Home Energy Almunium Inalum Dalam Lilitan Hutang, Rp 100 Triliun Lebih Tahun Ini

Inalum Dalam Lilitan Hutang, Rp 100 Triliun Lebih Tahun Ini

686
0

Utang PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) diprediksi membengkak menjadi US$ 6,5 miliar atau Rp 100 triliun lebih tahun ini, seiring rencana induk BUMN tambang ini mencaplok 20-25% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Seiring dengan itu, lembaga pemeringkat global, Moody’s, memangkas prospek peringkat utang Inalum menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Selain utang segunung, kemerosotan kinerja anak usaha akibat jebloknya harga komoditas bakal menghajar Inalum.

Dalam keterangan resmi, Senin (13/4/2020), Moody’s mempertahankan peringkat Baa2 untuk Inalum dan obligasinya. Rating itu mencerminkan dukungan kuat pemerintah Indonesia ke Inalum. “Penurunan harga komoditas, kapasitas, dan ekspansi membuat prospek Inalum diturunkan ke negatif,” ujar Nidhi Dhruv, vice president and senior analyst Moody’s.

Moody’s, kata dia, memprediksi kinerja keuangan Inalum tahun ini lemah. Ini diperparah oleh rencana pembelian 20-25% saham Vale yang bakal dibiyai dari utang. Alhasil, utang naik menjadi  US$ 6,5 miliar dan gross adjusted leverage naik menjadi 8-8,5 kali tahun ini dari 6,2 kali tahun lalu.

Untungnya, kata dia, tambahan bunga masih bisa dibayar dari dividen anak usaha, terutama dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan batu bara ini diprediksi menyumbangkan 90% setoran dividen ke Inalum. Adapun setoran dua anak usaha lainnya, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) and PT Timah Tbk, rendah karena keuangannya lemah.

Moody’s menganggap likuiditas Inalum sangat lemah dan dana tunai perusahaan tidak cukup membiayai capex dan kewajiban pembayaran utang. Dalam 12-18 bulan ke depan, utang jatuh tempo yang harus dibayar Inalum mencapai US$ 1 miliar.

Untungnya, Moody’s menilai, tak ada risiko refinancing Inalum, lantaran mayoritas saham dikuasai pemerintah dan memiliki akses ke perbankan dan pasar obligasi. Dengan demikian, refinancing utang hanyalah masalah waktu bagi Inalum.

Hal baik dari Inalum, kata dia, adalah banyaknya portolio yang dimiliki, mulai dari batu bara, emas, nikel, timah, tembaga dan emas. Perusahaan induk ini juga memiliki biaya produksi rendah.

Rating Inalum juga sudah memasukkan kepemilikan saham sebanyak 51,2% di Freeport Indonesia (PTFI), yang mengoperasikan tambang emas dan tembaga besar nomor dua di dunia di Grasberg, Papua,” kata dia.

Moody’s memprediksi PTFI baru bisa memasok dividen ke Inalum pada 2022-2023. (mm2/ewindo,RED)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.