Home Energy BBM BBM Kenapa Diskon, Harusnya Turun Harga! Surat untuk Dirut Pertamina

BBM Kenapa Diskon, Harusnya Turun Harga! Surat untuk Dirut Pertamina

681
0
Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina /capture video SCTV

BBM Kenapa Diskon, Harusnya Turun Harga: Surat untuk Dirut Pertamina

ENERGYWORLD.CO.ID – Sebenarnya awalnya biasa saja melihat sajian video Direktur Pertamina Nicke Widyawati dalam video conference, Kamis (30/4/2020). Tak ada yang istimewa di video itu. Toh bukan pengumuman turun BBM. Ya kalau penurunan BBM kan bukan oleh Direksi Pertamani harus oleh pemerintah dalam hal ini (ESDM).

Saat kita  menyaksikannya lewat  sajian di TV Swasta. Sebagai media yang ingin mengungkap kenapa BBM ditanah air kini tak turun sedang harga minyak dunia lagi turun. Bahkan jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh posisi minus 14,08 dolar AS per barel. Tren penurunan harga minyak itu, membuat banyak negara menurunkan harga BBM, bahkan hingga 50 persen termasuk negera tetangga Malaysia. Di Malaysia misalnya, harga BBM sekelas Pertamax Plus (RON 95) cuma Rp 4.420 per liter, jauh lebih murah daripada harga Premium (RON 88) di Indonesia yang masih Rp 6.450 per liter. Malaysia sudah menurunkan harga BBM hingga enam kali sepanjang 2020 ini. tapi di Indonesia belum turun-turun. Ternyata katanya alasan tak turun karena soal kebijakan ESDM. Benarkah?

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati turun langsung menyapa dan melayani pelanggan yang mengisi Pertamax Series di SPBU COCO Kuningan, Jl. HR. Rasuna Said , Jakarta Selatan, Senin (3/9/2018)./ist

Baiklah kita bahas dikit soal ini karena benturan surat Kepmen. Dan nanti juga kita akan bahas lagi soal video Bu Dirut yang soal Diskon itu diujung tulisan ini. 

Dari data yang dihimpun di EWINDO Hingga awal Februari, penetapan harga BBM masih mengacu ke Kepmen ESDM No. 187K/10/MEM/2019 yang berlaku 7 Oktober 2019 saat Menteri ESDMnya, Ignasius Jonan. Sedang aturan mulai efektif berlaku pada 1 Januari 2020 itu, konstanta batas atas formula harga jual BBM jenis RON di bawah 95 dan Minyak Solar CN 48, yang semula Rp 2.542 per liter, diturunkan jadi hanya Rp 1.000 per liter.
Adapun formula hitungan harga BBM RON 95 ke atas dan Minyak Solar CN 51, konstanta diturunkan Jonan yang semula Rp 3.178 per liter jadi Rp 1.200 per liter. Konstanta ini salah satu komponen hitungan harga BBM di tanah air, selain harga minyak Singapura yang dikenal Mean of Platts Singapore (MOPS), ditambah marjin badan usaha 10 persen.
Jadi dengan penurunan konstanta signifikan dalam formula itu, harga BBM di awal 2020 bisa turun, meskipun saat itu harga minyak dunia sempat naik. Karena kenaikannya terkompensasi oleh penurunan konstanta.
Pada awal 2020, harga BBM di Indonesia sempat dua kali mengalami penurunan. Yakni di awal Januari dan awal Februari. Penurunan dilakukan seluruh badan usaha penjual BBM, yakni Pertamina, Shell, Total, BP, dan AKR. Berlaku tak genap dua bulan, Kepmen ESDM  Jonan dianulir  Menteri ESDM Arifin Tasrif  yang menerbitkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No 62K/MEM/2020 tertanggal 28 Februari 2020. Itulah kira-kiranya runutannya. Nah itulah yang membuat BBM kita mandeg tak turun.

Memang akan semakin tipis harapan rakyat akan haknya menikmati harga BBM yang wajar di negeri ini. Meskipun harga minyak dunia menunjukan angka yang sudah terkoreksi sekitar 70% selama kuartal 1 tahun 2020, benar kata Yusri Usman pengamat Energi dari CERI bahwa ironisnya harga BBM murah hanya bisa dinikmati oleh rakyat dalam mimpi.

Yusri Usman, Direktur Eksekutif CERI/FOTO Ewindo
BACA Beda Tony Hayward (BP) dan Elia Massa Manik (Pertamina)

Direktur Eksekutif CERI itu juga mengatakan bahwa pada  Rabu (22/4/2020), pernyataan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada 21 April 2020 lalu membenarkan harga produk bahan bakar minyak (BBM) saat ini malah di bawah harga crude, dan Pertamina sebagai BUMN tidak bisa mengikuti formula harga BBM yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM. Kalau diikuti, kata Nicke, bisa nanti Pertamina tak mampu membayar gaji karyawan dan membiayai Opex (Operation Expenditure) dan capex (Capital Expenditur).

Padahal, aturan itu berakar pada Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 yang sudah dirubah dengan Perpres Nomor 34 tahun 2018, semua aturan itu didasari UU Migas Nomor 22 tahun 2001.

“Pernyataan Dirut Pertamina itu ibarat ‘buruk muka, cermin dibelah’. Kesalahan manajemen Pertamina selama ini terbukti telah mengelola perusahaan tidak efisien dalam menjalankan proses bisnisnya dari hulu ke hilir. Faktanya sudah merupakan penyakit bawaan yang kronis. Namun kenyataan itu oleh Dirut seolah ingin menyatakan ke publik kesalahan itu adanya di peraturan Kementerian ESDM dan Peraturan Presiden serta UU Migas,”ujar Yusri tegas.

Hal ini juga dibenarkan  Alvin Lie, “Kalau tidak diturunkan, pemerintah justru meraup laba besar dari BBM bersubsidi,” katanya dilaman kumparan, Selasa (21/4).
Dia menambahkan ketika harga minyak dunia tengah anjlok, pemerintah tak semestinya menaikkan Tarif Batas Atas (TBA) atau Tarif Batas Bawah (TBB) tiket pesawat. Sebab indeks harga minyak sudah turun drastis dari rujukan TBA atau TBB selama ini.
“Tidak ada alasan untuk pemerintah tunda lagi penurunan harga BBM dalam negeri,” tegas Alvin.
Dikatakan Yusri juga bahwa Pertamina memang sedang blunder atau memang membuat mimpi rakyat menikmati harga murah.
“Sikap Dirut Pertamina menyalahkan aturan soal BBM yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM itu memperlihatkan sikap putus asa dewan direksi dan dewan komisaris,” kata Yusri kepada ENERGYWORLD, Kamis, 22 April 2020.

Yusri melanjutkan, bahwa semua aturan itu berakar pada Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 yang sudah dirubah dengan Perpres Nomor 34 tahun 2018, semua aturan itu didasari UU Migas Nomor 22 tahun 2001.

Sedang Alvin menyarankan pemerintah agar segera menurunkan harga BBM. Saat ini, negara tetangga, Malaysia, merespons jatuhnya harga minyak ini dengan menurunkan harga BBM mereka. Bahkan, pemerintah negeri jiran ini terhitung sudah 6 kali menurunkan harga.
Sudirman Said, Simon Sembirin dan Said Didu (berdiri) dalam Diskusi Publik & Bedah Buku “Mengelola Sumber Daya Alam, Menjaga Harkat Negeri”/AEN

Kicauan Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, M Said Didu, menyebut perubahan Kepmen dari Ignasius Jonan ke Arifin Tasrif membuat formula perhitungan harga BBM berubah.

“Ternyata formula harga BBM bukan lagi harga dasar seperti sebelumnya. Tapi berbasis pada harga minyak di Singapura (MOPS). Dulu mafia bermain dari formula berbasis MOPS,” tulis Said Didu di akun twitter pribadinya, Minggu (19/4/2020).
Dalam Kepmen tersebut, harga BBM Indonesia dihitung mengacu pada MOPS (Mean Of Platts Singapore). Adapun formulasinya adalah:
Sampai RON 92: harga MOPS + Rp 1.800 (naik dari sebelumnya Rp 1.000) + marjin 10 persen
Di atas RON 92: harga MOPS + Rp 2.000 (naik dari sebelumnya Rp 1.000 dan Rp 1.200) + marjin 10 persen  —Muhammad Said Didu @msaid_didu
Salah satu SPBU di Jakarta /EWINDO

Mafia migas sepertinya main lagi sehingga harga BBM ga bisa turun. Lewat Kepmen ESDM No 62K/MEM/2020, 20 Feb 2020, ternyata formula harga BBM bkn lagi harga dasar spt sebelumnya, tapi berbasis pada harga minyak di Singapura (MOPS). Dari dulu mafia bermain dari formula berbasis MOPS. “Artinya berapapun harga crude turun, yang menentukan adalah pedagang minyak di Singapura. Disitulah mafia main,” ujar Said.

Di Indonesia, harga BBM yang berlaku saat ini masih mengacu pada penetapan harga di awal Februari 2020. Sudah lewat dua bulan lebih nih, harga BBM di Indonesia tak turun mengiringi penurunan harga minyak di pasar dunia, ya begitulah dengan alibi Kepmen ini maka seolah rakyatlah yang subsidi pemerintah (Pertamina) nikmat benar ya, kekuasaan itu menindas rakyat.  
Baik kini kita kembali ke video Dirut Pertamina yang video conference berbackdrop logo Pertamina sangat besar sehingga sang Dirut kelihatan sangat mungil. Awalnya memang  dikira Ibu Dirut ini umumkan BBM turun, eh ya tak mungkin juga dong umumkan turun sebab yang berhak Pemerintah (ESDM) umumkan turun naiknya BBM. Jadi jika umumkan BUMN Plat merah itu umumkan diskon yang memang itu urusan bagian dari marketing Pertamina. 
Namun kami kirim surat ini cuma mau mempertanyakan ini, karena rilis Video itu Dirut itu telah menimbulkan semacam persepsi keliru diranah publik di saat Pandemi Covid-19 dimana rakyat perlu yang murah dan mudah. Karena kalau hanya jenis BBM kelas menengah ini tak menyentuh subtansi rakyat kecil.
Dalam video itu juga sebagai bukti dia telah secara serampangan menggunakan posisi Dirut telah “menipu” rakyat konsumen BBM. “Lebih tak bermoral itu dilakukan saat rakyat lagi paranoid covid 19 dan lagi sekarat kemampuan ekonominya, sungguh tak pantas sikap Nicke itu sebagai orang nomor satu di Pertamina,” ujar Yusri Usman mengomentarai Video itu.

Lebih parahnya lagi kalau dilihat mungkin orang banyak salah fokus lihatnya casback 30%, jadi seperti kelihatan besar. Padahal maksimal Rp 20.000. Artinya kita harus isi BBM 200.000 buat dapatkan cash back Rp60.000, ini tetap dapatnya Rp20.000. Catatan lainnya ingat ini hanya berlaku untuk 2000 konsumen pertama artinya jika Anda  komsumen 2001 mehek aja, harga normal dan selamat Anda gigit jari. Memang ada jadwal tanggal berlakunya dari 27 April sampai 23 Mei 2020 selama ramadhan.

“Diskon hanya untuk 2000 konsumen pembeli pertama setiap hari, itupun dibatasi total diskon Rp 2000, mau beli 200.000 atau 400.000 pada saat pengisian Pertamax series, namun bagi konsumen ke 2001, diskon itu tidak berlaku…maka kalau dihubungkan antara kenyataan dengan penjelasan Nicke di media cetak dan elektronik, sudah dapat diduga dia telah menipu rakyat disaat lagi susah. Itu kejahatan moral yang luar biasa,” jelas Yusri lagi.

Jika dilihat bisa jadi ini seperti jebakan batman. Yusrli melihat ini Apalagi menggunakan tema diskon ramadhan.. Itu sebuah pelecehan PT Pertamina pada rakyat, beber Yusri.

Kemudian kalau dilihat dari diksi sebagai pemimpin sebuah badan penting di negara ini bahasa Nicke ini agak sembarangan ajakannya, misalnya Nicke mengajak masyarakat  memborong BBM. “Ayo, kalau memang ada yang mau beli BBM sekarang, nimbun ayo, diskon 30% sekarang,” ujar dia di video conference itu. Kalau seorang pemimpin tak bisa milih diksi dengan kata nimbun ini aneh siapa sih konsultan komunikasi dirut ini. Harusnya siapkan dulu teks dan narasi menajdi lebih elegan.

Lagian siapa yang mau nimbun hari gini, dimana banyak yang PHK dan masa covid-19 semua mengencangkan ikat pinggang hanya berpikir untuk sembako. Halo Ibu, baiknya kalimat nimbun ini di klarifikasi saja, jangan jadi peryataan resmi loh…tak pantas bagi seorang pejabat publik. Untung loh bu.. yang diskon bukan jenis BBM premium atau pertalite, jika ajak nimbun itu berlaku pada dua jenis tadi (premium atau pertalite) pasti SPBU akan antri dan berebut seperti orang-orang di luar pulau Jawa sana yang setiap hari antri jika beli BBM.  Ah… biar saja kami ungkapkan ini semua bu toh Bu Direktur Utama itu telah memblokir nomor HP atau WA nomor Pemred Ewindo yang tak jelas salahnya dimana, yang selama ini minta konfirmasi juga tak pernah direspon.

Hmmm jadi tergiang tuh video itu bunyinya: “diskon beli nimbun…ayo…beli ada ada diskon,” Wasalam bagi yang penasaran silakan tonton vido ajakan nimbun dari Boss Pertamina itu.

https://youtu.be/Of7cIAxVKsA

Video ini data dari  courtesy SCTV

TIM  REDAKSI ENERGYWORLDINDONESIA (energyworld.co.id – EWINDO, AME, HER, SUK & RNZ) 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.