Home BUMN Surat Terbuka untuk Mardigu Wowiek, Soal Konspirasi dan Mafia Minyak Mentah

Surat Terbuka untuk Mardigu Wowiek, Soal Konspirasi dan Mafia Minyak Mentah

1991
0
Aendra Medita

BY AENDRA MEDITA*)

Saya menyaksikan Video Mardigu Wowiek (MW) yang sekian banyak. Namun pada video 31 Oktober 2019, Ada MAFIA MIGAS Di Indonesia !!! Presiden Bisa Apa ?!! yang sudah di akses 406 komentar dan telah 2.1K di Share. Ini luar biasa. Judulnya mantap jiwa: Ada MAFIA MIGAS Di Indonesia !!! Presiden Bisa Apa ?!!

Bicara soal Minyak Mentah Timur Tengah yang masih gentayangan mafia dan brokernya adalah hal yang tak habis-habis. Nama lama itu masih ada. Dan selama Indonesia masih ada pasti akan terus ada. Ini jelas nyata tak mungkin mafia itu hilang, ya meski ganti 1 juta kali pun pemimpinnya bisnis ilegal yang berselimut  di abuse of power akan terus ada para pemburu rente, sarung bernama apapun kelanjutannya akan menjalankan tugas mafia migas ini. Dan setorannya tentu tahu kemana mengalir…

Video Mardigu ini saya suka “Ada MAFIA MIGAS Di Indonesia !!! Presiden Bisa Apa ?!!” saya pun suka share sejumlah video lainnya di media social saya. Tapi untuk yang ini saya tergerak kirim surat terbuka ke Mr Sontoloyo ini. Dan semoga saja Mr Sontoloyo yang cerdas bernas ini baca tulisan saya yang cemen ini. Begini kira-kira suratnya:

Siapa yang korup di migas Indonesia?

Yang korup akan tetap ada di tanah yang kaya ini. Dunia saat ini yang luasnya bisnis O&G (oil & gas) sedang baik. Dan yang tetap ada korupsi memang masih di Indonesia. Kenapa saya katakan begitu, karena kenyataannya perusahaan-perusahaan IOC (International Oil Company) baik-baik dan tak ada yang korupsi, eh bukan tak ada mungkin di dunia para pemain korupsi besar alias kongkalikong begitu terbongkar selesai dan hancur. Di catatan Ewindo (EnergyWolrdIndonesia) dalam 5 tahun ini persis yang dibilang MW alias Mr Sontoloyo bahwa namanya lembaganya hilang tapi Mutant nya ada. Namanya Rita tapi masih ada meski diganti Abdul…Jadi jika itu masih hidup maka jelas akan teteap ada mafia migas itu. Bahkan NOC (National Oil Company) Pertamina malah membuat baru yang kerja mirip Petral yang katanya sudah dibubarkan.

Kita tahu setelah Pertamina Energy Trading Ltd alias Petral — PT Pertamina (Persero) ditutup, Eh…Pertamina kembali mendirikan anak perusahaan trading arm di Singapura. Namanya Pertamina International Marketing and Distribution (PIMD). “Ini akan mungkin menjadi sarang mafia migas lagi,” jelas Fahmy Radhi Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada penulis.

Fahmy bahkan mempertanyakannya dengan menyebut bahwa pembukaan kembali trading arm pemasaran di Singapura adalah kebijakan blunder dan meyakini, praktik pemburuan rente ala Petral di PIMD pasti akan terulang kembali. Khususnya dalam pengadaan impor LPG, yang masih dibutuhkan di pasar dalam negeri dalam jumlah yang besar.

“PIMD hanya melakukan impor LPG, yang rawan menjadi sasaran mafia migas untuk berburu rente seperti yang terjadi juga Petral waktu itu,” ujar Fahmy yang pernah menajdi Tim Migas pembubaran Petral.

Sampai disini jelas, makanya di Indonesia ini kok sepertinya semua dibuat harus import, kenapa karena jika import makan ada komisi..bro.

Karena bisa dapat komisi maka kita enak-enakan seperti itu. Padahal kita mampu dan akan banyak hal bisa dibuat atau di produksi di Indonesia yang kaya ini.

Nah itulah artinya pemain lama yang disebut dalam video MW bahwa mau ganti nama Ria atau abdul tetap saja masih main dan mainannya tak boleh terganggu, kalau hilang maka pemasukan akan lenyap, dan jika lenyap sama sekali, mungkin bisa juga bernyanyi…

Jadi pertanyaan “Ada MAFIA MIGAS Di Indonesia !!! Presiden Bisa Apa ?!!”, maka saya sampaikan ini dan ini hasil diskusi dengan guru energi saya dan tim Ewindo bahwa Presiden mungkin harus seperti ini: 

1.Tunjukan keberanian pemerintah saja untuk deal langsung dengan penjual minyak. Bisa? Ya bisa dan Ria dan Abdul bahkan Mutantnya pun akan hilang dan takluk, jika ini dilakukan maka akan dapat kok kita minyak yang lebih murah.
2. Ada kelemahan orang indonesia terutama orang pemerintahan (birokrat) inginnya gampang aja dan embel-embel ada komisi itu yang sering dimainkan. Jadi jalur pendk dipilihlah jalur broker. Padahal saya kasih tahu ya…bisa langsung ke sumbernya loh. Itulah problem utamanya. Semoga Mr Sontoloyo sepekat dengan pandangan saya.
3. Kita ambil contoh negara tetangga Malaysia, negara yang dipimpin Mahathir Mohamad itu  lebih maju menolak pemburu rente.
4. Kawan saya masih di Asia sih ia dan perusahaannya misalnya sedang menawarkan kerjasama untuk  sebuah pemgembangan terminal LNG berskala kecil namun  dengan biaya yang jauh lebih murah dari yang pernah dibuat di Indonesia. Birokrat kita sangat susah untuk bikin mereka mau commit. Tapi ujung-ujungnya harus lewat brokernya mereka. Nah Menteri baru ESDM harus periksa ini, jika lama dibiarkan tak asyik bahkan ketinggalan kita.  Karena jika jelas masih main broker tadi mungkin saja para perusahaan ini akan pergi dan menawarkan ke negara-negara lain yang lebih Clean and Clear birokrakrasinya.

5. Wah dengan banyak mafia akan sulit berbisnis di Indonesia jadi baiknya bersihkan dulu itu.

Kira-kira lima point itu Mr Sontoloyo saya ingin sampaikan bahwa jika sehat bisnis di Indoensia maka mungkin Aramco dari Saudi tidak mundur dari kilang Cilacap, karena bukan karena mafia itu saja dipastikan Aramco mundur, karena bagi Aramco yang besar itu mendingan investasi di negara lain, lebih enak dan tak banyak di rongrong.
Mereka Aramco invest dimana-mana besar kilangnya dimana-mana. Karena memang Aramco itu banyak keuangannya. Kalau hanya investasi di kilang Cilacap itu ukuran Aramco kecil dan harusnya Aramco pasti siap, jadi dengan mundur dan alotnya Aramco di Cilacap salah satu faktornya adalah banyaknya broker. Padahal ya market di Indonesia sangat menjanjikan. Dan mereka ini sudah mendarah daging dan akan terus menghambat jika banyak kilang di Indonesia, padahal mestinya dari dibuat di Indonesia dan orang-orang tersebut tidak lagi  bisa ambil fee, tapi malah mereka ini mendingan import terus dan fee ada terus. Jadi Mutant itu ada terus yang Bro Sontoloyo…?

Jika ini ternyata demikian maka patutlah Presiden bertemu dnegan Mr Sontoloyo agar mempertanyakan sekaligus memperingatkan, jika kita ingin daulat Energin maka elemen kearah mafia dnegan pembentukan PIMD yang mirip Petral itu harusnya di stop dan jangan sampai ini dimanfaatkan mafia migas untuk memburu rente, maka sebelum terlambat cepat lah di sudahi, seblum nanti makin sulit untuk menghentikannya ke depan. “PIMD yang berkedudukan di Singapura, berada di luar teritorial Indonesia. sehingga tidak terjangkau dan tersentuh oleh KPK,” kata Fahmy dan saya setuju atas pernyataan Fahmy.

Maka bisa dipastikan sampai kini pun KPK baru menetapkan Direktur Utama Petral sebagai tersangka suap pengadaan crude, setelah 4 tahun melakukan penyidikan dan penyelidikan. Tapi kabarnya BI eks Direktur Petral meski sudah tersangka belum juga ditahan.

Mr Sontoloyo inilah surat terbuka saya dan saya berharap Pertamina yang dulu awalnya mendirikan Petral untuk menjual minyak mentah di pasar Internasional saat Indonesia masih sebagai negara eksportir minyak lalu Petral menjadi trading arm, mengimpor minyak mentah untuk kilang Indonesia dan impor BBM untuk kebutuhan dalam negeri semoga tidak berkepanjangan dalam bisnis 5.0 itu, kira-kira begitu dan bisa saja lebih jelas lagi dijelaskan soal 1 buah tanda tangan bisa menghemat impor 5 triliun pertahun – itu ya Mr Mardigu alais Mr Sontoloyo. Dan bolehlah kita duduk ngopi bahas ini lebih dalam, Anda kan orang hebat saya prlu masukan untuk semua ini dan terutama untuk bangsa ini. Salam takjim…!!!

*)CEO/Editor in Chief ENERGY WORLD INDONESIA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.