ENERGYWORDLINDONESIA – Persoalan tampaknya sudah semakin serius, Pertamina Holding diharapkan segera mengevaluasi kinerja subholding PT PGN Tbk dan anak usahanya PT Pertagas serta Pgasol dan PDC sebagai kontraktor EPC, karena dapat dikatakan telah gagal menjalankan tugas dari Pertamina Holding untuk menyelesaikan pemasangan pipa minyak blok Rokan sepanjang 367 km sesuai target waktu agar proses alih kelola berjalan mulus.
Karena alih kelola lapangan blok Rokan sebagai tulang punggung produksi minyak nasional hampir 100 tahun terakhir, merupakan tonggak sejarah penting bagi penampilan Pertamina yang selalu mengklaim dirinya sebagai perusahan berklas dunia.
Untuk memperoleh hak operator ini pun bukan hadiah gratis dari Pemerintah, akan tetapi melalui proses tender yang ketat dan Pertamina telah menyerahkan sejumlah uang senilai USD 786 juta atau setara Rp 11, 3 triliun sebagai signatur bonus kepada pemerintah dan membuat komitmen kerja pasti selama lima tahun pertama senilai USD 500 juta atau setara Rp 7,2 triliun.
Bahkan kami bersama sama koalisi penjaga sumber daya alam dan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu menentang adanya pihak pihak dari Menko dan Kementerian ESDM dalam menerbitkan Permen ESDM yang menghilangkan hak prioritas ke Pertamina saat itu dengan membuat wacana untuk tetap mempertahankan Chevron untuk tetap melanjuti sebagai operatornya.
Oleh sebab itu, sebelum terlambat sebaiknya Pertamina Holding harus berani melibas siapapun oknum aktor yang menghambat atau mengacaukan program alih kelola ini, mulai dari oknum di PGN sampai Pertagas dan Pgsol serta PDC harus disisir semuanya.
Karena, bagi kami berita buruk ini sudah sejak September 2020 telah kami dengar dan sudah pernah kami terompetkan di media bahwa dugaan hengki pengki itu terjadi dalam proses pemilihan mitra investasi dan penunjukan sub kontrak kerja dari kontraktor EPC Pgsol dan PDC.

Bahkan rumor keras beredar dilingkungan kontraktor migas sejak lama dikatakan Pgsol dan PDC topengnya saja kontraktor EPC, namun prakteknya terkesan kental seperti broker alias calo yang tugasnya hanya membagi bagikan pekerjaan kepada subkon nya sesuai titipan dari atasan dan elit politik.
Cilakanya lagi, penerima sunkon itupun menurut sumber kami yang dapat dipercaya bukannya dikerjakan sendiri, malah katanya ditawar tawari lagi kepihak lain nya untuk jadi subkon, jika hal ini mengandung kebenaran, saya hanya bisa berucap..alamaaakjang hajab kalilah.
Meskipun aroma busuk itu sudah lama dan merebak kemana mana, namun faktanya aman aman saja tuh mereka, artinya dapat dibaca atau diduga benar backingnya kuat alias kebal hukum.
Terbaru, pernyataan Dirut Pertagas Wiko Migantoro pada rabu 31/3/2021 ke media bahwa sampai akhir bulan maret, pengerjaan pemipaan blok Rokan saat ini masih 55 persen dan dapat dipastikan pada saat alih kelola pada Agustus mendatang Pertagas masih berusaha bisa menyelesaikan pipa jalur utara saja dulu di perioritaskan, sementara pipa jalur selatan nanti diselesaikan setelah alih kelola.
Kata masih diusahakan untuk jalur utara dan nanti akan dilanjutkan untuk jalur pipa bagian selatan, bahwa kalimat itu semakin mempertegas ketidak pastian itu.
Tak hanya itu, ternyata dalam proses pemilihan mitra investasi sebesar 25 persen dari total investasi USD 300 juga tertunda lama karena infonya ada perang antar dewa, karena sejak Juni 2020 diproses pemilihannya baru diputuskan pada Maret 2021 bahwa PT Rukun Raharja Tbk yang dipilih.
Soal pemilihan calon mitra ini pun memantik keheranan publik, bagaimana mungkin Pertagas hanya mengundang dua perushaan saja untuk berkompetisi, karena dalam lingkungan dunia bisnis migas mengatakan bahwa proyek investasi itu ada daging tebalnya, jika prosesnya lebih transparan dan diumumkan secara luas, bisa ratusan perusahaan besar antri ikut tender, hanya soal menempatkan dana investasi saja.
Hebatnya lagi, Majalah Gatra edisi 51 untuk periode 15- 21 Oktober 2020 dengan cover depan Anak dan Mantu Megawati di Blok Rokan telah mengupas tuntas dalam laporan utama sebanyak 8 halaman tentang perseteruan antar pihak dalam pemilihan mitra investasi di blok Rokan
Akhirnya publik akan menilai, apakah Pertamina Holding dalam waktu dekat mampu melibas oknum oknum itu, jika tidak mampu, maka tak salah juga diurigai oleh publik bahwa sebagian di holding pun sudah tercemar juga.
Namun bagi semua penegak hukum, tanpa bermaksud mengajari bebek berenang, jika jeli dan peduli akan banyak hal yang bisa diungkap untuk menyelamatkan potensi kerugian negara.
Jakarta 1 April 2021
Direktur Eksekutif CERI
Yusri Usman.