OLEH AENDRA MEDITA | EDITOR -IN- CHIEF & PUBLISHER, ENERGYWORLDINDONESIA (energyworld.co.id)
Ini soal kilang minyak yang bocor. Saya melihat ada dua yang beda di kasus yang hampir sama tragedinya. Adalah British Petroleum (BP) dan Pertamina, kisah yang layak dibandingkan yang bisa jadi kita melihat dari segi kemanusian, moral, rasa adab dan budaya malu.
Tahun 2010 BP mengalami kebocoran dari kecerobohan pengeboran minyak mentah di lepas pantai Teluk Meksiko, akibat kasus ini kehancuran lingkungan dan kerugian keuangan luar biasa bagi perusahaan.
Amerika Serikat menganggap ini tragedi pengeboran minyak Deepwater Horizon milik BP yang memakan korban 11 orang tragedi besar, bahkan Obama sebagai Presiden waktu itu melakukan berbagai cara untuk memperbaiki kondisi lingkungan di kawasan yang berhadapan langsung dengan Teluk Meksiko.
Tragedi ini dapat ditanggulangi setelah 87 hari, 4,9 juta barel minyak mentah tumpah ke teluk Meksiko, mencemari ribuan mil pantai Amerika Serikat dengan kerugian ekonomi mencapai puluhan miliar dollar. Bangkai lumba-lumba masih banyak diselimuti minyak sering ditemukan di pantai-pantai yang tercemar. Hampir 120.000 orang menanti kompensasi akibat tragedi itu.
“Pemerintahan yang saya pimpin berjanji melakukan hal-hal yang dirasa perlu untuk melindungi dan memperbaiki kawasan pesisir teluk Meksiko,” kata Obama waktu itu.
Obama juga meminta pertanggungjawaban BP atas semua kerusakan dan kerugian yang telah diakibatkan tragedi Deepwater Horizon BP 20 April 2010 dan ini merupakan tumpahan minyak terbesar di lepas pantai dalam sejarah AS. Sumber minyak BP dari dasar laut 10.000 feet (3.000 m) di bawah permukaan.
Tragedi Deepwater Horizon ini oleh keluarga korban sering diadakan peringatan untuk dikenang. Dalam tragedi Deepwater ada yang hebat dan soal moralitas yaitu Tony Hayward CEO BP saat ini mundur dan tahu diri. BP mengumumkan bahwa atas kesepakatan dengan dewan BP, Tony Hayward akan mengundurkan diri dari posisi CEO yang efektif 1 Oktober 2010. Hayward digantikan oleh Direktur Eksekutif Robert Dudley,” demikian pernyataan BP dilansir AFP saat itu, (27 Juli 2010).
Kenyataannya Tony Hayward dicopot alias diberhentikan dari jabatannya sebagai CEO akibat dari kecerobohan pengeboran minyak mentah di lepas pantai Teluk Meksiko karena bukan saja mengakibatkan kehancuran lingkungan namun kerugian keuangan luar biasa bagi perusahaan. Pada laporan keuangannya yang dirilis BP menyatakan kerugian perusahaan akibat dari kerusakan yang ditimbulkan di teluk Meksiko mencapai 16,9 miliar dolar AS pada kuartal kedua tahun 2010. Kerugian ini terjadi karena biaya yang telah diperkirakan dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan kebocoran di Teluk Meksiko mencapai senilai 32,2 miliar dolar AS.
Keputusan Hayward diganti disambut baik dan Hayward dikabarkan menerima gaji full tahun 2010 meskipun kepergiannya pada bulan Oktober. Gaji yang akan diterima oleh pria ini mencapai 1,045 juta poundsterling atau setara dengan 1,6 juta dolar AS.
Para analis menyatakan bahwa keputusan Tony Hayward saat itu merupakan langkah yang tepat sebab Hayward telah menjadi target yang mudah bagi pemangku kebijakan di AS dan penduduk Teluk Meksiko yang waktu itu BP telah mengalami penurunan nilai pasar sebesar 40% sejak peristiwa ledakan sumur eksplorasi tersebut, atau senilai lebih dari 100 miliar dolar. Setelah pengumuman pemberhentikan Tony Hayward, saham BP yang diperdagangkan di London dan AS mengalami sedikit peningkatan menurut situs www.vibiznews.com BP juga telah mengabarkan akan menjual sebagian aset-nya untuk memperoleh dana senilai 30 miliar dolar AS dalam jangka waktu 18 bulan ke depan untuk ikut menutupi biaya yang harus dikeluarkan akibat kebocoran sumur minyak tersebut. BP juga merencanakan untuk memotong utang neto-nya sebanyak 10 – 15 miliar dolar AS dalam jangka waktu yang sama.
Tragedy ini 2016 kisah bencana Deepwater Horizon diangkat ke layar lebar Bencana Dahsyat di Tambang Minyak dalam sebuah film based on true story berjudul Deepwater Horizon, penonton diajak menyimak cerita yang diangkat dari kisah nyata ini melalui sudut pandang seorang Mike Williams, kepala teknisi ET di kapal pengebor film Deepwater Horizon, film ini menjadi ajang reuni bagi Wahlberg dan sang sutradara, Peter Berg, setelah pertemuan mereka dalam film Lone Survivor (2013). Deepwater Horizon diangkat dari kisah nyata tentang bencana laut terbesar di dunia yang pernah terjadi di Meksiko. Dari informasi bahwa film ini menelan biaya cukup tinggi yaitu 2 trilyun rupiah, film Insiden garapan Peter Berg secara awal membingungka, makanya jika Anda ingin nonton harusnya punya refensi dari tragedi besar minyak bocor, secara filmis film ini luar biasa dahsyat.
Lain Ladang Lain belalang
Pribahasa Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya kiranya menjadi sangat pas dengan kasus Deepwater Horizon di BP dan Kilang Balikpapan dimana satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain. Setiap negeri atau bangsa berlainan adat kebiasaannya.
Jika saja Elia Massa Manik yang terpilih menjadi Direktur Utama Pertamina sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar 6 Mar 2017 mundur seperti Hayward ini saya acungkan jempol. Manik menjadi Direktur Utama Pertamina kewenangan penuh ada ditangan Manik secara absolut perahu perusahaan plat merah Pertamina milik negara ini ia dikendalikan sedemikian kuat. Manik memang melaporkan tugasnya ke BUMN, pemerintah baik lewat DPR maupun kementerian terkait juga.
Pertamina dengan BP memang beda. Pun Manik dan Hayward lain ladang lain belalang (baca beda). Kasus kilang bocor di teluk Balikpapan-Penajam awalnya Pertamina membantah bukan miliknya lalu kemudian mengakuinya milik Pertamina, saya tak tahu apakah setelah ada laporan khusus Kementerian KLH yang sangat lengkap atau ada sejumlah pihak yang mempertanyakan direktur pengolahan?
Di BP 11 tewas dalam tragedy Deepwater dan di kasus kilang Balikpapan-Penajam itu 5 orang tewas belum ekosistem yang rusak. Pertamina tidak cepat tanggap soal ini. Memang menunjukan komitmen yang jelas untuk membersihkan. 5 Tewas di Balikpapan juga hilang beritanya ditelan cacing protein dan puisi konde.
Ini dirut pertamina belum ada suara, jika mundur saja tidak seperti di AS, bahkan malah bisa dituntut pidana karena tewaskan nyawa manusia.
Kenyataannya minta maaf juga tidak apalah mundur Dirutnya. Presiden pun maaf adem ayem ada warganya meninggail kena bocoan minyak 5 orang tewas, tak ada keterangan apa-apa dari istana yang megah itu.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeron teriak Pertamina harus manusiawi memberikan ganti rugi kepada masyarakat dan menjamin masa depan keluarga korban meninggal dunia akibat bocornya pipa minyak Pertamina di Teluk Balikpapan dan Penajam “Sudah 10 hari sejak kasus itu sampai saat ini belum juga memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang berdampak dari bocornya pipa minyak Pertamina di Teluk Balikpapan. Kalau ditanya alasannya menunggu hasil investigasi yang sedang dilakukan,” kata Herman Khaeron di Komisi VII DPR RI, Senayan Jakarta Selasa (10/4).
Herman Khaeron, Rapat Komisi VII DPR RI pada hari Selasa (10/4) dengan Pertamina, Dirjen Migas dan KLH terpaksa ditunda pada Senin depan (16/4), karena pihak Pertamina belum siap untuk melaporkan akibat bocornya pipa minyak Pertamina di Teluk Balikpapan, alot benar penanganan kasus ini. Bagaiamana harus Pertamina jika ingin mengaku Corporate Global harusnya menunjukan sikap professionalnya. Katanya Mau jadi Go Global Energy Company.
Akibat pipa patah di Balikpapan Pertamina Rugi 200.000 barel/hari. Kasus kilang Balikpapan 40 Ribu Barel Minyak Tumpah di Balikpapan. Pipa yang patah itu menyalurkan minyak dari Lawe-Lawe menuju kilang di Balikpapan. Pipa yang bocor tersebut terputus sepanjang 30 cm kemudian terseret hingga 120 meter dari posisi awal. Meski begitu pada dasarnya pipa tersebut masih dalam kondisi baik. Pertamina harus secepatnya mengatasi hal ini. Sebab, kebutuhan BBM dari produksi kilang di sana cukup besar.
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalimantan Timur menjelaskan penyebab adanya tumpahan minyak di Teluk Balikpapan dari hasil penyelidikan berasal dari pipa milik PT Pertamina yang sedang menyalurkan minyak mentah atau crude oil dari terminal Lawe-Lawe/PPU.
Koalisi Forum Perduli Teluk Balikpapan menuntut Pertamina mempertanggungjawabkan kasus pencemaran baik secara pidana. Kebocoran pipa bawah laut yang berawal pada Sabtu, 31 Maret 2018 Wakil Menteri ESDM Arcandra mengatakan kebutuhan BBM dari produksi kilang di Balikpapan cukup besar sehingga ia berharap kilang itu dapat befungsi seperti sedia kala lagi. Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, telah berkoordinasi mengenai pembagian tugas dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terkait penanganan tumpahan minyak akibat patahnya pipa. “Saya coba cari urusan di Kementerian ESDM apa, itu kan masalah safety,” kata Ignasius Jonan, di Kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Jonan melanjutkan, untuk menetapkan solusi agar peristiwa tumpahan minyak di Teluk Balikpapan akibat pipa patah tidak terulang, saat ini sedang dikaji penyebabnya. “Sebenarnya salahnya di mana sampai ada tumpahan apakah pipanya putus terus ditanya karena apa, apakah karena ada pergerakan sesuatu, saya enggak tau,” paparnya. Jonan juga menginginkan, KLHK menerapkan Undang-Undang Lingkungan Hidup. Pasalnya, akibat tumpahan minyak membawa dampak fatal pada pencemaran lingkungan, bahkan telah menelan korban jiwa atas peristiwa tersebut. Ignasius Jonan menyarankan investigasi tumpahnya minyak di Teluk Balikpapan dilakukan sampai tuntas. Ya pak sampai tuntas dong, jangan tak tuntas. Lalu 5 orang yang tewas loh. Ya nggak? ***