Home Business Accenture Paparkan Manfaat Finansial Teknologi Digital Pada Industri Migas

Accenture Paparkan Manfaat Finansial Teknologi Digital Pada Industri Migas

825
0

ENERGYWORLD.CO.ID – Riset terbaru Accenture menunjukan bahwa perusahaan minyak dan gas bumi (MIGAS) bisa mendapatkan manfaat finansial dari implementasi teknologi digital, namun banyak perusahaan yang belum menyadari nilai tambahan dari penggunaan teknologi mutakhir tersebut.

Accenture untuk kedua kalinya melakukan survei tahunan mengenai peran teknologi digital dalam mendukung industri minyak dan gas bumi. Survei ini bertajuk “The Intelligent Refinery” dan melibatkan sekitar 170 eksekutif, pemimpin dan insinyur perusahaan minyak dan gas bumi di seluruh dunia.

Riset Accenture ini memperlihatkan manfaat finansial dari implementasi teknologi digital dan menunjukkan pentingnya investasi di bidang digital, terutama dalam upaya mencegah meningkatnya jumlah serangan siber yang diakibatkan penggunaan teknologi digital. 41 persen dari responden menyebutkan bahwa perusahaan mereka sudah dapat menentukan hasil secara finansial dari implementasi teknologi digital, termasuk 30 persen responden yang mengungkapkan bahwa teknologi digital telah meningkatkan marjin keuntungan perusahaan mereka lebih dari 7 persen dalam 12 bulan terakhir.

Seperlima (20 persen) dari responden mengatakan bahwa implementasi teknologi digital dapat menambahkan nilai bisnis dari US$ 50 juta hingga US$100 juta atau lebih, dengan sepertiga (33 persen) dari responden yang menyatakan nilai tambahan sebesar US$5 juta hingga US$ 50 juta.

Manfaat finansial yang dapat langsung dirasakan ini menunjukkan mengapa lebih dari separuh (59 persen) perusahaan yang terlibat dalam survei yang sama tahun lalu saat ini tengah meningkatkan investasi mereka pada teknologi digital dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu.

Selain itu, tiga perempat (75 persen) mempunyai niat akan meningkatkan pengeluaran mereka untuk implementasi digital dalam waktu tiga hingga lima tahun mendatang, meningkat 60% dari survei Accenture tahun lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa tetap kuatnya permintaan akan teknologi digital. Demikian juga, hampir setengah (48 persen) dari responden menilai implementasi teknologi digital dalam perusahaan mereka sudah cukup matang (mature) atau tengah diperkuat (semi-mature).

Jumlah ini meningkat 44 persen dari hasil survei Accenture tahun lalu. Namun, pada saat yang sama, sebagian besar perusahaan minyak dan gas bumi masih dalam tahap belum memperkuat implementasi teknologi digital, seperti misalnya ke bidang analitik.

Terkait teknologi digital yang mempunyai pengaruh paling besar akan peningkatan marjin operasional perusahaan, 61 persen responden paling sering menyebutkan sistem kontrol proses tingkat lanjut (advanced process control) dan 50 persen menyebutkan sistem analisa data tingkat lanjut (advanced data analytics).

Oleh karena itu, para perusahaan minyak dan gas bumi berharap dapat mengalokasikan sebagian besar dari anggaran digital mereka selama 12 bulan mendatang untuk implementasi teknologi digital.

Teknologi mutakhir yang dapat memberikan nilai tambah – termasuk di antaranya adalah teknologi sensor Internet of Things (IoT) dan teknologi edge-computing, gabungan realitas dan virtual (mixed reality), mobilitas (mobility) dan blockchain/smart contacts – belum diimplementasikan secara maksimal atau hanya sebagai program percontohan sehingga cenderung menerima investasi lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi lainnya selama setahun kedepan.

Mengingat hal ini, sangat penting bagi perusahaan minyak dan gas bumi untuk menyusun strategi digital perusahaan secara lebih efisien, melihat bahwa seperempat (24 persen) dari eksekutif yang disurvei menyebutkan bahwa saat ini tidak ada peran yang jelas di dalam organisasi dalam mengarahkan strategi digital perusahaan.

43 persen melaporkan bahwa strategi digital yang kurang jelas menjadi halangan akan meningkatnya implementasi teknologi digital di perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi. Namun, saat ini perubahan ke arah positif sedang terjadi.

Saat ini, 11 persen dari responden mengatakan bahwa di perusahaan mereka sudah ada Chief Digital Officer yang menentukan agenda digital perusahaan. Banyak juga di antaranya sedang melakukan perubahan manajemen perusahaan untuk mendorong kemajuan transformasi digital dan untuk meningkatkan konvergensi antara teknologi informasi dan sistem operasional sebagai bagian proses bisnis.

Secara lebih spesifik, sepertiga (34 persen) dari perusahaan yang disurvei tengah membangun struktur organisasi baru, lebih dari seperempat (28 persen) membentuk komite pengarah perusahaan (steering committee) dan 15 persen memperkuat jajaran manajemen puncak (C-level) baru.

Mark Teoh, Managing Director – Resources Operating Group Accenture, mengatakan bahwa, saat ini, perusahaan minyak dan gas bumi hanya mendapatkan sebagian kecil dari nilai yang dapat dihasilkan perusahaan yang melakukan implementasi digital.

“Langkah selanjutnya adalah menggabungkan dan mengimplementasikan berbagai macam teknologi tingkat lanjut untuk memperbarui proses bisnis perusahaan dan mendorong transformasi di seluruh lini pabrik minyak dan gas bumi,” ujar Teoh di kantor Accentur Indonesia Jakarta (31/7/18).

Dalam Accenture Disruptability Index menunjukan bahwa di masa depan, industri energi akan paling rentan dalam menghadapi disrupsi digital. Meningkatkan investasi di bidang digital serta melakukannya secara berencana dapat lebih meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan, serta membantu perusahaan menghadapi disrupsi digital tersebut. “Sudah terlihat bahwa perusahaan minyak dan gas bumi tengah menyadari hal ini, dan sedang mengambil tindakan untuk mendapatkan lebih banyak manfaat dari teknologi digital,” tambah Teoh.

Meningkatnya jumlah serangan siber menuntut investasi lebih besar dalam peningkatan pertahanan siber perusahaan. Seiring meningkatnya jumlah serangan siber, kebutuhan akan ketahanan dan tanggapan siber juga terus meningkat.

Metodologi Riset Survei ini dilakukan secara online pada bulan Maret 2018 oleh PennEnergy Research dengan mitra Oil and Gas Journal. Survei ini dikembangkan oleh HSB Solomon Associates LLC, sebuah perusahaan terkemuka dan konsultan global untuk industri energi. Responden merupakan pelanggan publikasi PennWell dan terdiri dari 169 pekerja industri minyak dan gas bumi dari 48 negara, termasuk eksekutif dan manajemen tingkat menengah (mid-level), kepala unit bisnis, insinyur dan manajer projek dari lintas segmen industri minyak dan gas bumi.

Memang, 28 persen dari responden menyatakan melihat lebih banyak serangan siber dibandingkan tahun lalu. Lebih menghawatirkan lagi adalah pada saat operasional perusahaan menjadi semakin terhubung (connected) dan lebih rentan akan ancaman siber, sepertiga (33 persen) responden mengatakan bahwa mereka tidak menyadari berapa jumlah serangan siber yang sedang mereka alami.

Kebutuhan akan investasi digital terus meningkat, seperti yang dinyatakan 38 persen dari responden yang mengemukakan bahwa keamanan data menjadi halangan akan adopsi teknologi digital dalam perusahaan.

Responden menyatakan bahwa risiko yang paling sering dikaitkan oleh keamanan siber adalah dampak terhadap operasional perusahaan (67 persen), dampak terhadap kesehatan dan keamanan tenaga kerja (39 persen) dan serangan data (39 persen).

Namun, hanya 28 persen dari eksekutif yang disurvei menyatakan bahwa perangkat digital (digital tools) dapat meningkatkan keamanan siber (cybersecurity) di salah satu dari tiga bidang prioritas utama untuk investasi teknologi digital.

Responden lebih khawatir akan dampak kurangnya investasi digital akan daya saing perusahaan (dinyatakan oleh lebih dari 67 persen responden), bagaimana digital dapat membantu mengurangi pengeluaran dan meningkatkan marjin perusahaan (64 persen) dan dampak kurangnya investasi digital akan keandalan operasional perusahaan (58 persen).

Neneng Goenadi selaku Country Managing Director Accenture Indonesia mengatakan, Teknologi digital memungkinkan perusahaan menjadi lebih terhubung, namun, sekaligus meningkatkan kerentanan perusahaan akan beragam risiko digital. Demikian, kebutuhan akan investasi digital terus meningkat agar perusahaan dapat mempersiapkan diri terhadap ancaman-ancaman siber.

“Untuk menjaga operasional perusahaan, investasi dalam kemampuan keamanan dasar (fundamental security capabilities) sangat penting,” pungkas Neneng. |DIAN/SYAM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.