ENERGYWORLD.CO.ID – Survei terbaru yang digelar Bloomberg menunjukkan risiko resesi ekonomi di beberapa negara meningkat akibat inflasi tinggi. Sri Lanka berada diurutan paling atas sebagai negara yang dianggap sangat mungkin mengalami resesi dengan probabiitas hingga 85%, sedangkan Indonesia berada di urutan dua terbawah dengan probabilitas 3%. Mengutip Bloomberg, probabilitas Sri Lanka mengalami resesi meningkat dibandingkan survei sebelumnya yang hanya mencapai 33%.
Hal ini dipandang Prof Anthony Budiawan bahwa dengan kondisi harga komoditas yang tinggi, peluang krisis Indonesia memang sangat kecil, Masalahnya ekonomi tidak statis: bisa berubah cepat.
“Kalau harga komoditas anjlok, dan BI naikkan suku bunga, ikut the FED, maka peluang krisis jg berubah: membesar. Pertanyaannya: Apakah harga komoditas akan anjlok? Kapan? Apakah BI akan naikkan suku bunga? Kapan? Berapa besar?,” ungkapnya
Bloomberg pun menyebutkan bahwa Negara di Asia Selatan itu memang kini tengah berjuang dengan krisis ekonomi parah. Dalam survei yang dilakukan terhadap para ekonom ini juga melihat India sebagai negara yang paling tidak mungkin mengalami resesi ekonomi dengan probabilitas 0%, disusul Indonesia sebesar 3%, Filipina 8%, serta Thailand dan Vietnam sebesar 10%. Sementara negara tetangga Malaysia memiliki kemungkinan mengalami resesi sebesar 20%.
“Meski ekspektasi ekonom terhadap potensi resesi di Filipina rendah, angka ini naik dibandingkan survei sebelumnya. Ekonom juga meningkatkan ekspektasi mereka terkait potensi resesi di Selandia Baru, Taiwan, dan Australia masing-masing menjadi 33%, 20%, dan 2o%. Bank-bank sentral di negara tersebut telah menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi,”tulisanya.