ENERGYWORLD.CO.ID – Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengajak para rektor perguruan tinggi ternama di Indonesia. Ada 7 rektor diantaranya UI, ITB, UGM, UNDIP, ITS, IPB, dan UDAYANA. Selain itu ada juga opini leaders untuk dapat dengan mata kepala melihat kecanggihan teknik nuklir Rusia dengan zero accident agar para rektor dan opini leaders dapat mengajukan nuklir sebagai prioritas utama ke eksekutor dan Legislator.
Yang menarik mereka diantar bukan hanya ke HQ Rosatom tapi juga langsung ke Nuclear Power Plant-nya. Dalam situsnya rosatom.ru disebutkan Rosatom adalah The State Atomic Energy Corporation ROSATOM merupakan salah satu pemimpin teknologi global.
ROSATOM adalah salah satu perusahaan terbesar Federasi Rusia dan pembayar pajak terbesar di negara ini. Ini menyatukan tenaga nuklir dan aset enjiniring listrik, serta desain dan konstruksi PLTN.
ROSATOM juga perusahaan penghasil listrik terbesar di Rusia, menghasilkan 202.868 bln kWh listrik pada tahun 2017 (196.366 bln kWh pada tahun 2016) atau 18.9% dari total pembangkit listrik negara. ROSATOM memegang tempat pertama untuk portofolio proyek konstruksi luar negeri terbesar (36 NPP Unit di 12 negara). ROSATOM menghasilkan setiap tahun sekitar 3.000 ton produksi uranium di luar negeri dikecualikan.
Bahan mentah dari deposit Rusia dan asing (khususnya di Kazakhstan) akan cukup untuk memasok proyek-proyek domestik dan internasional Rosatom untuk seratus tahun mendatang. Fantastik.
ROSATOM mencakup 17% dari pasar bahan bakar nuklir global. ROSATOM pun memproduksi peralatan dan memproduksi isotop untuk kedokteran nuklir, melakukan penelitian, studi material. Ini juga menghasilkan superkomputer dan perangkat lunak serta berbagai produk inovatif nuklir dan non-nuklir.
Strategi ROSATOM adalah mengembangkan proyek energi bersih, termasuk energi angin. ROSATOM menyatukan lebih dari 300 perusahaan dan organisasi, termasuk satu-satunya armada pemecah es nuklir di dunia. ROSATOM bertugas menerapkan kebijakan negara yang seragam tentang penggunaan energi atom serta memenuhi kewajiban internasional Federasi Rusia tentang penggunaan energi atom secara damai.
“Kembali soal PLN ajak para rektor perguruan tinggi ternama di Indonesia, sumber kami menyebutkan bahwa Berdasarkan jejak kerjasama Rosatom dengan Indonesia, sebenarnya sudah ada MoU dengan BATAN pada 2015 dan MoU dengan Universitas Indonesia 2016 (sumber: rosatom-asia.com). Namun karena pergesaran prioritas dimana Nuklir menjadi sumber alternatif terbawah. Maka tentu MoU tersebut tidak berjalan dengan baik,” kata Muhammad Iksan Kiat Koordinator PPI Amerika-Eropa 2017/2018 dan juga Ketua PPI Rusia 2016/2017di Rusia.
Pada 4 September 2018 rombongan PLN dan tim Meeting bersama Rosatom di HQ juga Meeting bersama Moscow Power Engineering Institute (MPEI) pada
5 September 2018 Meeting bersama National Research University of Oil and Gas (Gubkin University), pada 6 september 2018 Meeting bersama Russian National Research Nuclear University “MEPhI” dan pada 7 september 2018 Visit ke Nuclear Power Plant Novovoronezh, Reactor 6.
“Posisi PLN dalam kunjungan ke Rusia ini berupaya membuka kembali percakapan dengan Rosatom. PLN memastikan apakah akan ada transfer knowledge setelah kontrak kerjasama berakhir, andai kata Rosatom akan bantu Indonesia dalam pembuatan produk-produk reaktor nuklir teknologi 3+ seperti VVER 440, 600, 1200 dan floating NPP. VVER 1200 misalnya mampu memproduksi 1195,4 MW listrik dan 3.200 MW daya panas, 60 tahun life time dan pengamanan kombinasi sistem pasif dan aktif yang dilengkapi double-wall containment with a ventilated intereall space. Kombinasi ini membuat plant aman dari ancaman dalam seperti kebocoran volume tightness maupun luar sperti gempa sampai 9 skala, hurricanes 56 m/c, ledakan 30 kPa dan kejatuhan pesawat 20 ton.
Sebagai informasi, Passive safety system bisa beroperasi sekalipun dalam keadaan loss of all power sources.
“Selain itu, PLN menanyakan terkait harga produk-produk reaktor, namun PLN juga menyampaikan secara finansial kesiapan,” tambah Iksan yang sedang ambil S2 di National Research University of Oil and Gas named after I.M.Gubkin atau Gubkin State University of Oil and Gas, Rusia kepada Redaksi EnergyWorldIndonesia, Sabtu 22/9/2018
Disisi lain, kata President Rosatom Evgeny Pakermanov mengatakan bahwa mereka memang kagum dengan kemajuan kebutuhan dan penyediaan energi di Indonesia, namun sampai saat ini regulasi belum memihak ke Nuklir.
“Jadi masih ada keraguan juga dari pihak Rosatom based on their experiences di negara-negara dengan hukum yang sering berubah,” jelasnya.
Terkait transfer teknologi, harga, masa konstruksi dan detail lainnya akan bisa didiskusikan setelah regulasi tidak menyudutkan nuklir di cadangan sumber energi terakhir Indonesia.
Rosatom juga mengatakan Public Acceptance juga menjadi concern. Pihak Rosatom juga menceritakan kasus yang sama, diamana pada awal pembangunan NPp Novovoronezh, banyak penduduk setempat tidak setuju dengan alasan keamanan, pencemaran dll.
Namun setelah beroperasi 50 tahun lamanya, public acceptance bisa dikatakan sudah 99%. Di Indonesia, pihak PLN juga menyampaikan bahwa public acceptance meningkat setelah masyarakat mulai kenal dengan teknologi Nuklir. Namun, mereka yang setuju malah tidak setuju dibangun di dekat tempat tinggal tapi diarahkan ke tempat tetangga. Dengan demikian, Indonesia masih perlu lebih masif lagi memperkenalkan teknologi nuklir ini ke masyarakat.
Regulasi juga yang terpenting PLN, Batan, DEN hanyalah eksekutor pada bidangnya. DPR Komisi VII yang harus diyakinkan untuk membuat regulasi dengan tetap menjadikan Nuklir sebagai salah satu prioritas utama.
Dalam kunjungan ke rusia tersebut nyatanya memang Para Rektor dan opini leaders juga tidak begitu tahu terkait kecanggihan teknologi nuklir Rusia. Sebagai contoh Gal ini membuat NPP novovoronezh beroperasi lebih dari 50 tahun tanpa kecelakaan.
Satu hal ada yang menarik yang ditanya oleh Pak Kadarsah Suryadi Rektor ITB ke enam belas ini yakni, kemana limbah nuklir pergi?
Jawaban Rosatom kurang detil. Katanya limbah nuklir diolah dan dipergunakan kembali. Adapun material-material berharga juga diambil dari limbah tersebut. Kemudian sisanya diairi dan dibekukan. Hasil olahan itu mengecil 70 kali lipat. Lebih kecil dari kardus aqua kecil.
“Setelah itu disimpan dalam gudang disuatu tempat rahasia (tapi tidak dibuang ke laut seperti Perancis). Limbah ini biasanya dibuat 1,5-3 tahun sekali berdasarkan jenis reaktor,” begitu papar Rosatom.
7 rektor diantaranya UI, ITB, UGM, UNDIP, ITS, IPB, dan UDAYANA. Mereka ada Rusia tepatnya di Rosatom mendengarkan penjelasan Nuklir, kalaupun mereka tidak mengerti saat penyampaian, mereka bisa baca di sebuah buku tipis yang diberikan oleh Rosatom. Disana lengkap penjelasan teknologi nuklir yang ada. /dok EWINDOSelain PLN bawa 7 rektor (UI, ITB, UGM, UNDIP, ITS, IPB, UDAYANA) tiga Opini Leaders adalah Marwan Batubara (IRESS), Fahmy Radhi (Pengamat Energi UGM) dan Tulus Abadi (YLKI).
Sementara itu Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusra PLN Djoko R Abumanan mengatakan bahwa PLN ingin mempelajari secara langsung bagaimana teknologi yang diterapkan pada pembangkit listrik tenaga nuklir, khususnya NPP Novovoronezh.
“Kami tertarik dengan kemajuan riset dan teknologi yang dimiliki Rosatom, khususnya di Unit 6 yang menggunakan teknologi nuklir teranyar. Kami rasa tepat jika melakukan benchmarking ke NPP Novovoronezh sebagai PLTN terbesar di Rusia,” kata Djoko dalam rilis PLN yang dimuat dilaman rosenergoatom.ru
Baca Juga: Rusia Berminat Terlibat di Proyek Nuklir Indonesia
Sebelumnya Ketua Kajian Nuklir Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Dwi Rahayu mengatakan Rusia sangat tertarik untuk terlibat di berbagai proyek nuklir di Indonesia.
Rusia dinilai bisa jadi rekan Indonesia dalam pengembangkan proyek nuklir. Ketua Kajian Nuklir Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Dwi Rahayu mengatakan Rusia sangat tertarik untuk terlibat di berbagai proyek nuklir di Indonesia.
“Saya melihat bahwa Rusia sangat tertarik untuk terlibat di berbagai proyek nuklir di Indonesia,” kata Dwi dilaman Republika.co.id. Tak hanya di Indonesia, Rusia juga telah menunjukan komitmennya dalam pengembangan nuklir di dunia.
Menurut Dwi, dunia telah mengakui perusahaan nuklir Rusia, Rosatom memiliki prestasi luar biasa dibidang teknologi nuklir. Sehingga Rusia dapat diandalkan untuk bekerja sama memenuhi permintaan proyek nuklir di berbagai bidang.
Ia menjelaskan, ketertarikan Rusia tidak ditujukan hanya untuk proyek di Indonesia, tapi juga di berbagai negara. “Kerja sama nuklir di berbagai bidang ini maksudnya pemanfataan nuklir untuk energi maupun non-energi, seperti di bidang kesehatan dan lain-lain,” katanya.
Dwi yang saat ini belajar di salah satu kampus nuklir di Rusia, National Research Nuclear University MEPhI melihat secara langsung bahwa riset nuklir Rusia berkembang sangat baik. Menurut Dwi, Rusia sudah memiliki rencana untuk bekerja sama dengan Indonesia.
“Terutama untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), namun sekali lagi, selagi Indonesia tidak mendeklarasikan komitmen “go nuclear” dan tetap menempatkan nuklir sebagai pilihan terakhir, maka sulit mewujudkan PLTN di Indonesia,” kata Dwi.
Indonesia memang masih belum memprioritaskan pemanfaatan tenaga nuklir. Padahal menurut Dwi, dalam salah satu tulisannya menyebut tidak ada alasan untuk ragu. Mitos atau rumor yang beredar soal nuklir pun tidak sesuai dengan fakta ilmiah yang ada.
Maka, Dwi mengatakan PPI sangat mendukung pemerintah untuk segera mempertimbangkan nuklir sebagai salah satu sumber energi. PPI Dunia pun telah mengeluarkan deklarasi “Merdeka Energi Nuklir untuk Indonesiaku” pada 17 Agustus 2016 lalu.
Ditepi lain secara Histori kerjasama Rosatom dengan Indonesia – MoU dengan BATAN 2015 (sumber: rosatom-asia.com), – MoU dengan UNiversitas Indonesia 2016 (sumber: rosatom-asia.com)
Dalam hal ini BATAN mewakili pemerintah Indonesia. Namun karena pergesaran prioritas dimana Nuklir menjadi sumber alternatif terbawah. Maka tentu MoU tersebut tidak berjalan dengan baik.
Posisi PLN dalam kunjungan ke Rusia ini berupaya membuka kembali percakapan dengan Rosatom. PLN memastikan apakah akan ada transfer knowledge setelah kontrak kerjasama berakhir, andai kata Rosatom akan bantu Indonesia dalam pembuatan produk-produk reaktor nuklir teknologi 3+ seperti VVER 440, 600, 1200 dan floating NPP. VVER 1200 misalnya mampu memproduksi 1195,4 MW listrik dan 3.200 MW daya panas, 60 tahun life time dan Pengamanan kombinasi sistem pasif dan aktif yng dilengkapi double-wall containment with a ventilated intereall space “. Kombinasi ini membuat plant aman dari ancaman dalam seperti kebocoran tightness maupun luar yang tahan gempa sampai 9 skala, hurricanes 56 m/c, ledakan 30 kPa dan kejatuhan pesawat 20 ton. Selain itu ada juga floating npp yang cocok untuk supply energi di negara-negara kepulauan seperti Indonesia.***
- AENDRA Medita/EWINDO