ENERGYWORLD.CO.ID – Sebuah serial Diskusi Geopolitik akan digelar di Bandung. Tema pertama adalah: “Indonesia dan Ketergantungan Politik Dunia: Energi & Pangan”
Yang menarik dari diskusi yang akan menampilkan Hendrajit Pengamat politik Global Future Institute (GFI) dan Aendra Medita (Energy World Indonesia) dan akan pandu moderator Paskah Irianto (Aktivis, PBHI) akan di gelar pada 18 Agustus 2019, pukul 13.00 – 16.00 WIB, bertempat di Museum Kota Bandung, Jl Aceh 47 Bandung.
menurut pengagas acara Nuning Hallett, sebagai negara penyedia sumber energi dengan cadangan puluhan tahun kedepan, setengahnya malah di-ekspor. Maka saat giliran di dalam negeri listrik padam, semua kegiatan jadi lumpuh total. Betapa rentannya ketahanan energi kita.
“So, peristiwa blackout massal itu hanya puncak gunung es isu energi dan bagaimana internasional bergantung kepada Indonesia untuk urusan vital itu selain pangan. Urusan penguasaan, akses, dan keamanan pangan dan energi itu yang membuat kita ribet beberapa tahun terakhir ini dengan dibentur-benturkan isu yang mengadu-domba rakyat. Lho, kok bisa? Apa hubungannya? Bagaimana caranya? Yuk, kita ikuti saja diskusinya di Bandung,” jelas Nuning penuh semangat.
Dalam diskusi itu selain akan membahas kasus yang berkaitan energi & pangan, akan dibedah juga bagaimana pola ketahanan dua hal penting yang jadi sorongan dunia itu. “Energi dan Pangan adalah soal vital dunia, jadi hendaknya kita juga menguatkan bagaimana pola dan strategi kedepan akan daulat energi dan pangan ini, agar kita sebagai kekuatan lumbung dua hal itu tidak seperti tikus mati di lumbung padi,” demikian disampaikan Aendra Medita.
Sementara Hendrajit mengatakan bahwa sudah sedemikian memprihatinkan kondisi ketahanan energi dan pangan Indonesia? Rasanya tak salah bila banyak pihak kini mempertanyakan komitmen pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri.
Pengamat Energi Hendrajit menilai bahwa sampai saat pemerintah Jokowi-JK tak memiliki grand strategy ketahanan energi nasional. Padahal menurutnya, masalah ketahanan energi sama pentingnya dengan ketahanan disektor pangan dan militer.
“Ketahanan energi sama pentingnya dengan ketahanan pangan dan ketahanan militer. Ketiganya ini harus terintegrasi dalam ketahanan nasional,” ujar Hendrajit kepada ENERGIWORLD.
Menurutnya, sekitar 80 persen sumber daya alam (SDA) Indonesia masih dikuasai oleh pihak asing. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintah dalam melakukan negoisasi dalam kontrak pengelolaan migas dengan pihak asing.
Wartawan Senior dan juga Direktur Eksekutif Global Future Institute ini juga mengkritik kebijakan Jokowi yang sampai saat ini belum terlihat memiliki gagasan atau blueprint dalam pengelolaan migas, entah kalau yang periode kedua ini.
“Pemerintah sekarang terlihat masih bingung. Jokowi belum melontarkan rencana induk dalam pengelolaan migas. Jika rencana itu sudah ada , tinggal buat strateginya. Harus ada prioritas. Tapi Jokowi tak bikin itu. Karena rencana induknya gak ada,” pungkasnya.
Bagi yang berminat hadir di diskusi ini free dan silakan RSVP https://forms.gle/gBB2KQzCeheLYwN29
|RED-EWINDO