ENERGYWORLDINDONESIA – HMMMM ada-ada saja nih cerita Pertamina ini. Setelah Komisaris Utama (KOMUT) marah-marah dan buka-bukaan dan sebelumnya Pertamina dapat kisah rugi 11 Trilyun, kini ada kisah program kredit sepeda Brompton buatan Inggris yang super mahal tapi disukai warga +62.
Gara-gara program kredit sepeda Brompton ini Tajuddin Noor, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) harusnya melaksanakan tugasnya mejalankan keterbukaan informasi publik saat ditanya Pengamat Energi Yusri Usman lewat telepon. Eh malah memblokir nomor telepon dan whatsapp Direktur Eksekutif CERI ini, padahal Yusri ini konfirmasi ingin tahu untuk keterbukaan sebagai perusahaan BUMN.
“Kami awalnya hanya mempertanyakan program kredit sepeda Brompton untuk pegawai Pertamina. Tapi bukannya memberikan keterangan yang sebenarnya, Sekretaris Perusahaan Pertamina Tajuddin Noor malah memblokir nomor telepon saya,” ungkap Yusri Usman kepada Redaksi, Jumat (26/9/2020).
Yusri menceritakan, lantaran nomor WA miliknya diblokir oleh Tajuddin Noor, ia lalu mengirimkan pertanyaan yang sama kepada Tajuddin Noor, namun melalui nomor WA anaknya.
Menurut Yusri, Tajuddin menjawab melalui nomor WA tersebut. “Itu programnya Bank abangku, cuman dia pasang logo Pertamina, biasa bank cari peluang bisnis apa saja karena sekarang lagi musim sepeda, jadi gak ada kebijakan perusahaan di sana abangku,” ungkap Yusri menirukan jawaban Tanjudin Noor melalui WA anaknya, karena Tajuddin Noor memblokir nomor WA miliknya.
Menerima jawaban itu, Yusri kembali mengajukan pertanyaan lanjutan kepada Tajuddin Noor.
“Apakah boleh mencari peluang bisnis dengan mempromosikan sepeda impor tanpa izin menggunakan logo Pertamina? Sebaliknya malah mengabaikan sepeda produksi dalam negeri. Mohon konfirmasi apakah boleh seenaknya Bank Mandiri Syariah menggunakan logo Pertamina? Atau penggunaan logo Pertamina itu atas izin BOD Pertamina?,” ungkap Yusri mengutip pertanyaan yang ia kirim ke Tajuddin Noor melalui nomor WA anaknya lantaran Tajuddin Noor sudah memblokir nomor WA miliknya.
Menerima pertanyaan itu, kata Yusri, Tajuddin Noor mengaku sudah meminta Bank Mandiri Syariah menurunkan iklan kredit sepeda itu. “Sudah kita minta take down, jadi tidak ada lagi iklan itu,” ungkap Yusri menirukan jawaban terakhir dari Tajuddin Noor.
Terkait adanya iklan kredit sepeda Brompton tersebut, kata Yusri, Direktur Dukungan Bisnis Pertamina M Haryo Yunianto saat dikonfirmasi, memberikan apresiasi atas kritik dan saran yang dikemukakan CERI, serta akan meneruskan saran CERI ke Bank Mandiri.
Langkah konyol
Dikatakan Yusri, jika kredit sepeda itu benar kebijakan resmi Pertamina, ia menganggap suatu langkah konyol. Sebab, harga sepeda itu per unit sekitar Rp 60 juta.
“Karena sudah banyak sepeda sejenis itu dengan kualitas baik dari produksi dalam negeri. Apakah program ini akan meningkatkan impor produk luar negeri yang akan berakibat ikut menyumbang defisit transaksi berjalan. Monggo pihak BOD Pertamina bisa mengkonfirmasi kebijakan ini,” ungkap Yusri menirukan konfirmasinya ke Tajuddin Noor yang berujung pemblokiran nomor whatsapp miliknya oleh seorang pejabat publik tersebut.
“Ngelola perusahaan saja semester 1 rugi Rp 11,13 triliun, bukannya prihatin sebagai momen evalusi untuk memperbaiki diri, malah jor-joran dan ikut menambah defisit transakai berjalan kalau angka impornya semakin tinggi,” timpal Yusri lagi.
Banjir sepeda impor
Terkait impor sepeda, dilansir cnnindonesia.com, Kamis (25/9/2020), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut Indonesia kebanjiran sepeda impor di tengah meningkatnya minat masyarakat bersepeda di era pandemi covid-19.
Pun demikian, ia tak merinci berapa banyak sepeda impor yang membanjiri pasar sepeda dalam negeri.
“Bersepeda ini suatu kegiatan yang sangat fun (menyenangkan), saya salah satu penggemar sepeda. Oleh karena ini menjadi penting karena di tengah pandemi saya dengar impor (sepeda) banyak sekali,” katanya dalam peresmian acara daring Pekan Nasional Keselamatan Jalan 2020, Jumat (25/9).
Budi menugaskan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiadi untuk hanya mempromosikan sepeda buatan dalam negeri.
Tujuannya, agar membantu para produsen sepeda lokal, sehingga dapat menambah kesempatan kerja di dalam negeri.
“Kalau bisa nanti sepeda produksi luar negeri ngga usah dipromosikan. Kita bisa promosikan jualan sendiri karena dengan kita memasarkan produk dalam negeri berarti kesempatan kerja untuk teman-teman kita banyak,” terang dia.
Lebih lanjut, dia juga mendorong penggunaan sepeda sebagai bagian dari kegiatan masyarakat. (AME/EWINDO-RED)