ENERGYWORLD.CO.ID – Bagi kami bahas PLTN Penting, Bahas Lobster Penting dll banyak yang penting penting di NTB ini.
Tapi yang super penting adalah menuntaskan masalah yang sudah nyata. Sudah jelas bisa menolong rakyat NTB. Apa itu? Soal saham NTB di Bakrie Grup.
Kita tanya ke wakil rakyat kita di DPR RI/DPD RI (Pak Fahri, pak Kurtubi, pak Nanang , pak Rudhy Mbojo, Pak Prof Farouk Muhammad dll.) dan DPRD NTB.
Tolonglah kami rakyat NTB ini diberi info yg benar :
1. Nilai 6 persen saham rakyat NTB yang di jual ke Medco/Kiki Barki menurut analisis Putra Adi Soerjo, Rp 2,56 Triliun. Benarkah ? Kalau ini benar berarti ada selisih lk 2,1 triliun dari pengakuan PT DMB ( ini BUMD milik daerah NTB yang pegang saham di Newmont via Bakrie Grup).
2. Versi Bumi Resources/ Bakri 1, 35 Triliun. Kalau ini yang benar berarti ada selisih lk 900 Milyar dari pengakuan Dir PT DMB.
3. Pengakuan Dir DMB/ Pemda NTB hanya sekitar Rp 470 milyar. Baru terima sekitar Rp 62 Milyar. Mengapa cuma segini ?
4. Berapa setoran bagi laba diterima PT DMB/ Pemda selama punya saham 6 persen di Newmont sejak 2010, 2011,2012,2013,2014,2015 ?
Berilah info ke kami rakyat pemilih ini yang benar dan apa yang terjadi?
Saya yakin bapak bapak punya sumber yang akurat.
5. Sekarang PT AMNT mau beroperasi di Sumbawa, tanpa saham NTB, tanpa saham Sumbawa . Dimana keadilannya, rakyat Sumbawa hanya melongo melihat alamnya diobrak-abrik dan hasil ratusan triliun lewat begitu saja?
6. Seharusnya saham daerah itu tak boleh atau haram dijual, karena itu merupakan mata, telinga dan tangan negara ikut mengontrol perusahaan asing beroperasi di negara kita. Wujud kita msh berdaulat. Kalau ada ahli hukum serius hemat kami ini bisa dituntut.
7. Kalau bapak bapak bisa selamatkan selisih uang yang harusnya bisa dinikmati rakyat NTB, bisa memperjuangkan hak rakyat NTB selayaknya di PT AMNT, maka bapak2 akan dipanggul bila mendarat di Bandara BIL dan bila perlu saya akan kampanye bapak dipilih seumur hidup jadi wakil rakyat NTB
Demikian curhatĀ M.Hatta Taliwang yang diterima redaksi secara tertulis 2/3/18. |ATA/EWINDO