan memiliki masa pakai rata-rata lebih dari sepuluh tahun. Semua bohlam Philips LED yang dilengkapi dengan logo EyeComfort pada kemasannya memberikan pencahayaan yang nyaman bagi mata. Ini berarti konsumen akan menikmati pencahayaan LED berkualitas tinggi yang tidak berkedip, tidak silau, serta memiliki distribusi cahaya yang merata sehingga mata menjadi lebih nyaman dan rileks.
“Kriteria Eye Comfort membuat bohlam LED kami lebih menonjol. Kenyamanan mata harus dijadikan prioritas dalam mewujudkan kesejahteraan diri, dan kami menyediakan cara termudah untuk mencapainya yaitu dengan menyediakan bohlam LED berkualitas tinggi bagi masyarakat Indonesia,” tutup Rami Hajjar, Country Leader Philips Lighting Indonesia. |DPS/ewindo