Home Ekbiz Corporate Arifin Tasrif, Inpex dan Blok Masela

Arifin Tasrif, Inpex dan Blok Masela

713
0
Arifin Tasrif saat menjadi Dubes Jepang dalam sebuah sambutan Pameran seniman Indonesia Jepang 2018 di Tokyo : foto Andi Sopiandi/Ewindo

Oleh Aendra Medita*)

Tahun 2018 ada event yang saya ikuti. Themanya adalah INDONESIA-JAPAN FRIENDSHIP EXHIBITION AND SYMPOSIUM “CROSS CULTURE CROSS IDENTITY”. Ini sebuah Pameran seni rupa Asia International Friendship Exhibition and Symposium 2018, yang digelar di Eco Gallery, Shinjuku, Tokyo, Jepang pada 14 s/d 16 Juli 2018.

Kegiatan skala Internasional ini merupakan kerjasama antara Kelompok Seni Rupa ARTLINC. (ART LEARNING INCUBATOR) Jurusan Seni Murni, FSRD ISBI Bandung, Indonesia dengan AACA (ASIA ART AND CULTURE ASSOCIATION), Tokyo, Jepang. Menurut Setiawan Sabana bahwa kegiatan seniman Indonesia yang akan tampil di Jepang ini bukan membawa misi perserorangan namun membawa nama Indonesia. Yang tersaji memang dua negara ini menampilkan karya senimannya. Saya mengikuti karya Fotografi tentang Sujud dimana objeknya adalah tarian Saman Aceh. Tapi kini di media ini yang hendak saya ingin sampaikan bahwa hari ini ada orang penting bernama Arifin Tasrif. Beliau saat itu adalah Duta Besar Indonesia untuk Jepang. Pak Dubes hadir di acara kami dan mengaprisiasi acara kami ini.

Dan sekarang Arifin Tasrif kini sedang mencuat paska Kabinet diumumkan. Ia masuk dalam kabinet sebagai Menteri ESDM, sebuah jabatan strategis yang jelas. Namun apakah perannya dalam dunia energi dan minerba?

Dalam  catatan EnergyWorld.co.id pada Minggu keempat Mei 2019 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, bertemu dengan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo. Setelah 20 tahun pembahasan block kaya gas ini akhirnya dicapai titik akhir yang berdampak terhadap iklim investasi migas di Indonesia.

Pengembangan blok Masela ini memang menarik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, kembali bertemu dengan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo, pada 16 Mei 2019. Dalam pertemuan itu Jonan didampingi Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif, dan Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffe Arizon Suardin. Nah nama Arifin Tasrif muncul sebagai dubes.

Dan apakah Arifin Tasrif yang dalam hal ini ikut juga menentukan dorongan kuat agar Plan of Development (PoD) Block Masela tuntas, sehingga blok gas raksasa itu bisa segera berproduksi dan Inpex perusahaan Jepang terlibat?

Jika dilihjat dari catatan memang inilah pertemuan yang fokus untuk membahas finalisasi Plan of Development (PoD) Blok Masela, untuk mendapatkan opsi terbaik, dengan estimasi investasi yang rasional dan efisien.

Dwi Soetjipto sebagai kepala SKK MIgas pernah mengatakan,  pihaknya masih melaksanakan kajian teknis blok Masela. Hasil kajian teknis nantinya menjadi acuan dalam mengambil langkah selanjutnya. “Setelah itu, kalau sudah final baru kita hitung-hitung kan, capex-nya berapa,  nanti sampai dengan IRR (Internal Rate of Return),” dilama cnbcindonesia.com.

Tak sembarangan bahas proyek ini sampai-sampai mendatangkan sejumlah pakar migas dari luar negeri. Beberapa negara dilibatkan, salah satunya dari Amerika Serikat (AS). Konsultan tersebut yakni Energy World Coorporation (EWC). EWC diminta memberikan masukan dalam penyusunan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Blok Masela, soal teknis.

Block Masela adalah mega proyek gas di Indonesia yang diandalkan untuk cegah impor gas di masa depan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan waktu itu bahkan mengatakan, kajian awal atau pre-FEED (Front End Engineering Design) pengembangan Blok Masela telah selesai. Dari kajian tersebut, terdapat penurunan biaya pengembangan.

Pre FEED merupakan tahapan pembuatan desain dan rekayasa  sebuah proyek migas. Bila Pre FEED selesai,  tahap berikutnya dilanjutkan  proses rekayasa rinci, konstruksi. Tanpa Plan of Development (POD), suatu proyek tidak bisa berlanjut. Dalam hal ini Inpex sedang menuju revisi POD I.

SKK Migas merevisi nilai belanja modal alias capex hasil dari Pre Front End Engineering Design (Pre FEED) Lapangan Abadi, Block Masela yang sudah selesai Oktober 2018 lalu.

Jonan mengatakan biaya pengembangan itu turun dari sebelumnya US$ 25 miliar hingga US$ 26 menjadi US$ 20 miliar hingga US$ 21 miliar. “Masela ini sudah diskusi, mungkin nanti PoD pertamanya mudah-mudahan karena sudah pre-FEED selesai, dari US$ 25-26 miliar bisa kurang jadi US$ 20-21 miliar,” kata Jonan dilaman cnbcindonesia.com.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan soal Masela ini berkomentar bahwa proyek pembangunan Block Masela, Maluku, bisa dimulai pada kuartal II-2019 mendatang. Dengan demikian, proses pembangunan proyek Masela akan lebih cepat empat tahun dari target sebelumnya pada 2023.

Lantas apa peran Inpex Corporation dan Shell Indonesia sebagai operator existing dari block ini sudah mengajukan revisi POD-nya. Kepala SKK Migas, Dwi Sucipto, menjelaskan saat ini baik Pemerintah, Inpex dan Shell sedang merampungkan negoisasi dari revisi POD tersebut. Dwi mengatakan memang ada beberapa hal yang dinegoisasikan terutama soal keekonomisan proyek. Diduga bahwa Inpex begitu kuat hasil lobby Arifin Tasrif

Sebab informasi yang pasti Inpex mulai mengelola Lapangan Gas Abadi Masela sejak tahun 1998 sejak ditandatangani kontrak bagi hasil produksi (Production Sharing Contract/PSC) dengan jangka waktu 30 tahun. PoD pertama block Masela ditandatangani Pemerintah pada 2010. Kala itu, Inpex memiliki hak partisipasi sebesar 65 persen sedangkan sisanya oleh mitranya, Shell Upstream Overseas Services Ltd.

Inpex kemudian menyerahkan PoD pertama di 2008 ke regulator hulu migas yakni BP Migas, yang sekarang telah digantikan oleh SKK Migas. Kemudian Desember 2010, pemerintah menyetujui PoD pertama, yang mengajukan adopsi Floating LNG (gas alam cair) atau singkatnya sebuah pabrik lepas pantai dengan kapasitas pemrosesan tahunan 2,5 juta ton.

Tahun 2014, Inpex bersama Shell merevisi PoD setelah ditemukannya cadangan baru gas di Lapangan Abadi, Masela dari 6,97 triliun kaki kubik (TCF) ke level 10,73 TCF. Di dalam revisi tersebut, kedua investor sepakat akan meningkatkan kapasitas fasilitas LNG dari 2,5 MTPA menjadi 7,5 MTPA dengan skema di laut (offshore).

Saat itu sempat dihebohkan atau tarik menarik antara pembangunan kilang gas Masela di Offshore dan pembangunan di onshore.

Namun, di awal tahun 2016 lalu, Presiden Joko Widodo meminta pembangunan kilang LNG Masela dilakukan dalam skema darat (onshore). Konsekuensinya, Inpex harus mengulang kembali proses kajian pengembangan LNG dengan skema baru. Rencananya, kapasitas produksi kilang nantinya mencapai 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas pipa dan 9,5 juta ton per tahun (MTPA) gas alam cair (LNG).

Keputusan tersebut berdampak pada biaya investasi yang sebelumnya berdasarkan studi SKK Migas pada aspek ekonomi. Mengutip dari sumber cnbcindonesia.com, pada 26 Maret lalu, fasilitas di darat ternyata akan lebih mahal daripada fasilitas offshore, yakni sebesar US$ 15 miliar. Serangkaian perubahan dalam beberapa tahun terakhir telah secara langsung mempengaruhi tanggal onstream proyek lapangan Abadi, yang kerangka waktu awalnya ditargetkan sekitar 2018 dan kemudian mundur ke 2027 atau satu tahun sebelum PSC blok Masela berakhir.

Sementara kilas balik ke tahun 2016 lalu, tentang keributan nilai investasi Block Masela sudah lama diperdebatkan. Rizal Ramil yang saat itu sebagai Menko Maritim mempersoalkan nilai investasi FLNG yang bisa mencapai US$ 22 miliar. Sedangkan jika membangun kilang gas di darat investasinya hanya mencapai US$ 16 miliar.

Namun, SKK Migas membantah soal perhitungan Rizal Ramli, bahwa investasi memakai FLNG hanya mencapai US$ 14,8 miliar sedangkan untuk membangun kilang di darat membutuhkan dana US$ 19,3 miliar. Lantaran Presiden Jokowi lebih percaya dengan hitungan Rizal Ramli, maka saat itu Jokowi mengubah proyek FLNG menjadi Onshore, sebagaimana dikutip dari kontan.co.id pada 1 Maret 2019.

Tapi yang jelas sampai saat ini, tercapainya beberapa kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Inpex Coorporation dalam pengembangan block Masela akan menguntungkan negara. Boleh jadi, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dengan CEO Inpex Corporation, yang didampingi Dubes Arifin Tasrif Senin 27 Mei 2019 di Tokyo, adalah sebuah momentum bersejarah yang menandakan makin kondusifnya iklim investasi di Indonesia.

Buah dari itu mungkin, sekali lagi mungkin ya Arifin Tasrif di dapuk jadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengantikan Ignasius Jonan. Jadi bertemu dengan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo, Senin 27 Mei 2019 untuk membahas Blok Masela. Sejumlah poin strategis berhasil disepakati, yang memungkinkan lapangan gas raksasa ini bisa segera dikembangkan tak lepas peran Arifin Tasrif.

Rilis Kementerian ESDM pada 27 Mei lalu, Menteri Ignasius Jonan tiba di Tokyo dari lawatan sebelumnya ke Houston, Amerika Serikat. Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan dari pertemuan Jonan dengan Ueda pada 16 Mei di Tokyo. Namun nama Jonan kenapa hilang, apakah ini karena Jonan masih ada saksi atas suap yang dilakukan Hadi Staffnya ke Eni Saragih 10 Dolar Singapura, dimana Eni Saragih sudah ungkap dalam sidang dan uang utuh dalam amplop coklat adalah buktinya? Kita tak tahu.

Tapi catatan penting bahwa kerangka final Plan of Development (PoD) Block Masela di Laut Arafuru, Maluku. Pertemuan hari ini membahas negosiasi detil dari kerangka tersebut, sehingga perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Inpex Corporation Jepang bisa ditandatangani.

Dalam pertemuan kali ini, Jonan didampingi Duta Besar RI untuk Jepang Arifin Tasrif, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, dan Deputi Perencanaan SKK Migas Jafee Suardin.

Indonesia – Inpex capai kesepakatan block Masela, doc.ESDM

Nilai investasi pengembangan Block Masela akan mencapai sekitar USD 20 miliar. Kedua pihak berhasil mencapai win-win solution dengan skema bagi hasil, dimana pemerintah sekurangnya mendapat bagian 50 persen. Kesepakatan final yang bersejarah tersebut ditandai dengan penandatanganan Minute of Meeting oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda, disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

“Akhirnya Inpex dan SKK Migas sepakat atas pokok-pokok pengembangan block Masela di Tokyo. Pembahasan telah berlangsung sejak 18 tahun yang lalu, lho. Nilai investasi antara 18-20 Milyar USD dengan pembagian yang fair bagi Negara RI dan kontraktor. Saya sampai terharu,” ungkap Menteri ESDM usai acara tersebut (27/5).

Jadi pilihan Jokowi memilih Arifin Tasrif  yang lahir di Jakarta, 19 Juni 1953 adalah seorang profesional bisa jadi memang bukan ujug-ujug.  Nama Arifin dalam lingkaran birokrasi pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Pupuk Indonesia hingga tahun 2015, dan digantikan oleh Aas Asikin Idat.

“Arifin Tasrif Menteri ESDM, beliau pernah jadi Dirut BUMN dan jadi dubes di Jepang,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Sejak 2017, ia telah menjadi duta besar Indonesia untuk Jepang. Sebelumnya, lulusan ITB ini merintis karir di perusahaan pelat merah tepatnya di industri pupuk.

Ia lama menjabat sebagai Direktur Utama PT Pupuk Indonesia sejak resmi menjadi holding, dari 2010 sampai 2015. Sebelumnya, ia merupakan Direktur Bisnis PT Rekayasa Industri mulai dari 1995 sampai 2001, lalu menjadi Direktur Petrokimia Gresik dari 2001 sampai 2010.

Selama menjadi duta besar Jepang, Arifin juga berperan dalam kerja sama kedua negara dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Arifin juga terlibat dalam sejumlah kerja sama bidang energi antara Indonesia dan Jepang. Salah satunya adalah penandatanganan Head of Agreement (HOA) pengembangan Blok Masela pada 16 Juni 2019 di Jepang.

Selain itu, Arifin mendampingi Menteri ESDM periode sebelumnya, Ignasius Jonan, dalam urusan kerja sama antara Indonesia-Jepang terkait pengembangan energi hijau melalui produk turunan kelapa sawit.

Bagi pengamat Hukum Sumber Daya Alam Universitas Tarumanagara, Jakarta, Dr Ahmad Redi bahwa menteri baru ESDM banyak PR besar yang perlu diselesaikan.

“Banyak PR yang harus diselesaikan karena tidak selesai di era Jonan,” jelasnya kepada Redaksi EnergyWorld, Rabu, (23/10) di Jakarta.

Menurut Redi bahwa yang lebih penting lagi adalah antara lain soal kepastian usaha PKP2B, badan usaha khusus pengelola migas pasca dibubarkan BP Migas dan pengembangan EBT. “Ini harus menjadi skala prioritas,” jelasnya.

Hal senada yang juga memuji bahwa Arifin Tasrif pas sebagai Menteri ESDM disampaikan Fahmy Radi, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan bahwa dipilihnya Arifin Tasrif  (AT) sebagai Menteri ESDM sangat tepat.

“Pasalnya, (1) AT punya pengalaman dan kapabiltas di bidang energi. (2) Pengalaman sebagai Dubes akan mendukung dalam diplomasi untuk menarik investor (3) AT sbg Mantan Dubes Jepang akan mempercepat realisasi investasi Blok Masela,” ujar Fahmy kepada Redaksi EnergyWorld, Rabu, 23 Oktober 2019.

Saya yakin dan optimis AT akan berhasil dalam menyelesaikan masalah dan mengelola ESDM. AT bukan dari Partai sehingga dapat meminimkan condlict of interest. Meski alokasi dana APBN relatif kecil, MESDM mengelola dan berwenang memutuskan SDA dalam jumlah yang sangat besar.

“Perlu meminimkan conflict of interest terhadap kepentingan partai,”tambahnya.

Fahmy juga mengatakan bahwa PR ESDM ke depan masih banyak antara lain: (1) menarik investor, (2) meningkatkan produksi, (3) menekan defisit neraca migas, (4) memangkas birokrasi di Kementeeian ESDM (5) mengembangkan EBT.

Nah sekarang saatnya kita lihat kedepan bagaimana AT akan membuat terobsan Energi Indoensia masa depan. Tabik!

*) Pemimpin Redaksi ENERGYWORLD INDONESIA |sumber Berbagai sumber dan riset EWINDO

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.