Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana untuk menambah fasilitas pengelolaan listrik dari sampah di Jakarta. Diharapkan, ketergantungan pada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, bisa berkurang.
Hal ini dikatakannya dalam acara penandatangannan jual beli listrik hasil pengelolaan sampah di Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan PT Jakarta Solusi Lestari (PT JSL), di Jakarta, Rabu (16/10).
Anies berharap ada tiga ITF lagi yang bisa dibangun untuk mengolah sampah menjadi listrik. Namun, pihaknya belum menentukan lokasi fasilitas itu agar tidak menimbulkan spekulasi soal tanah.
“Kalau sudah diumumkan lokasinya langsung harganya naik semuanya. Jadi sederhana sekali bukan? Kita tidak ingin APBD anggarannya habis untuk gara-gara kita spekulasi,” tambah dia.
Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi |
ITF Sunter sendiri ditargetkan mulai beroperasi pada 2022. Nantinya, fasilitas ini akan terhubung dengan Gardu Induk Kemayoran melalui jalur transmisi 150kV sepanjang 2,2km.
Pemprov DKI sebelumnya telah menganggarkan Rp750 miliar dalam APBD DKI 2019 untuk pembangunan ITF.
“Sesuai Pergub No. 33 Tahun 2018, kami diamanatkan untuk melaksanakan proyek ITF sebagai upaya kita bersama mengurangi masalah sampah kota,” kata Direktur Utama Jakpro Dwi wahyu Daryoto.
“Proyek pertama kami, ITF Sunter mampu mengubah sampah menjadi energi listrik 35MW dari material 2.200 ton sampah per hari,” ujarnya.
Soal tiga fasilitas ITF lainnya, ia mengaku akan mencari lahan di wilayah Cilincing, Jakarta Utara; Rawa Buaya, Jakarta Barat; dan wilayah Jakarta Selatan.
Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto berharap tahun depan dapat memilih mitra untuk membantu pembangunan tiga ITF yang pembangunannya diprediksi rampung pada 2022.
“2022 kan bisa sampai tanggal 31 Desember. Teknologinya kemungkinan akan berbeda dengan yang di Sunter,” kata dia.
Setelah empat ITF itu telah beroperasi, Asep mengatakan TPST Bantar Gebang selanjutnya hanya dijadikan tempat pembuangan residu. Selama ini, DKI Jakarta memang masih mengandalkan TPST Bantargebang sebagai tempat pembuangan sampah pertama dari ibu kota.
Ketergantungan DKI terhadap Bantar Gebang dikhawatirkan bisa menimbulkan krisis sampah di Jakarta. Sebab, Bantargebang setiap harinya menerima 7.5000 ton sampah dari Jakarta.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bahkan memperkirakan TPST Bantar Gebang akan mengalami kelebihan kapasitas atau overload pada 2021.
(ani/arh)|cnn