OLEH AENDRA MEDITA *)
Ini Surat Terbuka untuk Menteri ESDM Baru, Arifin Tasrif, kenapa ini saya sampaikan karena Pak Menteri ESDM baru ini pernah mengungkapkan siap menerima segala masukan konstruktif dan terbuka.
Baiklah, saya membaca artikel yang dirilis media ini (energyworld.co.id) yang mana isinya bahwa Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA) Nanang Abdul Manaf, saat ditemui bersama Direktur Eksekutif IPA, Marjolijn Wajong, dan Ketua Panitia IPA Convex 2019, Hanny Denalda di Jakarta (25/10/19) yang mengatakan bahwa memasuki periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo sejumlah pekerjaan rumah dan tantangan di sektor hulu minyak dan gas bumi sudah menanti.
Salah satunya, Presiden menyoroti adanya defisit neraca perdagangan yang disebabkan melebarnya impor minyak mentah dibandingkan tingkat produksi dalam negeri demi memenuhi kebutuhan energi. Jika melihat potensi geologis yang ada, Indonesia dianggap masih memiliki daya tarik bagi investor migas global karena sedikitnya masih terdapat 70 basin yang belum dieksplorasi.
Menurut Nanang, banyaknya basin yang belum dieksplorasi menunjukkan adanya teknologi baru yang dapat diimplementasikan pada lapangan produksi diyakini dapat meningkatkan produksi migas nasional guna memenuhi kebutuhan energi di masa mendatang.
“Potensi geologis yang sangat besar ini tidak dapat dipisahkan dari sisi komersial dan kebijakan fiscal yang ada, sehingga dapat menarik minat investor untuk melakukan eksplorasi,” paparnya
Nanang pun memberikan ilustrasi tentang saldo tabungan di dalam ATM yang jika ditarik terus-menerus tanpa adanya upaya menambah jumlah saldo, maka lama kelamaan uang yang ada akan terus menipis. Begitu pula halnya dengan cadangan migas nasional. Minimnya upaya mencari cadangan migas baru akan berdampak pada jumlah produksi yang dihasilkan di masa mendatang. “Perlu dipikirkan sejumlah cara agar investor mau melakukan eksplorasi di Indonesia,” jelasnya.
Ilustrasi Nanang rasional, dan masuk akal, bagi saya ini pesan penting bagi Menteri ESDM Arifin Tasrif, mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang itu yang saat resmi mengemban amanah baru dari Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2019 – 2024 dan menyatakan siap menerima segala masukan konstruktif dan terbuka, oleh karenanya saya pun terusik bikin surat terbuka untuk mendukung menyelesaikan sejumlah tantangan di sektor ESDM.
“Saya sangat terbuka dengan masukan-masukan semua yang akan memberikan kebaikan, kebaikan kepada Kementerian ini, kebaikan kepada sumber daya yang ada. Kebaikan kita semua,” kata Arifin Tasrif pada acara Serah Terima Jabatan di Kementerian ESDM, Rabu (23/10) lalu.
Arifin mengungkapkan, salah satu tantangan utama ke depan adalah bagaimana menekan defisit neraca perdagangan. “Kita saat ini mengalami current account deficit (CAD) perdagangan yang harus menjadi perhatian kita semua,” ungkapnya.
Di samping itu, sejumlah tugas besar telah menanti Arifin di Kementerian ESDM, antara lain melanjutkan program BBM Satu Harga menjadi 500 lokasi, peningkatan rasio elektrifikasi 100% hingga pencapaian bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025.
Baiklah jika merujuk pada pernyataan Nanang kolaborasi antara Pemerintah dengan pihak Industri merupakan hal yang diyakini akan menjadi kunci peningkatan industri hulu migas nasional. Jika focus Pemerintah saat ini pada upaya menciptakan tata kelola migas yang lebih baik dan prinsip efisiensi, maka dari sisi industri mengharapkan adanya kepastian peraturan (regulatory certainty), pengakuan terhadap kesucian kontrak (contract sanctity), fleksibilitas fiskal, dan kebebasan dalam memasarkan produk menurut prinsip business to business.
Atau pernyataan Direktur Eksekutif IPA, Marjolijn Wajong, yang menyampaikan bahwa industri migas nasional menyambut baik adanya kebijakan baru tentang keterbukaan data yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral baru-baru ini, yaitu Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 7/2019 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Minyak dan Gas Bumi.
Kebijakan tersebut, menurut dia, diyakini dapat membantu calon investor pada tahap awal untuk mengetahui ada tidaknya potensi hidrokarbon di suatu wilayah kerja yang ditawarkan Pemerintah. “Namun kebijakan ini harus terus disempurnakan khususnya tentang mekanisme pengelolaan data dan kualitas dari data yang ada itu sendiri,” ungkapnya.
Berdasarkan infografis yang diterbitkan IPA, diketahui bahwa proyeksi kebutuhan minyak pada 2025 sesuai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) mencapai sebesar 2 juta barel per hari. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan penemuan cadangan migas baru sebanyak 10 kali Lapangan Cepu atau investasi sebesar USD 12 miliar.
Pertanyaannya apakah ini akan bisa dipenuhi?
Saya berpikir kita saat ini, ketakutannya malah akan ditinggalkan karena IOC (International Oil Company) besar makin tak tertarik. Atau bahkan IOC yang saat ini ada ingin cepat-cepat keluar dari Indonesia. Semoga saja tidak terjadi. Tapi itu mungkin saja terjadi.
Banyak faktor dan hal di negara lain lebih menarik, mungkin bisa begitu, justru rilis IPA itu memang selain berpangku pada regulatory certainty dan teknologi baru yang mana masih ada 70 basin yang belum dieksplorasi.
Jika dikaitkan ke sana benar masih menarik, tapi bisa jadi bukan minat Big IOC seperti Exxon, Total, atau yang gede lainnya.
Saat IOC lebih pilih negara lain, kawan saya dan guru energi saya dalam dunia O&G menyebut bahwa mereka sekarang lebih minat ke negara-negara Afrika Timur seperti Mozambique dan Tanzania. Begitu kawan dan sekaligus guru ilmu migas itu bertutur. Saya pun menyambar dalam diskusi singkat sore pekan ini, bagaimana dengan Middle East apa sudah habis?
“Middle East masih ada seperti Saudi dan Qatar. Tapi pemainnya tidak berubah karena existing market kang,” jelasnya menyapa dengan panggil khas kepada saya sebagai USA alis Urang Sunda Asli.
Saya terdiam. Dia lalu melanjutkan pembicaraannya: “Kalau Afrika Timur masih green field, jadi pada berebut sekarang,” bebernya.
Saya bilang: Ini menarik…
“Tentu sangat menarik, dan kondisinya seperti Indonesia tahun 70-an pas Ibnu Sutowo mau mengembangkan bisnis migas Indonesia, di sana Fiscal regime-nya dibuat menarik untuk IOC itu main di Afrika,” lanjutnya.
Jadi Afrika masih lahan subur…Indonesia makin terkuras dan dikuasi tanpa hitung-hitung? “Beda,” katanya pendek.
Kenapa beda apakah karena aturannya susah, fiscal regime-nya Tidak menarik, size sumber migasnya tidak ada yang besar lagi, margin marginal, market untuk jualan migas terbelenggu oleh aturan pemerintah, dll. Nah loh…
“Makanya pada tidak mau datang ke Indonesia untuk investasi. Paling datang cuma ke conference aja,” jelasnya. Waduh saya jadi sedikit curiga jangan-jangan IPA Conference yang setiap tahun digelar itu juga hanya ajang kongkow saja. Kan acaranya cenderung sama saja tiap tahun. Ah saya tak paham.
Jadi Surat Terbuka untuk Menteri ESDM Baru ini saya juga ingin berpesan dan beri kabar baik bahwa ESDM baru harus fokus pada triple helix saja. Apa itu?
Pertama, mungkin Investasi regulasi Migas dan tambang yang harus di fokuskan. Kedua, Pengurangan import migas dan Ketiga, Renewable policy.
Saya yakin kedua dan ketiga pak Tasrif sudah paham. Namun untuk nomer Pertama Perlu ketemu dengan professional migas, asossiasi, pakar, juga pegiat energi, peneliti, LSM, Media dan lainnya.
Lalu saya katakan bahwa saya tahu orang -orang itu yang tulus membangun bangsa dalam dunia migas dan minerba itu, bukan para pemburu rente yang selalu merongrong. Dan jika mau boleh undang saya untuk menjelaskan. Gampang kok hubungan saya medianya jelas. Tabik…!!!
*) CEO/CHIEF EDITOR ENERGY WORLD INDONESIA