Oleh William Win Yang – KABID Digitalisasi KADIN Indonesia
Seorang teman menunjukan sebuah video yang tampaknya biasa di jaman ini : Sekelompok orang melakukan kerusuhan menerjang ke sebuah bangunan. Tampaknya sedang melakukan protes. Yang mengejutkan adalah, itu terjadi di China!!! Bukan di Srilanka!!! Para pemrotes itu menyerang Bank of China, karena tidak bisa mengambil uang simpanan mereka sampai beberapa bulan.
Negara yang sangat menjunjung stabilitas negara, dan negara yang dikatakan sebagai negara dengan teknologi fintech paling maju di dunia. Yang lebih mengejutkan lagi, krisis ini sudah berlangsung sampai beberapa bulan. Apa saja kerja regulator? Tidakah ada lembaga penjamin simpanan? Menggelitik rasa ingin tahu saya : What the hell is happening?
Setelah saya pelajari, ternyata ini adalah investasi bodong. Dan kebodongan investasi ini lebih parah daripada skema ponzi yang dilakukan “Madoff” di Amerika. Pada saat kasus Madoff, SEC berhasil recovery lebih dari 70% dana yang digelapkan. Tapi di kasus ini….. nol!!!
How come?
Investigator China menemukan, bahwa 4 bank di Henan (titik awal masalah ini berada), memiliki koneksi ke satu entitas bernama : “Henan Xincaifu Group Investment Holding Co”.
4 bank bermasalah itu memasarkan produk deposito secara online dengan bunga tinggi kepada calon nasabah di seluruh China, yang manaaa… uangnya tidak di masukan ke rekening deposito yang diawasi oleh bank sentral, melainkan ke produk investasi milik Xincaifu, yang artinya, pada saat operasi ini terjadi, sungguh di bawah radar pengawas. Kemudian datanglah covid 19 yang tampaknya mengacaukan semua rencana bisnis dari Xincianfu, yang akibatnya uang nasabah hilang.
Pada April 2022, terjadilah suatu peristiwa yang selalu mengawali keruntuhan semua investasi bodong dalam sejarah : “Masalah Teknis”. Pada suatu hari di bulan April, bank mengumumkan adanya upgrade rutin, hingga semua layanan perbankan terhenti sementara. Nasabah tenang… sampai mereka sadar 1 bulan sudah berlalu. Protes dan pertanyaan mulai muncul dari segala arah. Protes hanya ditanggapi formalitas dan birokrasi berbelit.
Kisah dari nasabah yang menjadi korban fraud itu diceritakan dalam sebuah channel youtube. Dia menempuh perjalanan ribuan kilometer ke Henan untuk mengambil apa yang jadi haknya, hanya untuk menemukan antrian yang sangat panjang di bank-bank bermasalah itu. Setelah protes yang tidak kunjung membawa hasil, mereka mulai membuat keributan dengan menduduki kantor bank yang bermasalah itu. Akibatnya? Dalam sebuah video yang menjadi viral di China, sekelompok orang berbaju putih menyerbu para demonstran dan membubarkan mereka dengan kasar. Kelompok ini dicurigai dikirim pemerintah kota untuk membubarkan massa.
Hasilnya? Para penabung menjadi panik dan mulai menarik uang mereka dari sistem. Namun apa yang mereka hadapi? Kartu mereka di reject karena dicurigai fraud. Akibatnya? Masyarakat makin resah, dan berbondong-bondong mendatangi Henan untuk mengambil uang mereka. Lalu apa yang dilakukan pihak otoritas? Mereka cross the line dengan melakukan abuse of power berikutnya : mereka memanipulasi aplikasi penanganan covid mereka (di Indonesia seperti peduli lindungi), dan menandai para nasabah itu sebagai terpapar covid. Jika ini terjadi pada satu dua orang mungkin tidak akan ada yang lihat.
Tapi bila ribuan orang yang kena dalam waktu bersamaan, saat mereka akan melakukan protes menuntut hak mereka, padahal sebelumnya mereka merasa baik-baik saja, tentunya mereka akan curiga. Apalagi jaman sosmed gini, semua orang bisa saling komunikasi dan cross check satu sama lain. Akibatnya? Kepercayaan terhadap aplikasi penanganan covid menurun. Mereka tidak percaya dan terus melakukan protes.
Apa yang terjadi? Kenapa bank sentral tidak turun mengganti uang yang hilang? Laaahhhh apa yang mau di ganti? Uang mereka tidak masuk sistem perbankan, melainkan masuk ke produk investasi. Kalau sudah begini apa yang mau di bail out? Apa urusannya bank sentral membailout produk investasi yang tidak menjadi anggota LPS? Kalau ini dilakukan artinya mereka harus membailout semua investasi bodong kan?
Reaksi pemerintah
Pemerintah melakukan invetigasi kemudian mengumumkan pernyataan yang umum dinyatakan saat invetasi bodong terjadi :
1. Setiap orang harusnya melihat kesehatan bank sebelum menabungkan uangnya à what the fuck? Kita sebagai nasabah nabung ya nabung. Sejak kapan harus lihat kesehatan bank segala? Lagian kita nasabah ngerti gituh begituan?
2. Jangan tertipu iklan yang menyesatkan, pastikan anda menabung di tabungan yang dijamin, bukan wealth management. Karena hanya deposito yang dijamin LPS, bukan produk investasi à sekali lagi, what the fuck? Yang menawarkan nasabah adalah bank itu, dan menyebutnya sebagai deposito. Masak nasabah harus melakukan kerjaan lagi?
Typical statement lepas tangan yang senantiasa kita dengar dari regulator atau perusahaan asuransi atau perusahaan investasi, atau bank, dan lain sebagainya saat nasabah menjadi korban fraud. Yang dapat dimaknai :
SEMUA INI SALAH NASABAH YANG GOBLOK DAN BUTA LITERASI FINANSIAL
Jika demikian, harusnya negara mewajibkan pelajaran finansial sebagai mata pelajaran wajib di kurikulum, dan semua yang mau nabung di produk investasi harus lulus ujian.
Reaksi masyarakat
Pernyataan itu adalah pernyataan lepas tangan yang jika di Indonesia bisa disandingkan dengan tindakan sembrono pemerintah tahun 1997 dengan menutup 16 bank dan menghanguskan uang nasabahnya. Akibatnya? Sama persis seperti yang kita alami 1997 yang lalu : “Kepercayaan nasabah pada sistem perbankan rontok”
Rush terjadi di seluruh China, sampai pemerintah melakukan hal yang persis yang kita lakukan tahun 1997 lalu : pemerintah akan membailout tabungan rakyat, tapi terbatas. Saya tidak akan membahas detail yang dilakukan pemerintah China atas skandal ini, intinya adalah : Manusia bisa melakukan kegilaan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Yang penting adalah : apa yang harus kita lakukan bercermin pada kejadian ini?
Jangan bilang kalau Indonesia sistemnya kokoh dan tidak mungkin mengalami hal itu. Faktanya, beberapa waktu lalu viral banyaknya deposito yang digelapkan oknum perbankan. Banyak uang nasabah yang lenyap. Bahkan, foto berikut ini :
Adalah screenshoot yang sempat viral beberapa waktu lalu. Cerita seorang nasabah yang ngamuk kehilangan uangnya di sebuah bank ternama, karena di janjikan deposito oleh bank itu, tapi yang terjadi adalah dimasukan ke produk investasi sebuah asuransi ternama.
Skema yang sangat persis dengan yang terjadi di China, sedang terjadi disini.
In the End : Semua salah NASABAH yang GOBLOK SOLUSI
Kita tahu :
1. Sistem perbankan kita tidak kebal dengan modus penggelapan investasi ala Xincaifu. Dan mungkin sedang terjadi secara massive saat ini.
2. Sekarang perbankan digital sedang ramai-ramai promo bunga tinggi. Mirip yang terjadi di China
3. Sudah terjadi banyak penggelapan uang nasabah oleh oknum pegawai bank yang viral.
Fakta ini, menyatakan bahwa pengawasan perbankan kita sangat lemah dan perlu satu solusi.
Apa itu? Untungnya solusi itu sudah ada depan mata : itu ada di KSEI. Melalui kartu KSEI
Bagi yang tidak tahu apa ini, saya jelaskan : ini adalah suatu sistem dimana nasabah produk investasi dapat mengecek portofolio saham yang mereka beli hanya dengan membuka website KSEI, kemudian memasukan nomor account dan password mereka.
Dan Wuzzzz seluruh investasi kita di berbagai pialang di Indonesia bisa terlacak. Sistem ini selain melindungi nasabah juga meningkatkan pengawasan anti money loundry dan pendanaan terorisme.
So, solusinya adalah :
1. Bank Indonesia perlu membuat sistem database terpusat, dimana database perbankan semua terhubung kesana.
2. Nasabah dapat mengecek keberadaan uangnya di bank tidak hanya dengan aplikasi dari bank tersebut, yang notabene bisa di palsukan oleh si pembuat aplikasi. Melainkan dengan membuka sebuah portal di BI, kemudian memasukan kode bank dan nomor rekeningnya, dan password. Dia dapat mencocokan apakah uang yang tertera di buku tabungan sama dengan yang tertera di BI?
Demikianlah, semoga artikel ini mendapat perhatian, mengingat perbankan adalah urat nadi perekonomian. Dan urat nadi ini sangat bergantung dengan apa yang namanya “Kepercayaan”. Kehilangan kepercayaan pada sistem perbankan dapat meruntuhkan seluruh sendi perekonomian kita dalam semalam, seperti yang terjadi di tahun 1997 silam.
Untuk pendalaman lebih lanjut, bisa dibaca : 1. Investing in Digital Startup – Unicorn Edition 2. Dragon Slayer Trading Strategy 3. How to be a Taipan. *** (red)
Terimakasih atas info ini. Mudah-mudahan bisa menjadi masukan baik kpd pemerintah dan pihak2 berkepentingan dg semangat kebersamaan utk kebaikan