Home BUMN Kolaborasi Bangun Iklim Kendaraan Listrik di Indonesia

Kolaborasi Bangun Iklim Kendaraan Listrik di Indonesia

670
0
ilustrasi

ENERGYWORLDINDONESIA, (ENERGYWORLD.CO.ID)Kunci untuk mempercepat transisi kendaraan listrik di Indonesia adalah kolaborasi. Hal ini ditegaskan oleh para pembicara dalam diskusi panel yang di moderatori oleh Managing Director & Partner at Boston Consulting Group (BCG) Lenita Tobing.

Hal itu disampaikan dalam diskusi yang bertema “Pandangan Inovasi: Teknologi pada Kendaraan Listrik” ini merupakan rangkaian dari National Energy Week (NEW) yang diselenggarakan oleh Komunitas Migas Indonesia chapter Rusia dan Eropa Timur (KMI-RET).

Sejumlah tokoh- tokoh utama dalam industri kendaraan listrik di Indonesia hadir, seperti Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Prof. Mochamad Ashari, Kepala Pusat Peneliian Tenaga Listrik Mekatronik Dr. Haznan Abimanyu, CEO Baran Energy Viktor Wirawan, Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey dan Executive Vice President of Engineering Technology PLN Dr. Zainal Arifin.

Dr. Zainal Arifin memaparkan bahwa peran PLN adalah menyiapkan pasokan listrik dan mengembangkan infrastruktur seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). 1 jt kendaraan listrik hanya membutuhkan 2,2 GW, sedangkan reserve margin PLN mencapai sekitar 15 GW. Sehingga, pasokan listrik PLN melebihi demand kendaraan listrik.

Total jumlah SPKLU yang dibangun oleh PLN dan pihak swasta mencapai lebih dari 100 dan tahun ini akan bertambah sebanyak 162 buah. Sementara itu, standar untuk SPKLU telah dipublikasikan sejak tahun 2017.

Pandangan Dr. Haznan Abimanyu mengatakan fokus penelitian LIPI adalah Autonomous Electric Vehicle dan infrastruktur EBT untuk charging point dengan photovoltaic, hydro power, dll. Beliau pun menjelaskan ada tiga tantangan pengembangan kendaraan listrik, yakni harganya yang mahal, keberpihakan dana pemerintah dan kurangnya kerjasama dari pihak industri, riset dan pelaku usaha komersial.

Sementara itu Prof. Mochamad Ashari memaparkan bahwa Institut Teknologi Sepuluh Nopember siap membantu dalam mengembangkan kendaraan berlistrik. Setelah berhasil membuat motor listrik dan mobil listrik, saat ini, focus riset berkembang menjadi autonomous/driverless, charging system dan battery. Tantangan dalam riset ini adalah ketersediaan magnet permanen dan rare earth.

Meidy Katrin Lengkey menyatakan bahwa Indonesia memiliki 23,7% cadangan nikel dunia sebesar 11 Miliar ton cadangan nikel, yang terukur sekitar 4.5 miliar ton. Beliau menambahkan bahwa 1 baterai membutuhkan 11 mineral, dimana 10 diantaranya tersedia di Indonesia, kecuali litium yang masih harus impor. Sehingga jumlah nikel sangat cukup dan siap. Beliau juga menegaskan kesiapan para penambang untuk memasok produksi baterai nasional. Namun, dalam program itu, mereka pun perlu dukungan pemerintah dengan memberikan insentif untuk bijih nikel kadar rendah sebagai bahan baku dari baterai.

Sebagai perwakilan dari pihak swasta, Viktor Wirawan menyatakan bahwa pihaknya pendukung percepatan pengaplikasian Energi Baru Terbarukan dan kendaraan listrik di Indonesia sesuai dengan visi dari Baran Energi. Beberapa terobosan dari Baran Energi adalah Energy storage yang berkapasitas sampai 1.000.000 Watt-hour dan mobil listrik yang akan dipresentasikan pada Oktober 2021.

Perkembangan kendaraan listrik menimbulkan tantangan baru mengenai potensi sampah baterai di kemudian hari. Metode daur ulang baterai kendaraan listrik masih perlu dipikirkan bersama. Dr Haznan Abimanyu mengusulkan agar adanya penyuluhan kepada masyarakat agar tidak membuang baterai sembarangan yang bersifat toxic terhadap tanah dan ground water serta adanya lembaga yang bertugas untuk menampung baterai tersebut.

Dalam closing statementnya, Lenita Tobing menekankan kunci dari percepatan persiapan membangun iklim kendaraan listrik di Indonesia adalah Ekosistem yang merangkul seluruh komponen yang terlibat dalam teknologi kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Jika ekosistem itu berjalan dengan baik, kita dapat menurunkan emisi CO2 dan harga untuk mengoperasikan teknologi kendaraan berbasis listrik akan lebih optimal.

(Wina Hidayat) untuk ENERGYWORLDINDONESIA sebagai Media Partner

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.