Pengelolaan perusahaan sudah semestinya diserahkan kepada orang-orang yang cakap, amanah, mengerti bisnis dan penuh terobosan solusi. Apa jadinya jika perusahaan didirikan kemudian diisi oleh orang-orang tidak cakap, tidak jujur, tidak mengerti bisnis dan minus terobosan?
Perusahaan Daerah harus mencerminkan paling tidak 3 hal : 1) bisnis yang dibuat untuk menjawab kebutuhan warga, 2) diisi oleh SDM terbaik dibidangnya, 3) menunjukkan performa terbaik sebagai branding perusahaan itu sendiri maupun citra Pemerintah daerah.
Apa jadinya apabila perusahaan, misalnya berkembang cerita perusahaan daerah energi di Jawa Barat yang diisi oleh orang-orang yang tidak cakap, job seekers, magabut, sok berkuasa dan nepotisme?
Sebut saja si Borokokok, sudah mempunyai jabatan di induk perusahaan migas hulu energi pada saat bersamaan duduk sebagai komisaris di anak usaha yang dibentuknya, menempatkan orang dekatnya (keluarga) sebagai direksi dibidang keuangan, the hanky panky pamily, sekali langkah dua, tiga dana milyaran rupiah titipan pemerintah daerah terkeruk dan terkeduk.
Puluhan milyar disiram, terserap hilang bagaikan menyiram air di pasir yang kering. Konon, Stakeholder utamanya pada periode lalu sudah kecewa dan marah atas kelakuan para anak buah yang senangnya magabut dan bancakan itu, tapi ya namanya juga si Borokokok, pura-pura bodoh sambil terus menyedot habis dana pemerintah daerah tanpa ada terobosan di dalam kinerja perusahaan itu.
Di bagian perusahaan migas hilir energi beda lagi langgamnya, pemerintah daerah sebagai stakeholder mayoritas tidak berkutik dikunci oleh 30% pemilik saham pihak lain, info bersliweran sejak lama, belum ada pengesahan bersama melalui RUPS terkait kesepakatan internal perusahaan itu tapi perusahaan sudah berjalan bahkan kucuran dana milyaran (konon 10 Milyar) dari pemprov Jawa Barat sudah masuk pundi-pundi perusahaan, bagaimana mungkin perusahaan akan berjalan sehat dan maju apabila sejak awalnya saja pengelolaannya tidak prudent?
“Yang sudah, biarlah yang lalu terus berlalu” begitu kata si Minah kepada Ujang karena cintanya yang amat sangat memaafkan si Ujang yang tertangkap basah berpegangan tangan dengan si Anih.
Τapi tentu tidak bisa bagi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yang baru berkata demikian kepada para direksi dan para komisaris yang wanprestasi berkata yang lalu biarlah berlalu, karena setiap amanah itu harus dipertanggungjawabkan dan kekuasaan harus dipergilirkan.