OLEH Yusri Usman, Direktur Eksekutif CERI
Konsumsi BBM diseluruh dunia turun semuanya, bahkan ada yang lebih parah dari Indonesia, namun semua negara didunia tetap menurunkan harga BBMnya, kecuali hanya di Indonesia.
Contoh nyata yang paling dekat, Malaysia yang menerapkan lock down saja, setiap minggu Petronas tetap menyesuaikan harga BBMnya.
Ternyata Petronas tidak bangkrut dan tidak ada PHK sampai hari ini.
Mengapa Pertamina takut jadi bangkrut kalau menurunkan harga BBM nya ?, Pertamina berhasil menciptakan hatrick, selama 3 bulan sejak April, Mei sampai dengan Juni belum menurunkan harga sepeserpun.
Berarti memang Pertamina adalah perusahaan yang sangat tidak efisien dari hulu sampai dengan hilir nya, begitu rentan dengan harga BBM sesuai harga pasar minyak dunia.
Ternyata Ahok dipasang sebagai komisaris utama tak mempu berbuat apa-apa juga, dan laporan keuangan Pertamina tahun 2019 sampai dengan RUPS tgl 12 Juni 2020 tak mampu disajikan Pertamina kepada publik.
Nah, kalau laporan keuangannya saja tak bisa disajikan, parameter apa yang digunakan Menteri BUMN Erick Tohir yang menyatakan direksi dan komisaris Pertamina KPI ( Key Performance indek) baik ? Bukankah ini Key Political Indek?
Tapi faktanya, setelah RUPS 12 Juni 2020, didunia dengan konsep holding, hanya Pertamina yang bisa menempatkan anggota komisaris lebih banyak dari anggota direksinya, luar biasa Erick Tohir yang dikenal mengatakan BUMN itu bukan usaha milik nenek lo.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan nmr 23/PMK/01/2007 bersama Peraturan Menteri BUMN nomor PER-04/MBU/2007, bahwa semua BUMN wajib menyerahkan laporan keuanganya paling lambat tgl 15 Febuari setiap tahunnya ke Kementerian BUMN.
Selain itu, jurus abunawas untuk tidak menurunkan harga BBM, yaitu program iming-iming cashback dengan menggunakan aplikasi my Pertamina ternyata banyak gagalnya digunakan konsumen di SPBU, karena sistem my Pertamina tidak bekerja efektif dan sering down, sehingga pembayaran dilakukan oleh konsumen dengan cash, maka bisa dikatakan ini adalah PHP.
Anehnya lagi, program itu bertentangan dengan SOP di SPBU untuk tidak menggunakan HP selagi mengisi BBM, bukankah ini program konyol?
Padahal sebagai negara net importir minyak, harga minyak dunia murah merupakan berkah bagi rakyatnya, kenapa rakyat kita tidak bisa menikmatinya, ironis memang.
Kalau mengikut logika pejabat KESDM, BUMN dan Pertamina yang menyatakan Pertamina akan bangkrut kalau menurunkan harga BBMnya, maka sama saja itu mengakui bahwa Jokowi gagal memenuhi janji kampanye 2014 akan membesarkan Pertamina untuk bisa mengalahkan Petronas.
Jakarta 15 Juni 2020