Oleh: Rusdianto Samawa, Masyarakat Peduli Listrik (MPL Sumbawa)
SUMBAWA, TARANO – Berawal dari idul fitri yang diwarnai dengan matinya listrik saat khotbah. Saya berusaha nyari tau kenapa dan mengapa listrik mati?. Sejak itu belum ketemu hingga 1 bulan setelah lebaran. Seolah matinya listrik setiap hari, menandakan manajemen, daya dan jaringan listrik terganggu.
Kemudian beberapa waktu lalu, saya minta kepada sala satu anggota Kurtubi DPR RI dari Nasdem untuk bisa membantu sambungkan aspirasi masyarakat tentang seringnya listrik mati. Permintaan saya melalui Group WhatsApp Sasambo, dengan isi pesan seperti ini:
[7/7 08.40] Rusdianto Samawa: “Pak Kurtubi di Sumbawa sering mati listrik, saat orang sholat mati listri, saat orang makan mati listrik, saat orang lagi mengaji habis magrib selalu mati. Kenapa sering mati disaat orang ibadah.
Saya minta pak Kurtubi bisa menelpon DIREKTUR PLN di Sumbawa dan cabang-cabang di Kecamatan.
Katanya, saya dapat cerita kalau sering mati itu bisnis, mereka dapat uang (bonus). Melalui Nomor Token. Pas Mati nilai tokennya berkurang dan kalau hidup tekanannya kuat itu biasanya langsung menguranggi juga.
Tapi ini cerita ya, saya tidak tau benar atau tidak soal tokennya. Tapi kalau listriknya sering sekali mati setiap hari, kadang 3 kali sehari.
Kemudian, jawaban Bung Kurtubi segera mananyakan ke General Manager PLN tingkat Provinsi yang kemudian langsung direspon cepat oleh pimpinan PLN. Kurang lebih isi pesan Bung Kurtubi pada General Manager PLN wilayah NTB, adalah:
[7/7 09.12] Kurtubi: Berikut WA yg saya kirim ke GM PLN NTB di Ampenan.
Yth Pak Rudy Purnomoloka – GM PLN NTB; Selamat pagi Pak GM, Tolong listrik di Sistem Bima Dompu dan Sumbawa diperhatikan secara serius agar PEMADAMAN yang dialami oleh masyarakat bisa dihilangkan. Tolong diinfokan berapa kapasitas pembangkit yang tersedia dan berapa beban puncak. Berikut aspirasi masyarakat P. Sumbawa tentang masih seringnya terjadi pemadaman listrik. 5elamat Bekerja. 5alam. Kurtubi – Anggota Komisi VII DPRRI Dapil NTB Fraksi Nasden
Respon Kurtubi sebagai anggota DPR RI tentu memberi dampak yang cukup membuat pimpinan PLN bergerak cepat. Lagi pula, respon general managernya sangat cepat sekali dengan memerintahkan Direktur PLN Sumbawa untuk berkomunikasi dengan saya sendiri, menanyakan perihal ketidaknyamanan karena seringnya listrik mati.
Terutama dibagian vital yang sering kena dampak akibat matinya listrik, seperti Marongge, Labangka, Plampang, Empang dan Tarano. Untuk mengatasi problem seringnya listrik mati dan kecurigaan masyarakat terhadap PLN mulai dari pengisian daya Token hingga jual beli meteran maupun banyaknya tertukar travo dari baru ke lama.
Maka, untuk menginput informasi tentang problem tersebut, maka saya mengusulkan agar ada pertemuan dengan pihak PLN Sumbawa yang diwakili oleh Direkturnya bernama Hamzah. Namun, sebelum pertemuan berlangsung, beberapa problem troubel listrik di Lape yang mengalami listrik mati selama dua hari di kirimkan informasinya kepada saya.
Bentuk pengiriman informasi saudara Hamzah Direktur PLN Sumbawa sangat terbuka dan perlu diapresiasi langkah antisipasinya. Begini pesannya kepada saya beberapa waktu yang lalu:
[7/7 13.06] Hamzah PLN Sumbawa: Tks bnyak Pak Rusdianto atas masukannya ke kami, Insya Allah menjadi perhatian utk peningkatan pelayanan PLN ke masyarakat, dan mohon maaf atas ketidaknyamanan bapak.
[9/7 05.02] Hamzah PLN Sumbawa: Assalamu Alaikum Wr Wb.. Daeng mohon maaf dari jam 12 malam smpi skrng daerah Lape dan sekitarnya masih padam, dan sampai skrng tim sy masih terus menelusuri mencari gangguan.
[9/7 05.03] Hamzah PLN Sumbawa: Mereka gak akan pulang sampai gangguannya kami temukan, mohon doanya daeng semoga biar segera normal kembali.
[9/7 10.55] Hamzah PLN Sumbawa: Alhamdulillah setelah dilakukan pencarian sampai pagi, penyebab gangguan suda ditemukan daeng, langsung tim eksekusi juga, tks doanya dan mohon maaf atas gangguan dan ketidaknyamanan yg dirasakan warga sekitar.
Dengan, terbukanya informasi dan komunikasi serta pelayanan PLN Sumbawa sudah cukup bagus. Persoalan seringnya troubel memang harus di jelaskan secara detail dan penjelasan kepada masyarakat juga mestinya logis.
Untuk mendapat informasi akurat, maka saya menemui Direktur PLN Sumbawa dan staff manager pengelola jaringan listrik Sumbawa yang bernama Galih. Kami bertemu dan berdiskusi di Warung sederhana Begawan deretan Bruga Caffe Genang Genis. Atas banyaknya diskusi tersebut, saya dan kawan -kawan yang ikut hadir memperoleh informasi penting yang harus masyarakat ketahui.
Informasi tersebut, membuat kami mengerti banyak, bahwa problem sering troubel, matinya listrik, token pulsa listrik yang kesedot dan jaringan listrik yang terganggu.
Mengapa sering trouble? problem troubel itu pada aspek pasokan batubara yang kurang, dan penambah daya yang kurang juga. Penambah daya ini, masalahnya dimesin yang kecil. Hal ini bisa diatasi apabila PLN sesegera mungkin membangun kemitraan bersama pemerintah dan perusahaan swasta yang memproduksi batubara.
Termasuk persoalan penambahan daya untuk wilayah Sumbawa. Apalagi sering mengalami matinya listrik itu dibagian pesisir, dan pinggiran Sumbawa, termasuk pembahasan pertemuan tadi adalah soal seringnya troubel di wilayah Lantung, Ropang, Lawin dan Semongkat.
Daerah-daerah seperti ini bagi orang PLN Sumbawa, mereka sangat ekstrem dalam bekerja. Ya kita sadari dalam pekerjaan mengatasi kelistrikan ini karena medan yang cukup saling berjauhan. Apalagi, listrik itu juga ternyata ada banyak pengaruh terhadap pendek dan tingginya tiang yang terpasang. Apalagi, tiang listrik yang terpasang itu melalui hutan yang penuh perkayuan besar dan tinggi, tentu membuat tiang listriknya tidak lama bertahan. Ini adalah penjelasan Pimpinan PLN Sumbawa. Tugas pemerintah mencari solusi dari troubel ini.
Mengapa masyarakat sering mengeluh soal Token yang banyak disedot dan berkurang. Apa perbedaannya dengan meteran listrik prabayar?. Sewaktu kami bertemu, khusus item ini kita bahas sangat alot. Saya ungkapkan kekesalan masyarakat bahwa token ini penyedot uang rakyat, misalnya pengisian Rp. 200.000, tetapi yang masuk ke Token sebagai daya listrik berkurang hingga 35%. Artinya dari 200.000 menjadi 173,300 pulsa tokenya.
Namun, penjelasan mereka juga masuk akal, karena beban listrik, pembayaran daya, hingga pemotongan token itu untuk yang langsung masuk ke APBD, melalui nomor token sebagai Identity number-nya. Tetapi, proses ini saya belum yakin, perlu kita tanyakan kepada ahlinya untuk menjelaskan ini.
Perlu memang mendukung BUMN ini dan meminta komitmen pemerintah untuk mengembangkan pelayanan PLN ini. Apalagi, token yang kesedot hingga 30% tentu membuat masyarakat semakin tinggi pemakaiannya. Tentu, semakin banyak pemakaian tentu semakin tinggi biaya pembayaran pengisian daya. Inilah yang menjadi problem bagi masyarakat.
Saya turun ke lapangan, sekitar Labuhan Sangur dan Labuhan Ala, saya menanyakan banyak nelayan disana tentang pemakaian listrik yang sangat tinggi dan butuh biaya mahal. Bayangkan saja, nelayan yang memiliki fisher colstorage pendinginan ikan agar terjamin mutunya, tentu kebutuhan listrik sangat tinggi. Inilah yang perlu dipikirkan pemerintah agar pembiayaan listrik bisa menjadi murah bagi rakyat.
Masalah lain bagi PLN Sumbawa, seringnya listrik mati karena memang keterbatasan sumberdaya manusia yang bekerja di PLN. Faktor ini, perlu dipertimbangkan oleh PLN sebagai BUMN agar perbanyak petugas untuk identifikasi masalah jaringan kabel dan tiang listrik. Konon, Sumbawa krisis tiang listrik. Tiang listrik itu tentu banyak model, ada yang pendek kecil, pendek besar (sesuai ukuran dan tempatnya) dan ada juga tiang yang tinggi dan bagus. Nah, tiang listrik di Sumbawa rata-rata pendek dan mudah rusak sehingga itu termasuk problem sering listrik mati.
Penyebab lain juga ada, seperti kelelawar yang nempel di tiang listrik atau kabel. Tentu dapat merusak kabel dan membuat mengkerut sehingga membuat rusak. Itulah yang kita diskuaikan tadi bertemu secara teknis.
Mereka tidak mengerti tentang kebijakan kelistrikan karena mereka hanya berpikir tentang operasional pengamaman listrik harus nyala 1×24 jam. Mereka juga hanya bisa mengusulkan daya pemakaian, kuota batubara, dan kepastian operasional.
Tadi kami juga mengusulkan tentang perlunya sosialisasi kepada masyarakat berbagai masalah tersebut agar masyarakat dapat mengerti apa yang menjadi tanggungjawab PLN Sumbawa. Alhamdulillah, mereka siap untuk sosialisasikan persoalan kelistrikan. Mudah-mudahan, masyarakat harus mendukung dan peran serta memberi informasi kepada PLN agar dapat berperan lebih aktif lagi.
Semoga aspirasi masyarakat Marongge, Lape, Labangka, Empang, Tarano, Plampang, Ropang dan Lantung dapat tersampaikan dengan baik dan memahami apapun. Karena dalam proses kelistrikan ini, PLN juga masih banyak pekerjaan besar yang perlu dimaksimalkan. Yang terpenting masyarakat bisa bekerjasama secara baik. Sampaikan aspirasi kewa “Sabalong Samalewa”.[]