ENERGYWORLDINDONESIA – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman akhirnya memberikan 5 point penting atas kerugian BUMN migas plat merah Pertamina, berikut isinya:

Pertamina Rugi
1. Kita harus jujur sekarang mengatakan bahwa kehadiran Ahok sebagai komisaris Pertamina lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, karena selain dia tak punya rekam jejak pernah berhasil mengelola korporasi yang jauh lebih kecil dari Pertamina, ternyata dia termasuk berkarakter tak lazim, suka manabrak aturan dan kalau terungkap salah, maka dgn seenaknya dia bisa mudah menyalahkan orang lain, dan kemudian dia lupa jabatan Komisaris tidak boleh ambil alih yang merupakan kebijakan direksi.Terburuk sifatnya Ahok ketika dia sekarang menyalahkan Dirut tak lapor soal kerugian Pertamina, tentu publik tanya Ahok kerjanya apa setiap hari ???.
2. Keselnya publik pada kebijakan Pertamina yang ketika harga minyak dunia turun sekitar 60 sd 70 % dan paling rendah sejak 34 tahun terakhir, tetapi Pertamina dengan seenenaknya dewe tidak mengkoreksi harga jual BBM, terkesan sangat dalam bahwa kebijakan harga BBM Pertamina dikelola seperti sebagai institusi militer, karena tidak menyesuaikan harga BBM itu selain melanggar Kepmen ESDM 62 K tahun 2020 tentang penetapan harga jual BBM oleh badan usaha, padahal dia sebuah korporasi yang sahamnya milik negara dan mengurus hajat hidup orang banyak tidak boleh bersikap arogan dengan mengabaikan suara publik yang lagi kesusahaan korban pademi covid 19.
3. Tidak tepat untuk membenarkan kerugian Pertamina dengan membandingkan dengan bbrp perusaahaan minyak dunia lainnya spt Chevron, Exxon Mobil dan Shell juga rugi besar, itu seperti membandingkan ayam dengan kambing, harusnya bandingkan dengan ayam juga atau setidaknya bebeklah, bukan dengan kambing, contohnya Pertamina itu lebih cocok dibandingkan dengan Petronas dan PTT Thailand, karena bedanya Pertamina adalah diberi keistimewaan khusus untuk menguasai atau monopoli jual BBM, Avtur, LPG diseluruh nusantara plus tak mengoreksi harga jualnya sepeserpun sesuai peraturan menteri ESDM, ini betul-betul contoh buruk dari pemerintah karena tidak menindak direksi Pertamina atas pelanggaran itu, bahkan terkesan melindungi kebijakan yang salah dari Pertamina, sehingga siapa yang bela kepentingan rakyat sebagai konsumen BBM, seperti diperas semasa VOC saja, sehingga ada pendapat beberapa pengamat dan anggota dewan bahwa kerugian Pertamina wajar itu terkesan pendapat influencer menurut publik, karena argumennya gak masuk akal.
4. Kerugiaan tersebut lebih disebabkan karena Pertamina tidak efisien dalam proses bisnis dari hulu ke hilir, yaitu adanya dugaan mark up pembelian PI ( participacing interest) bbrp blok migas diluar negeri, membuat kontrak LNG jangka panjang yang merugikan Pertamina, kontrak sewa tanker angkut minyak yg hanya dikuasai hanya sekitar 3 orang saja, termasuk Ahok belum berhasil membuat proses bisnis di ISC (Integrated Supply Chain) yang melakukan pembelian mìnyak mentah dan BBM setiap harinya hampir 80% perputaran uang Pertamina disini.
5.Terakhir, selain hal hal itu diatas, bahwa Pertamina rugi karena tidak profesional, fungsi intelijen analisa resiko di ISC telah gagal mengantisipasi dampak covid 19 ketika sudah merebak di Cina akhir tahun 2019, karena pembelian term terhadap minyak mentah dan BBM selama 1 tahun tidak bisa dihentikan, sementara penjualan turun karena PSBB dan storage Pertamina terbatas, akibatnya Pertamina terpaksa harus sewa stioage di Malaysia dan Singapore serta sewa tanker untuk simpan crude dan BBM ditengah laut, sudah tentu menambah biaya membengkak sementara pemasukan turun … meski pertamina tetap jual BBM di harga tinggi dgn keuntungan yang tak wajar, yaitu diatas 100%, namun tetap rugi, karena beban beban lainnya sudah sangat parah.
Presiden dan Menteri BUMN harus segera mengevaluasi kinerja dewan komisaris dan dewan direksi yang telah gagal dan bak melemparkan kotoran kemuka presiden Jokowi terhadap kerugian 11 triliun ini, termasuk mengurangi jumlah komisaris yang kegemukan dibandingkan jumlah direksi, komposisi ini teraneh didunia.
Jakarta 28 Agustus 2020
Direktur Eksekuitf CERI
Yusri Usman