ENERGYWORLD.CO.ID – Ketua Umum eSPeKaPe (Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina) memberikan tanggapan atas Gelengan Kepala Presiden Jokowi, agar solusinya pilih Iwan Ratman untuk Dirut Pertamina Guna Genjot Eksplorasi Minyak Secara Maksimal.
Saat menghadiri Pembukaan Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Conventions Center (JCC) pada 2 Mei 2018, Presiden Joko Widodo (Jokowi) geleng-geleng kepala terhadap eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) PT Pertamina (Persero) yang dari tahun ke tahun produksi minyaknya terus menurun.
Secara terpisah diakui oleh Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina Gigih Prakoso jika produksi minyak BUMN itu memang menurun. Pasalnya lapangan-lapangan migas milik Pertamina sudah mature ditengah-tengah kegiatan hulunya membutuhkan lapangan baru. Itu sebab maka Pertamina mulai tahun 2018 sampai 2030 akan mulai fokus memperbanyak kegiatan eksplorasi migas.
Menyikapi keprihatinan yang diperlihatkan oleh Presiden Jokowi, dalam keterangan persnya (3/5/2018) Ketua Umum eSPeKaPe (Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina) mengingatkan pada keprihatinannya Pontjo Sutowo, puta Ibnu Sutowo yang pendiri sekaligus Direktur Utama (Dirut) Pertamina yang pertama.
“Pontjo prihatin karena bisnis di Pertamina abaikan fokus dari kegiatan hulunya. Bapaknya, Ibnu Sutowo sangat bangga atas keberhasilan membangun kilang LNG Arun di Aceh dan kilang LNG Badak di Kalimantan Timur, yang mengangkat derajat Pertamina sejajar dengan korporasi migas dunia” tutur Binsar Effendi yang juga Ketua Umum Komunitas Keluarga Besar Angkatan 1966 (KKB ’66) seraya keberhasilan Ibnu Sutowo menentukan pola kerja sama dalam Production Sharing Contract (PSC) yang tersohor itu.
Binsar Effendi yang juga Ketua Dewan Penasehat Laskar Merah Putih (LMP) tidak juga melupakan janji kampanye Jokowi saat Pilpres 2014. “Presiden Jokowi berniat akan membesarkan Pertamina lebih besar dari Petronas asal Malaysia. Wajar jika melihat lifting minyak Pertamina belum pernah naik Presiden Jokowi merasa ada sesuatu yang salah” ujarnya.
Padahal kita ketahui bersama dalam pemerintahan melewati tiga tahun di Kementerian ESDM sudah hadir 2 menteri (Sudirman Said dan Ignasius Jonan) ditambah ada wakil menteri (Arcandra Tahar). Di Kementerian BUMN ada seorang menteri (Rini M Soemarno), serta di Pertamina ada 2 dirut (Dwi Sutjipto dan Elia Masa Manik). “Apa yang mereka kerjakan untuk eksplorasi minyak Pertamina tidak terus-menerus menurun? Padahal adanya 128 cekungan basin baru tersentuh eksplorasi 40-45 persen dan dengan cadangan minyaknya sekitar 3,3 milyar barel” kata Binsar Effendi merasa heran.
Kenapa sudah tahu hitungan dua kali lebih banyak mengambil ketimbang menemukannya, kok dibiarkan saja, ujar Binsar Effendi.
“Jika negara tetangga reserve replacement ratio (RRR) nya bisa diatas 100 persen, justru kita masih berkutat pada RRR 50 persen”, keluh Ketua Umum eSPeKaPe.
Mumpung masih ada cadangan minyak setara 0,2 persen cadangan terbukti minyak dunia. Menempatkan orang menjadi Dirut Pertamina jangan lagi mendapatkan kucing dalam karung, akan semakin minim lagi eksplorasi minyak yang dicapai.
“Maka untuk menjawab gelengan kepala Presiden Jokowi, ijinkan Presiden Jokowi memilih Iwan Ratman untuk menjadi dirut Pertamina definitif. Mudah-mudahan saja dengan Pertamina dipercayakan kepada Iwan Ratman memimpinnya, eksplorasi minyak Pertamina bisa digenjot untuk menghasilkan produksi minyak yang maksimal”, pungkas Ketua Umum eSPeKaPe Binsar Effendi yang sangat berharap sarannya terkabulkan oleh Presiden Jokowi.| AHM