
ENERGYWORLDINDONESIA – SPE atau Society of Petroleum Engineers adalah organisasi non-profit terbesar yang melayani manajer, insinyur ilmuwan dan ahli lain di seluruh dunia di segmen hulu industri minyak dan gas.
SPE memiliki Visi memajukan kemampuan komunitas minyak dan gas demi memenuhi kebutuhan energi yang aman, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sedangkan Misi SPE mengumpulkan, menyebarluaskan dan bertukar pengetahuan teknis berkaitan dengan eksplorasi, pengembangan dan produksi sumber daya petroelum dan teknologi terkait demi kepentingan publik; dan untuk menyediakan kesempatan kepada para ahli dalam meningkatkan kompetensi teknis dan soft skills.
Anggota Ahli SPE terdiri dari 85000 dan 73000 anggota mahasiswa yang tersebar di 143 negara dan berpartisipasi aktif di 203 seksi ahli (Professional Section) dan 382 seksi mahasiswa (Student Chapter).
Ada satu kebanggaan pada 15 September 2018, Muhammad Iksan Kiat sebagai The President of Society of Petroleum Engineers (SPE) Student Chapter (SC) 2017/2018 in Northern Arctic Federal University (NArFU) menerima penghargaan tertinggi “Outstanding Student Chapter Award” dari SPE International atas suksesnya periode kerja selama se-tahun.
Penghargaan tahunan tersebut diberikan langsung oleh President of SPE International Mr. Sami Alnuaim dari Saudi Aramco dan Director of Russia and Caspian Regional Mrs. Aizhana Jussupbekova dari ExxonMobil pada acara SPE Russian Petroleum Techology Conference 2018, Moscow.
Adapun beberapa indikator yang menentukan dalam pemilihan SC terbaik atau organisasi mahasiswa perminyakan percontohan (10% teratas dari jumlah SC) antara lain: 30% keterlibatan Industri, 30% pelaksanaan dan perencanaan, 15% keterlibatan komunitas, 10% perngembangan professional, dan 15% inovasi. Berbeda dengan SC setara Texas A&M, Gubkin University, ITB, UGM, Moscow State University yang juga mendapatkan penghargaan yang sama, pencapaian SPE SC NArFU dianggap unik karena masa operasi organisasi yang baru 3 tahun, letak yang jauh dari pusat industri petroleum, dan pemimpin yang merupakan mahasiswa Asing. SPE SC NARFU berkedudukan di Universitas Federal yang terletak di kawasan Arktik, Rusia, dimana Iksan menyelesaikan studi S1 bidang “Operation and Maintenance of Oil Production Facilities”.
“Untuk dipercayakan sebagai Presiden dan untuk menjalankan amanah dengan baik, banyak tantangan administratif dan tekanan lingkungan yang saya hadapi, mengingat saya adalah Mahasiswa Asing dan Student Chapter dan tergolong termuda di Rusia. But as an engineer, pressure is what I need to achieve much oil from underground. They key is neither to hold nor to let it blow up, but to control it by transferring the energy in the right form to the right place. Then you might get the desired amount of oil,”ujar Iksan kepada ENERGYWORLD Rabu, 17/10/18
Muncul pertanyaan, bagaimana Iksan, putra Indonesia asal Pulau Buru, Maluku, bisa kuliah jauh dan mencetak banyak prestasi di luar negeri?
“Terlahir di kampung kecil di ufuk timur adalah fitrah. Akan tetapi semangat juang, jiwa keindonesiaan dan itikad kebermanfaatan perlu ditumbuhkan. Alhamdulillah, jihad saya didukung oleh orang-orang hebat nan peduli, seperti Pak Ardian Nengkoda dan Pak Tutuka Ariadjie. Mereka yang selalu memberikan bimbingan akademis maupun motivasi kepada saya,” jawab Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia 2016/2017, Koordinator Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Dunia Kawasan Amerika-Eropa 2017/2018, Anggota Tim Kajian Energi PPI Dunia.
Lulusan SMAN Siwalima Ambon itu sekarang menuntut ilmu Master di kampus perminyakan terbaik di Rusia, “Gubkin State University of Oil and Gas” jurusan “Desain Pengembangan dan Operasi Lapangan Gas dan Gas Kondensat”. Tidak hanya itu, Iksan juga mengambil program double degree dengan spesialisasi “Ekonomi dan Manajemen Industri Minyak dan Gas”.
Saya percaya bahwa untuk memperjuangkan kedaulatan energi bangsa, seorang insinyur masa depan membutuhkan pemahaman yang komprehensif akan industri energi, khususnya minyak dan gas, dengan kata lain, tidak hanya ilmu teknik yang perlu kita pelajari, tapi juga ekonomi dan politik internasional serta ilmu pelengkap lainnya, paparnya.
Yang tidak kalah penting untuk insinyur milenial adalah kemampuan leadership. “Untuk menjadi Insinyur yang dapat bersaing, saya sadar bahwa saya perlu belajar bagaimana berkomunikasi efektif, manajemen waktu, finansial dan energi serta mengambil keputusan terbaik. Pengembangan soft skills tersebut saya akselerasikan di SPE dan PPI,” beber Iksan yang pernah mengemban amanah sebagai, Steering committee Simposium Mahasiswa Amerika-Eropa yang mengangkat tema “Securing Indonesia’s Energy Sovereignty: Security, Economy and Sustainability Nexus”. |EWINDO/AENDRA