ENERGYWORLD.CO.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Jerman berkeinginan untuk menjalin kerja sama suplai batu bara dari Indonesia. Hal ini dikatakan Tasrif usah berjumpa sejumlah pengusaha batu bara Jerman di Berlin, Jumat (27/5/2022).
Menteri ESDM Arifin Tasrif bertemu dengan CEO Asosiasi Perusahaan Batu Bara di Jerman (VDKI) dan juga CEO HMS Bergbau AG, Lars Schernkau, bertempat di Hotel Palace Berlin.
Dalam pertemuan itu, juru bicara ESDM Agung Pribadi mengatakan bahwa Menteri Arifin juga meminta VDKI juga bisa berkoordinasi dengan asosiasi perusahaan serupa di kawasan Eropa. Arifin juga meminta perusahaan memastikan ketersediaan fasilitas pelabuhan, serta terms and conditions untuk kontrak tersebut.
Kementerian ESDM memproyeksikan Indonesia memiliki sumber daya batu bara sebanyak 91,6 miliar ton dengan cadangan mencapai 31,7 miliar ton.
Pada 2021, realisasi produksi batu bara Indonesia mencapai 614 juta ton atau 98,2 persen dari target 625 juta ton. Sedangkan realisasi pemanfaatan batu bara domestik tercatat sebanyak 133 juta ton atau 96,7 persen dari target 137,5 juta ton.
Hal diatas ditanggapai Pengamat Ekonomi Politik Senior dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng yang mengarakan bahwa Indonesia tidak akan bisa berlama-lama ekspor batubara. Batubara sudah kehilangan banyak pembeli sejak COP 26 glasgow.
“Sekarang batu bara berhadapan dengan krisis harga yang tinggi. Harga melambung tapi pembeli gak ada. Negara-negara yang biasanya membeli telah memilih mematikan pembangkit mereka karena tidak memenuhi harga BPP listrik mereka,”ungkap Salamuddin Daeng kepada Redaksi ENERGYWORLD.CO.ID, Senin 30 Mei 2022.
Daeng menambahkan soal Jerman mungkin hanya sementara saja. Negara negara Eropa tidak akan berani mengkonsumsi batu bara banyak-banyak apalagi dalam waktu lama. “Mereka memiliki komitmen yang tinggi sekali untuk mencapai emisi nol persen pada 2050. Sekarang menuju ke sana secara progres,” paparnya.
Dikatakan Daeng selain itu akan ada pengenaan pajak karbon yang sangat besar. Bahkan nanti akan mencapai 250 dolar per ton karbon. “Ini tak ada lagi ruang bagi batu bara di Eropa,” bebernya.
Dengan tegas Daeng menytakan bahwa Menteri ESDM Indonesia kurang mengerti akan hal ini. Satu sisi mendorong transisi energi di dalam negeri. “Tapi dalam tindakannya melakukan ekspor batu bara besar-besaran. Ini tentu kontradiksi dengan yang lain,” ungkapnya.
Soal kontradiksi terutama adalah pada mandat Indonesia untuk mengakhiri deforestasi yang sangat erat kaitannya dengan mengakhiri eksploitasi Batubara besar besaran. “Ini yang kurang nyambung pak Menteri ESDM ini,” jelasnya.