PT Pertamina (Persero) tengah fokus mengembangkan sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Hal ini dilakukan setelah 60 tahun Pertamina hanya fokus untuk memproduksi dan mengolah minyak dan gas (migas).
“Ulang tahun ke-60 ini bagi kami jadi momentum untuk renungkan kembali apa yang telah kami berikan 60 tahun terakhir, dan apa yang kami harus siapkan untuk pastikan keberlanjutan Pertamina di masa datang,” ungkap Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik di Hotel Raffles, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Menurutnya, saat ini Pertamina tidak bisa hanya fokus kelola migas karena saat ini memiliki sifat terbatas. Selain itu juga memberi dampak kepada lingkungan yang harus dikurangi.
“Berangkat dari kesadaran inilah kami pandang Pertamina perlu siapkan diri untuk menyambut masa depan yang jauh berbeda. Di mana migas semakin menipis, oleh karena itu penyediaan pengelolaan energi harus berkonsep sustainability. Kami artikan di sini penyediaan energi baik konvensional maupun EBT. Karena bersih dan efektif sehingga bisa penuhi kebutuhan energi saat ini, dan pada saat yang sama bisa kurangi dampak lingkungan semaksimal mungkin,” jelas Elia.
Namun, ia menyebutkan untuk merambah sektor EBT, Pertamina tidak harus memulai dari nol. Caranya yakni dengan menggandeng perusahaan lain yang sudah berpengalaman di sektor EBT sebagai partner.
“Untuk mengejar ketertinggalan ini kami enggak mulai dari nol. Makanya kami minat untuk partnership untuk investasi atau chip in dengan perusahaan yang sudah lebih dulu kembangkan EBT. Salah satunya bekerjasama dengan bertukar waswasan dengan para ahli,” kata Elia.
Selain itu, ia berkeinginan agar Pertamina berada digaris depan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengembangkan EBT. Karena Pertamina perlu untuk setara dengan pihak lain yang juga kembangkan EBT.
“Penting pula bagi kami untuk bisa kuasai teknologi EBT yang berperan vital di sini (bisnis EBT),” jelasnya.
Oleh karena itu, maka dalam acara Pertamina energy forum 2017, ia berharap ada terobosan baru yang didapatkan untuk menambah sektor EBT tersebut.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi EBT yang belum banyak dimanfaatkan. Oleh karenanya, target pencapaian EBT di tahun 2025 sebesar 23% harus ditinjau kembali pemetaannya seperti apa agar bisa diwujudkan.
“Misalnya, bicara sumber energi angin di mana sumbernya di Indonesia yang sesuai kebutuhan, begitu juga sumber energi matahari harus tepat pemetaan tempat yang cocok untuk dikembangkan,” tukasnya. |RED/HAY