ENERGYWORLD.CO.ID – Peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Arifin Nur, MT, saat memperlihatkan alat incinerator sampah infeksius covid-19 di gedung LIPI, Jalan Sangkuriang, Bandung, Selasa (22/12/2020).
Seiring dengan belum berakhirnya masa pandemi Covid-19 dan terus meningkatnya pasien terkonfirmasi Covid-19 menyebabkan terjadinya penumpukan sampah jenis baru yang dikategorikan infeksius seperti masker, APD dan sampah jenis lain akibat kegiatan manusia dalam upaya menanggulangi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sampah yang dikategorikan jenis baru ini umumnya langsung dibuang ke tempat pembuangan sampah umum dan berakhir di TPA TPA yang ada.
Untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 ada tiga langkah yang diambil pemerintah selaku pemegang kebijakan yaitu tindakan pencegahan (3M dan PSBB), pencegahan penyebaran melalui karantina, dan pemulihan (post treatment terhadap pasien ataupun lingkungan).
Peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Arifin Nur, MT, beserta tim mengembangkan rekayasa engineering incinerator sampah infeksius covid-19 skala kecil dengan tujuan sebagai tindakan untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 melalui media sampah medis dan memastikan sampah sudah bebas dari virus. Menurut Arifin Nur “Produk yang beredar umumnya menggunakan bahan bakar Solar/Biosolar (minyak diesel) sementara yang kami desain dan kembangkan ini berbahan bakar LPG dengan pertimbangan saat ini lebih sulit membeli solar dibandingkan LPG komersial tabung 3 kg, 5,5 kg ataupun 12 kg,” terang Arifin.
Incinerator yang dibuat berbahan bakar gas LPG dengan dimensi 150 cm x 70 cm x 214 cm, berkapasitas maksimum 100 liter dengan rate pembakaran 70 liter/jam sampah. Temperatur kerja incinerator dapat di setting sesuai kebutuhan mulai dari 300-900°C dengan daya listrik yang dibutuhkan sebesar 500 Watt. Incinerator ini menghasilkan emisi yang lebih bersih dibandingkan incenerator pada umumnya karena berbahan bakar gas LPG dan lebih cepat mencapai suhu kerja optimal.
Incinerator ini dapat diaplikasikan di pabrik padat karya seperti perusahaan konveksi, rumah sakit kecil di daerah maupun puskesmas yang umumnya sampai saat ini proses pembuangan sampahnya masih digabungkan dengan sampah rumah tangga atau dengan cara dikubur dalam tanah “Kami harap dengan hasil rekayasa ini, puskesmas, pabrik padat karya maupun warga masyarakat setingkat RT/RW maupun pemukiman dapat mengelola sampahnya secara mandiri sehingga dapat meminimalisir penyebaran virus sekaligus menekan penumpukan sampah di TPA,” pungkasnya. (FOTO BUDI YANTO/EWINDO)